10 Pemetaan Wilayah Kebudayaan Jawa Timur (2)
"Tipe kebudayaan masyarakat Pandalungan adalah kebudayaan agraris-egaliter. Penanda simbolik yang tampak jelas dari tipe kebudayaan ini terdapat pada seni pertunjukan yang digeluti dan penggunaan bahasa sehari-hari yang secara dominan menggunakan ragam bahasa campuran, sifat dan sikapnya yang terbuka"
Nusantarapedia.net, JURNAL | SOSBUD — 10 Pemetaan Wilayah Kebudayaan Jawa Timur
“Saat ini, seiring dengan perkembangan zaman, dinamika budaya beroperasi dengan cara yang berbeda dari masa ke masa dengan melibatkan interaksi dan mobilitas manusia (entitas) dalam ranah ruang harfiah dengan tanpa batas. Pergerakannya melampaui ruang-ruang geografis, sehingga sekat-sekat kebudayaan klasik pun tidak lagi sepenuhnya dapat merepresentasikan teori di atas.”
4) Kebudayaan Madura Bawean
Kebudayaan Madura Bawean disebut suku Bawean, dikenal dengan nama Boyan atau Babian. Suku ini terbentuk karena terjadi percampuran antara orang Bugis, Makassar, Banjar, Madura dan Jawa selama ratusan tahun di pulau Bawean dari masa ke masa.
Orang-orang Bawean merupakan satu kelompok kecil dari masyarakat Melayu yang berasal dari pulau Bawean yang terletak di Laut Jawa antara dua pulau besar, yaitu pulau Kalimantan di utara dan pulau Jawa di selatan.
Seni budaya-nya, seperti; Kercengan (seni hadrah dan tarian), Cukur Jambul Bayi, Pencak Bawean (silat), Dikker (alunan puji-pujian dan shalawat), Mandiling (tari-tarian dengan pantun).
5) Kebudayaan Madura Pulau
Pada tahun 4.000 hingga 2.000 SM, terjadi perpindahan besar-besaran orang-orang dari daratan Asia ke pulau-pulau di kawasan Nusantara. Dengan perpindahan yang terjadi dalam berbagai gelombang, suku bangsa yang tadinya memiliki bahasa dan budaya yang sama menjadi terpecah-pecah.
Penduduk suku Madura diyakini sebagai orang-orang dari daratan Asia besar yang bermigrasi. Ditemukannya peninggalan purbakala berupa kapak dan bejana perunggu di Sampang, Madura yang bertipe sama dengan yang ada di Cina Selatan.
Lambat laun kebudayaan Madura Pulau tumbuh dan menjadi ciri khas dari Pulau Madura sebagai suku Madura.
Meskipun dekat dengan pulau Jawa, namun dari ciri fisik dan karakteristik-nya berbeda dengan suku Jawa. Suku Madura terkenal memiliki tubuh yang berotot, tegap, tidak terlalu tinggi, berwajah lebar, dan tulang pipi cenderung menonjol sehingga memberikan kesan garang. Kepribadiannya terkenal tangguh dan pemberani, yang disebabkan dari profesinya sebagai pelaut.
Secara sosial, adat di Madura dengan sistem kekerabatan. Untuk seni budayanya, Madura punya rumah adat bernama Tanean Lanjhang. Tarian adat Suku Madura memiliki tiga jenis tarian adat, yaitu Rampak Jidor, Topeng Gethak, dan Rondhing.
Pakaian adat/baju khas Madura untuk kaum laki-laki disebut Pesa’an, sedangkan untuk kaum wanita disebut Kebaya Rancongan. Adat tradisi yang digelar seperti; tradisi Rokat atau petik laut, Nyadar, Ritual Ojung, dlsb.
Kebudayaan Madura Pulau juga mempunyai bahasa dengan struktur atau tingkatan bahasa seperti bahasa Jawa. Terbagi dalam tiga tingkatan, contoh kata; Enje’ – iya, yang sama dengan ngoko, Engghi – enten, yang sama dengan Jawa madya, dan Engghi – mboten, yang sama dengan krama. Sedangkan untuk dialeknya sendiri terbagi atas dialek Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, dan Kangean. Namun yang digunakan sebagai acuan standar adalah dialek Sumenep.
Kebudayaan Madura Pulau dengan ciri khasnya yang menonjol, mulai dari bahasanya dan simbol-simbol budayanya, seperti; kerapan sapi, senjata clurit, jagung dan tembakau Madura, dlsb.
6) Kebudayaan Madura Kangean
Kangean adalah pulau tersendiri yang terletak di kawasan kepulauan Madura.
Masyarakatnya dikenal santun dan disegani. Bahasa Kangean banyak terpengaruh oleh bahasa Madura, Jawa, Melayu, Bugis, Bajo, dlsb. Pengaruh bahasa Madura dan Jawa terlihat mendominasi akibat pendudukan kerajaan Mataram atas pulau Kangean.
Untuk kesenian-nya, kebudayaan Kangean memiliki kesenian tradisional, seperti; kerapan sapi, topeng, gelok-gelok dan lombe (lomba kerapan menggunakan kerbau).