10 Tragedi Sepak Bola Terbesar Sepanjang Sejarah, Sepak Bola dalam Antropologi (1)

Hegemoni Surabaya tak kan nampak bila kebudayaan Malang tidak di sisinya, begitu juga sebaliknya. Keduanya jauh tapi serasa dekat, dekat tetapi jauh. Keduanya merindukan tetapi saling membenci, dan benci tapi merindukan

2 Oktober 2022, 19:45 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Olah Raga — 10 Tragedi Sepak Bola Terbesar Sepanjang Sejarah, Sepak Bola dalam Antropologi

SEPAK BOLA adalah olah raga populer di seluruh negara-negara di dunia. Setiap negara hampir menggelar kompetisi profesional Liga Sepak Bola. Liga Inggris, liga Italia, Jerman, Spanyol, Belanda, Brazil contohnya, pun Liga 1 Indonesia tentunya.

Selain penggeliatan sepak bola di setiap negara dalam rangka mengolahragakan masyarakat dan sebagai ajang prestasi kompetisi tiap negara pada event-event kejuaraan sepak bola oleh Tim Nasional masing-masing negara, seperti; Piala dunia, piala Asia, Afrika, Konfederasi, dsb contohnya.

Namun kini, sepak bola sudah benar-benar berada pada gairah industri. Industri sepak bola benar-benar telah menjadi panggung ekonomi untuk mengumpulkan pundi-pundi uang. Antara pihak pemerintah dan swasta rata-rata bekerjasama dalam proyek industri sepak bola.

Namun, semaju-majunya sepak bola dengan pengelolaan yang profesional sekalipun, bola bukan hanya soal uang. Sepak bola adalah representasi budaya masyarakat di dalamnya.

Sebagai contoh, rivalitas Real Madrid vs Barcelona bukan hanya urusan yang terbaik dalam urusan bola, namun rivalitas keduanya adalah representasi simbol kultural, ketika wilayah Catalunya Barcelona ingin merdeka dari Spanyol yang beribu kota di Madrid. Dengan demikian, perseteruan keduanya sudah mbalung sumsum dalam sendi-sendi kehidupan sosial budaya, tentu aspek ideologi dan politik.

Sepak bola dalam dunia per-suporteran adalah gaya hidup:life style/passion, aneka keluh kesah kehidupan soal kemiskinan (penderitaan), kebahagiaan, dsb tertuang dalam wadah suporter sepak bola. Terlebih wadah suporter adalah bentuk penyaluran ekspresi manakala kran ekspresi ke ruang yang semestinya macet. Artinya sepak bola adalah representasi dari simbol-simbol sosial.

Maka bila identifikasi sudah memasuki pada wilayah tersebut, harus hati-hati dalam pengelolaannya, karena entitas suporter telah berada dalam satu wadah perasaan senasib sepenanggungan. Tentu, sebesar apa konsekuensi dari senasib sepenanggungan tersebut akan mudah tersulut bila ke-trigger, meski pemicunya tidak beralaskan.

Dalam sejarah sepakbola dunia, telah mencatatkan sejarah indah dan kelam di dalamnya. Sepak bola adalah sarana pemersatu bangsa, namun juga, sepak bola menjadi ajang perpecahan, ruang untuk menuntaskan dendam kultural.

Selain itu, dalam pengelolaan teknis manajemen sepak bola, sering tidak berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan, hanya untuk mengejar uang, karena terjebak pada narasi bisnis. Kapasitas stadion yang harusnya berkapasitas 50 ribu dipaksa dengan memasukkan sebanyak 70 ribu penonton. Tujuannya tentu demi mendulang cuan dengan tiket penonton.

Hal seperti itu yang sering terpraktikan dalam industri sepak bola dunia, akhirnya memicu terjadinya bentrok, luapan kemarahan, kekesalan, kekecewaan, terlebih bila tim kesayangannya kalah. Urusan kemarahan yang tidak berkonteks pada hal sepak bola pun turut include di dalamnya.

Dalam 10 kasus kerusuhan sepak bola terbesar sepanjang sejarah di bawah ini, kejadian bentrok antar suporter dengan motif yang murni dalam bentuk rivalitas atau fanatisme suporter justru menunjukan angka yang paling rendah, justru terjadinya kerusuhan sepak bola dalam level “tragedi” disebabkan karena kesalahan manajemen dan teknis di lapangan, sepertinya pengamanan dan penanganan yang salah dari pihak aparat.

Namun demikian, persoalan budaya/dendam kultural atau murni rivalitas bisa disiasati secara profesional dengan rekayasa dan intervensi yang dilakukan oleh panitia, agar tidak memicu terjadinya kerusuhan dalam gelaran kompetisi yang panjang.

Terkait

Terkini