2023, Dicari Cendekiawan yang Jujur dan Mendobrak, Menyentuh Wacana Publik Tujuan Indonesia
- Cobalah di 2023 ini benar-benar dimulai dari hal yang substansi, konstruktif dan relevan dalam menjawab kebutuhan rakyat -
Membangun Indonesia ke depan, senada dengan momentum aneka pemilihan di 2024, dari Pemilihan umum nasional dan Pilkada, saatnya poros cendekiawan untuk jujur pada rakyat dan mendobrak kekuatan oligopolis. Di situlah konsekuensi dari mengemban amanah dan bercita-cita, meski siap tidak populer dan bahkan siap kalah. Tetapi, andaikan 5 pasang calon menyuarakan hal yang sama, pastilah oligopolis tak kuat mencegahnya. Artinya, perebutan/kompetisi elektoral biarlah sengit, tetapi pada hal yang substansial tetap menyuarakan hal yang sama, yaitu berkomitmen memberikan jatah potensi di semua bidang kepada oligopolis sebanyak 25 persen saja. Siapa yang berani? Itulah harapan di tahun baru 2023 ini. Janganlah terus bermental kompetitif dan menjatuhkan sesama bangsa sendiri, yang akhirnya kemenangan itu milik oligopolis. Cilakanya lagi, kesemua calon meminta cukong untuk mendanai yang akhirnya terjadi politik tukar tambah.
Selain itu, konstruksi yang dibangun oleh para calon atau siapapun dalam tujuan konstitusi Indonesia, bahwa praktik pembangunan material harus didasari dari pembangunan manusia, agar Indonesia berkelanjutan dengan legacy pikiran sebagai dasar untuk terus menuju Indonesia emas, agar cepat tercapai, karena bila tidak dikendalikan, pembangunan-isme itu yang membukakan akses para oligopolis semakin kuat, sedangkan sumber daya alam semakin menipis, dan pada akhirnya keburu habis sebelum cita-cita konstitusi tercapai.
Jangan lagi atas nama demokrasi dan keadilan, justru Indonesia semakin tercacah dengan pemekaran daerah-daerah baru yang sebenarnya itu adalah skenario untuk pengadaan proyek-proyek besar. Tentu oligarki ekonomi juga bermain di bagian itu, terlebih bagi daerah yang besar dengan potensi ESDM-nya. Karena, selalu narasi yang dihadirkan adalah kemakmuran daerah, padahal pembangunan itu telah menjadi bentuk pembangunan-isme sebagai perangkap.
Hal itu sebagai seolah-olah ruh dari desentralisasi (otonomi) daerah, banyak proyek yang sifatnya strategis secara permukaan tampak milik daerah-daerah, padahal itu domain pusat, dan pusat tercipta dari aneka skema-skema pembiayaan yang tidak menguntungkan dalam negeri.
Hemat penulis, tujuan negara ini didirikan untuk menuju pada cita-cita yang adil dan makmur bagi segenap bangsa Indonesia. Melihat peta jalan di atas, sepertinya tujuan itu sulit tercapai. Namun demikian, harapan itu tetap ada, api itu tetap menyala menuju Indonesia emas, dengan syarat; JUJUR dan DOBRAK! Jangan pernah jadi kacung! Jangan pernah mau di adu domba! Kolonial secara fisik telah pergi dari bumi Indonesia.
B Ari Koeswanto ASM | Pemerhati budaya Nusantara.
Senang dengan kebudayaan untuk melebarkan dimensi pemikiran, mendasarkan dari 7 unsur kebudayaan. Di situlah berusaha untuk terus belajar, menumbuhkembangkan pikiran-pikiran baru. Ide dan gagasan yang terus tumbuh diharapkan sebagai khazanah pengetahuan baru, melahirkan ilmu dan menghasilkan kekaryaan yang berimplikasi membangun, mencerdaskan, mencerahkan dan memanusiakan. Be Smart!
Dengan Ini: Saya Menyatakan Mundur dari Jabatan … atas …, Misalnya! (1)
Proyeksi Indonesia Tahun 2100 dalam Perspektif Demografi dan Isu Pangan, Jangan Rugi 3 Kali!
“Boyong Kedaton” IKN Harus Terwujud, Revisi UU IKN Harga Mati (1)
Fantastis! Skema-skema dan Skema Pembiayaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Bagaimana Perkembangan UU MIGAS Terkini