22 Tahun Nurhayati Geluti Usaha Kerupuk Rengginang
Belajar dari Nur adalah merekonstruksi kembali arti tujuan hidup dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, ihwal ekonomi untuk penghidupan dan kehidupan

Nusantarapedia.net, Pemalang, Jawa Tengah — Nurhayati (55), pandai membuat kerupuk rengginang. Berawal dari membikin jajanan buat snack anak-anaknya karena tidak mampu membeli cemilan di toko atau warung. Nurhayati, hidup dalam kesulitan ekonomi.
Beralamat di kampung Bojongbata, Pemalang, Jateng, oleh tetangganya Nurhayati disebut orang yang tidak pernah diam. Tangannya tak pernah diam, ada saja yang dilakukan untuk mengisi waktu yang tersisa, setelah melakukan pekerjaan rutin sebagai ibu rumah tangga, selepas mencuci, masak, dan mengurus anak-anaknya.
“Kini Nurhayati bisa memproduksi 10 – 20 kilogram rebusan beras ketan untuk dijadikan rengginang. Demi menjaga kwalitas kerupuk rengginangnya, semua proses produksi dikerjakan sendiri tanpa mempekerjakan karyawan.”
Ada saja kesibukan yang dilakukan setelah itu. “Makhlum mas, kalau ngga’ rajin anak-anak saya kasihan, ngga’ kenyang makan, ngga’ bisa jajan,” kata Nurhayati.


Bermula dari kondisi “kepepet” ekonomi, Nurhayati sudah membuat rengginang selama 22 tahun. Berawal di sebuah rumah kontrakan. Nur mencoba untuk membuat adonan rebusan beras ketan untuk dibuat menjadi krupuk rengginang. Ya, biasa orang menyebutnya, Rengginang.
Seiring berjalannya waktu, percobaan Nur berhasil dan menjadi dikenal sebagai pembuat krupuk rengginang di kampungnya, sekaligus tersemat sebagai “bakul” atau pedagang rengginang kelas usaha kecil-kecilan.
Racikan bumbunya sangat sederhana, namun dengan bahan dan bumbu yang alami. Hasil rebusan beras ketan yang telah matang, dengan terlebih dahulu di campur bumbu dan rempah, seperti bawang putih, ketumbar dan dan terasi udang.
Rahasia rengginang buatan Nur dengan rasa gurih dan asin yang khas, didapat dari bumbu terasi yang digunakan. Nurhayati hanya menggunakan terasi dari hasil olahan laut perajin terasi di Pemalang.
“Selain terasi Pemalang saya ngga’ pakai mas,” terang Nurhayati.
Satu kilo, dua kilo awalnya, di bungkusi setelah rengginang kering dengan packing ukuran 1/4 kilo, 1/2, sampai satu kilo. Dijajakan oleh ibu beranak tiga ini mengelilingi kampung Mengoneng di pinggiran kota Pemalang.
Awalnya di jajakan keliling dari kampung ke kampung. Lambat laun karena masyarakat sekitar mulai cocok dengan rasa rengginang buatannya, banyak orang yang pesan untuk di makan sendiri sebagai camilan keluarga maupun pesanan untuk dijual kembali.
Selain itu, banyak warga yang akan menggelar hajatan pesan terlebih dahulu rengginang buatannya. Hampir seluruh kampung dan wilayah sekelilingnya, jika ada rengginang yang ada di pasar, toko sembako, dan warung-warung, bisa dipastikan rengginang buatan Nurhayati.
Untuk menjaga dan meningkatkan mutu rengginangnya, termasuk segi pemasarannya, beberapa kali Nurhayati mengikuti pelatihan pembuatan makanan sehat dan aman serta bergizi, yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Depperindagkop) Pemalang.



Kini Nurhayati bisa memproduksi 10 – 20 kilogram rebusan beras ketan untuk dijadikan rengginang. Demi menjaga kwalitas kerupuk rengginangnya, semua proses produksi dikerjakan sendiri tanpa mempekerjakan karyawan.
Hani, salah satu pelanggannya, bahwa dia sudah berlangganan kerupuk rengginang Nurhayati sejak 6 tahun yang lalu, baik untuk di konsumsi sendiri atau dijual lagi.
“Rengginangnya khas berasa, langsung mekar lebar ketika digoreng dan pembeli di sini boleh lihat campuran apa saja rengginang dibuat,” kata Hani.
Rengginang ini tidak hanya enak dan gurih, Nurhayati tidak memakai campuran bahan kimia seperti borak, kalau di makan tidak batuk dan serak.
Rengginang Nur sudah diambil oleh para reseller yang dipasarkan ke daerah Lampung, Cirebon dan Pekalongan, serta wilayah Pemalang sendiri dan sekitarnya.
Saat awak NPJ menyambangi rumahnya, Minggu (17/04/2024), ditanya berapa penghasilannya, Nur mengatakan bahwa yang penting bisa untuk menghidupi keluarga. Tidak muluk-muluk ingin hasil yang besar karena terbatas hanya dikerjakan sendiri tanpa karyawan.
Nurhayati adalah potret nyata pengusaha kecil Indonesia yang mencari penghasilan secukupnya saja. Usahanya dijalankan dengan jujur, sederhana dan jauh dari ketamakan keuntungan. Nur telah mengajarkan bahwa teori ekonomi, manajemen untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya tidak berlaku baginya, sebagai teori ekonomi yang pada akhirnya hanya membelenggu dan menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang.
Akhirnya, hukum pasar berlaku, siapa kuat akan dapat, siapa lemah akan kalah. Apakah demikian hidup, yang pada akhirnya jauh dari nilai-nilai kemanusiaan bahkan keadaban.
Belajar dari Nur adalah merekonstruksi kembali arti tujuan hidup dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, ihwal ekonomi untuk penghidupan dan kehidupan. (Ragil74)
Pabrik Gula Comal Baru, Riwayatmu Kini
Mengenang 33 Tahun Ambruknya Jembatan Comal 1989
Suka Tresna Barokah, Pengolahan Susu Kambing di Kemirikebo Yogyakarta
Jokowi: Bangun 1.900 Km Tol, Mulyani: Sampai 2014 Hanya 780 Km
Transformasi Pertanian Subsisten Menuju Kapitalisasi Industri Pertanian Mandiri