Temper Tantrum Pada Anak dan Cara Mengatasinya
Temper tantrum anak terjadi pada anak usia 1 hingga 3 tahun dan akan hilang sama sekali pada usia 5 tahun
Nusantarapedia.net — Temper Tantrum Pada Anak dan Cara Mengatasinya
Moms and Dads Nusapedian jelas sudah tidak asing dengan tantrum temper, dong, ya? Tantrum atau temper tantrum adalah ledakan emosi, ketidak mampuan mengendalikan diri, yang terjadi umumnya pada anak-anak. Biasanya kondisi ini sampai bisa membuat orang tuanya kebingungan hingga frustasi. Bentuk tindakan tantrum bisa berupa; menangis dalam waktu lama, mengamuk, memukul, berteriak, menghentak-hentakkan kakinya sendiri, bahkan hingga melukai diri sendiri.
Temper tantrum anak terjadi pada anak usia 1 hingga 3 tahun dan akan hilang sama sekali pada usia 5 tahun. Usia baduta (bawah dua tahuna) adalah masa anak-anak belum bisa berkomunikasi secara sempurna. Vocalnya pun belum 100 persen jelas. sehingga pada hal tertentu ia menjadi sulit mengkomuniksikan dengan orang tua. Menangis adalah cara efektif untuk menstimulasi respon orang tua. Ketika respon itu tak ia dapat, tingkat tantrum akan meningkat dari menangis hingga memukul. Begitu seterusnya hingga anak-anak berhasil dipahami kehendaknya.
“Memberi kesempatan atau ruang jika memang dia harus meluapkan semuanya dengan menangis. Membiarkannya, memberinya ruang privasi untuk sendiri mengatasi persoalan hatinya yang sedang berkecamuk,”
Orang tua yang segera mendapati keinginan anaknya, biasanya segera mampu mengatasi tantrumnya, tetapi rupanya tantrum itu bukan hanya disebabkan oleh keinginan yang tidak dipahami dan dipenuhi. Faktor emosi juga berpengaruh, mood buruk pada anak juga berpengaruh pada emosi anak. Tidak heran jika kita sering temui anak-anak menangis tanpa diketahui alasannya.
Temper tantrum adalah ekspresi dari kemarahan dan frustasi yang ekstrim, yang tampak seperti kehilangan kendali seperti dicirikan berperilaku menangis, berteriak, mengamuk, dan gerakan tubuh yang kasar atau agresif seperti membuang barang, berguling di lantai , membenturkan kepala, dan menghentakkan kaki ke lantai. Dalam kasus tertentu, ada pula anak yang sampai menendang dan memukul orang yang berada di sekitarnya (Tandry, 2010). Temper tantrum merupakan luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol. Kejadian ini seringkali muncul pada anak usia 15 bulan sampai 5 tahun.
Tantrum terjadi pada anak yang aktif dengan energi yang melimpah (Hasan, 2011: 185). Selain itu, menurut Hurlock (1998: 115), temper tantrum adalah ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dan iri hati yang tidak masuk akal. Hal ini tampak mencolok pada anak-anak usia 2,5 sampai 3,5 dan 5,5 sampai 6,5 tahun. Ledakan amarah mencapai puncaknya antara usia dua dan empat tahun, setelah itu amarah berlangsung tidak terlampau lama.
Faktor-faktor penyebab terjadinya temper tantrum menurut Hasan (2011: 187); (1) Terhalangnya keinginan untuk mendapatkan sesuatu; (2) Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri; (3) Tidak terpenuhinya kebutuhan; (4) Pola asuh orang tua.; (5) Anak merasa lelah, lapar atau dalam keadaan sakit yang dapat menyebabkan anak menjadi rewel; (6) Anak sedang stress dan merasa tidak aman. Sedangkan menurut Setiawani (2000:133), beberapa penyebab temper tantrum adalah; (1) Masalah keluarga, keluarga yang tidak harmonis akan membuat anak kehilangan kehangatan keluarga, yang dapat mengganggu kestabilan jiwa anak;
(2) Anak yang dimanja akan membuat anak dapat memanfaatkan orang tuanya; (3) Anak yang kurang tidur, kelelahan, memiliki tubuh dan keadaan fisik yang lemah akan membuatnya cepat marah.; (4) Masalah kesehatan, ketika anak mengalami kurang enak badan, ada masalah kesehatan atau tubuh cacat, semua yang mempengaruhi kekuatan pengendalian dirinya, atau hal yang tidak sesuai dengan dirinya, akan mudah membuat anak marah; (5) Masalah makanan, beberapa makanan dapat membuat anak peka atau alergi yang membuat anak menjadi kehilangan kekuatan untuk mengendalikan diri, seperti makanan yang mengandung zat pewarna atau pengawet, dan coklat;
(6) Kekecewaan, saat anak menyadari keterbatasan kemampuan dirinya dalam menyatakan keinginannya dan tidak dapat melakukan sesuatu hal, membuat anak mudah marah; (7) Meniru orang dewasa, ketika melihat ada orang dewasa yang tidak dapat menyelesaikan atau menghadapi kesulitan, lalu marah-marah, ditambah di rumah orang tua dan di sekolah guru juga mudah marah, akan membuat anak meniru mereka menjadi anak yang mudah marah.
Salah satu faktor penyebab tantrum adalah pola asuh orang tua yang berbeda dan tidak konsisten. Aspek penting dalam hubungan orang tua dan anak adalah gaya pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua. Studi tentang hubungan orang tua dan anak yang dilakukan oleh Baumrind (Santrock, 2007) bahwa ada tiga tipe pengasuhan yang dikaitkan dengan aspek yang berbeda dalam tingkah laku sosial anak, yaitu otoritatif, otoriter, dan permisif.
Bagaimana mengatasi temper tantrum pada anak?
Mengatasi tan adalah dengan terlebih dahulu mengenali sebab-sebabnya. Kemudian, baru tindakan praktisnya. Setidaknya ada 5 (lima) langkah bagaimana meredakan tantrum pada anak.
- Tetap tenang dan control emosi.
Moms and Dads Nusapedian harus tetap tenang dan tidak turut larut dalam kemarahan saat anak mengalami ledakan emosi, jika tidak, anak akan semakin tantrum menjadi-jadi.
- Mengetahui sebabnya
Persoalan apapun akan teratasi dengan mengenali sebabnya. Begitu juga temper tantrum. Orang tua harus jeli mengenali sebab anak mengamuk. Seringnya, dalam kondisi tantrum, komunikasi anak menjadi semakin tidak jelas.
Diperlukan kesabaran untuk menggali sebab dengan cara berkomunikasi langsung dengan tenang dan pelan hingga anak bisa mengungkapkan apa yang sedang ia rasakan dan kehendaki. Gagalnya orang tua mengatasi tantrum adalah karena orng tua tidak sabar untuk menggali sebab, keburu ikut larut dalam kemarahan.
- Memberi sentuhan kasih sayang
Sentuhan itu sangat berarti untuk meredakan kemarahan. Moms and Dads Nusapedian bisa memeberikan pelukan, ciuman, mengelus rambutnya, mengusap punggungnya, kepalanya, juga memegang tangannya serta menatap lembut matanya dengan kasih sayang adalah cara yang terkadang efektif dari pada komunikasi verbal.
- Jangan melukai fisik!
Melukai fisik meskipn hanya jeweran telinga akan membentuk luka di angan dan hatinya. Jelas bukan solusi. Anak yang sering dilukai secara fisik akan bebal dengan nasihat-nasihat. Ia akan sangat susah ditenangkan dan biasanya anak tersebut juga senang memberikan luka fisik pada temannya.
- Memberi kesempatan
Memberi kesempatan atau ruang jika memang dia harus meluapkan semuanya dengan menangis. Membiarkannya, memberinya ruang privasi untuk sendiri mengatasi persoalan hatinya yang sedang berkecamuk. Namun ia tetaplah hanya anak-anak, sehingga tetap harus ditemani dan berusaha agar segera bisa move on dari temper tantrumnya.
Referensi;
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia Widasarana Indonesia.
Hasan, Maimunah. (2011). Pendidikan Anak Usia Dini. Yogjakarta: Diva Press.
Hurlock, E.B. (1998). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga Hurlock, E.B. (2010). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Perempuan dan Kerentanan Gangguan Mental
Ajaibnya Daun Sukun, Berantas Berbagai Macam Penyakit