300 – 800 Juta Orang dalam Situasi Kurang Pangan Akut

12 Agustus 2022, 07:52 WIB

Nusantarapedia.net, Boyolali, Jawa Tengah — Dunia saat ini dalam situasi yang tidak menentu. Isu resesi ekonomi, krisis energi dan tentunya krisis pangan, menghantui warga dunia. Banyak faktor yang menyebabkan ancaman serius terhadap isu pangan, seperti konflik geo-politik dunia dan global warming, di antaranya.

Seperti Indonesia sendiri, pemerintah telah mengantisipasi hal tersebut dengan mengalokasikan dana APBN pada sektor ketahanan pangan secara kuratif sebesar 92,3 triliun pada 2022 ini.

Hal tersebut senada dengan program Jokowi beberapa waktu yang lalu untuk menggalakkan tanaman sorgum di Nusa Tenggara Timur. Salah satunya dengan mencetak lahan sorgum seluas 154 hektare sampai tahun 2024 nanti.

Presiden Jokowi saat melakukan kunjungan kerja ke Jawa Tengah pada Kamis, 11 Agustus 2022, mengatakan bahwa, dunia saat ini sedang dilanda krisis pangan. Setidaknya 300 juta orang berada pada situasi kekurangan pangan akut dan kelaparan yang sudah mulai terjadi di beberapa negara.

Hal tersebut bila tidak diantisipasi dengan solusi-solusi oleh negara masing-masing, bukan tidak mungkin jumlah orang yang terdampak bisa bertambah hingga mencapai 800 juta orang.

Antisipasi pemerintah selain menganggarkan dana ketahanan pangan dan mencetak lahan sorgum, juga menanam komoditas lainnya seperti kelapa genjah.

Presiden mengunjungi dan menanam kelapa genjah dengan petani di Desa Giriroto, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Kamis, (11/82022). Presiden mendorong pemanfaatan lahan-lahan di pekarangan rumah untuk ditanami komoditas pangan seperti cabai.

“Kita ingin lahan-lahan yang tidak produktif itu diproduktifkan. Urusan cabai, urusan ini yang seharusnya rumah tangga-rumah tangga di desa itu bisa menanam itu, di polybag atau di pekarangannya sehingga tidak ada yang namanya kita ini kekurangan cabai atau harga cabai naik drastis. Ini yang baru dikerjakan oleh Kementerian Pertanian,” ujar Presiden yang turut didampingi Ibu Iriana Joko Widodo.

Selain itu, Presiden juga mendorong agar lahan-lahan yang tidak produktif bisa diproduktifkan dengan ditanami oleh berbagai tanaman lain, misalnya kelapa genjah.

“Lahan-lahan yang tidak produktif ditanami seperti sekarang yang kita lakukan, kelapa genjah, yang nanti hasilnya (terlihat dalam) dua tahun, 2,5 tahun. Setahun bisa produksi satu pohon bisa 180 buah yang itu bisa dibuat gula semut, bisa dibuat minyak kelapa, yang juga bisa dijual buahnya untuk minuman segar,” jelasnya.

Kegiatan penanaman bertajuk Kelapa Genjah Sebar (KEJAR) yang dilakukan Presiden merupakan satu bagian dari kegiatan “Perkebunan Merdeka”. Penanaman perdana ini dilakukan di Solo Raya (Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali) dengan target 200.000 batang yang ditanam bertahap dan tersebar di tiga kabupaten tersebut.

“Saya kira ini yang akan terus kita lakukan, dan di Solo Raya di Boyolali kita bagi 46 ribu, di Karanganyar kita bagi 44 ribu, dan di Sukoharjo 110 ribu kelapa genjah. Ini baru dimulai di sini, nanti di provinsi-provinsi yang memang kelapa itu bisa lebih baik akan kita tanami, targetnya kurang lebih satu juta kelapa genjah, tapi tidak kelapa saja, tadi ada jagung dibagi juga, bibit-bibit cabai,” tandasnya.

Tujuan dari kegiatan tersebut sebagai upaya ketahanan pangan dalam menghadapi krisis pangan dan menuju kemandirian pangan. Secara langsung diharapkan dapat memberikan tambahan pendapatan rumah tangga, baik dari hasil tanaman kelapa pada tahun ke dua, maupun pada setiap musim dari tanaman sela, seperti jagung dan cabai, juga hasil ternak seperti kambing dan ayam. (dnA)

Sumber: Setpres

Menteri Pertanian: Mi dari Gandum Besok Harganya Tiga Kali Lipat, Sandiaga: Anak Kost Siap-siap!
Update Harga Sembako di Jakarta 11 Agustus, Bawang Merah Rp.40.881
Sorgum Alternatif Pangan Antisipasi Krisis Pangan Global, Kata Presiden
Transformasi Pertanian Subsisten Menuju Kapitalisasi Industri Pertanian Mandiri
Arah Gula Nasional, dari Raja Gula, Swasembada dan Impor

Terkait

Terkini