8 Museum di Jakarta, Dijamin ‘Ngeh’ Sejarah dan Instagramable

Dengan demikian, Jakarta adalah pusat, Jakarta adalah miniatur Indonesia, bahkan dunia. Jakarta pusat pemerintahan, perdagangan dalam kesatuan pandang kebudayaan urban sebagai kota metropolitan bahkan megapolitan.

12 Juni 2022, 09:46 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Tourism — 8 Museum di Jakarta, Dijamin ‘Ngeh’ Sejarah dan Instagramable

“Wujud kultural yang ditinggalkan dari jejak sejarah Jakarta sebagai wujud kebudayaan miniatur Indonesia, kini dilestarikan dalam wadah-wadah budaya untuk dilestarikan dan sebagai bahan ajar generasi masa depan. Salah satunya adalah inventarisasi aset budaya dan literasi Jakarta ke dalam ruang-ruang museum.”

Jakarta adalah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, sebagai ibu kota dari negara Indonesia. Secara administratif merupakan bentuk pemerintahan daerah setingkat provinsi dengan status kekhususan sebagai provinsi ibu kota dari negara Indonesia.

Secara administratif wilayah, pusat ibu kota berada di kota Jakarta pusat. Jumlah satuan pemerintahan terdiri dari satu Kabupaten administratif, lima Kota administratif, 44 Kecamatan, dan jumlah Kelurahan sebanyak 267.

Hari jadi Kota Jakarta ditetapkan setiap tanggal 22 Juni. Berawal pada tahun 1527, kala itu panglima perang dari Kesultanan Demak yaitu Fatahillah datang untuk melakukan ekspansi kekuasaan dengan melawan Portugis, yang mana telah lebih dulu meng-Hegemoni di wilayah Nusantara, khususnya di Sunda Kelapa (baca: Jakarta).

Pasukan kerajaan Demak berhasil merebut Sunda Kelapa pada 22 Juni 1527 dan mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Namun kota Jayakarta pada tahun 1620-an diubah namanya menjadi Batavia oleh VOC, setelahnya berganti menjadi Jakarta hingga kini. Nama Jakarta dari kata Jayakarta yang diartikan sebagai kemenangan.

Jakarta sebagai pusat ibu kota menjadi kota terbesar di Indonesia, bahkan termasuk dalam deretan kota-kota besar dunia. Dan, Jakarta menjadi pusat pergerakan Indonesia dalam rangka perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian, Jakarta di masa kerajaan, masa kolonial, era kebangkitan, pergerakan kemerdekaan, merdeka dan pasca merdeka hingga kini adalah sebagai kota poros kebudayaan Indonesia.

Perjalanan kota Jakarta yang panjang dari aspek historisnya, telah membawa pada perkembangan sosiologis masyarakat di dalamnya. Aspek kultural (kebudayaan) di Jakarta telah membentuk menjadi kebudayaan baru khas Jakarta-nan.

Berbagai suku bangsa dan etnis dunia telah membaur menjadi satu di Jakarta. Entitas Jakarta adalah entitas dunia dan nusantara yang telah melebur ke dalam ciri budaya masyarakat dari unsur kebudayaan yang heterogen.

Dengan demikian, Jakarta adalah pusat, Jakarta adalah miniatur Indonesia, bahkan dunia. Jakarta pusat pemerintahan, perdagangan dalam kesatuan pandang kebudayaan urban sebagai kota metropolitan bahkan megapolitan.

Dari sejarah panjangnya tersebut, meninggalkan jejak peradaban dengan berbagai peristiwa sosial di dalamnya. Mulai dari pergolakan hingga pembentukan ideologi, politik, sosial budaya, dlsb.

Wujud kultural yang ditinggalkan dari jejak sejarah Jakarta sebagai wujud kebudayaan miniatur Indonesia, kini dilestarikan dalam wadah-wadah budaya untuk dilestarikan dan sebagai bahan ajar generasi masa depan. Salah satunya adalah inventarisasi aset budaya dan literasi Jakarta ke dalam ruang-ruang museum.

Jakarta, setidaknya mempunyai delapan museum besar yang sampai saat ini digunakan sebagai destinasi wisata budaya dan sejarah kota Jakarta.

Apa saja dan bagaimana 8 museum di Jakarta tersebut. Namun sebelumnya, perlu diketahui apa definisi dari museum.

Berbagai pengertian museum dari banyak sumber, kami rangkum secara padat bahwa museum adalah sebuah wadah, baik itu nirlaba maupun orientasi profit atau lembaga milik negara, yang secara real dan masif melakukan upaya pelestarian dengan cara mengumpulkan (mengoleksi), mengonservasi, dan meriset, kemudian menyajikannya dalam bentuk display yang bisa dinikmati sebagai bentuk pertanggung jawaban edukatif kepada masyarakat. (Ika Nidaul Haq/Nusantarapedia).

Jelas kan, Nuspedian? pengertian dari museum. Berikut ini NPJ sajikan 8 Museum di DKI Jakarta, yang mengandung derajat nilai yang tinggi, baik dari sisi historisnya maupun fungsinya sebagai bagian dari edukasi pembentuk jati diri bangsa, khususnya generasi muda saat ini dan masa depan.

8 Museum di DKI Jakarta

1) Museum Sejarah Jakarta

Secara resmi bernama Museum Sejarah Jakarta, namun familier dengan nama Museum Fatahillah. Terletak di Jalan Taman Fatahillah Nomor 1, Jakarta Barat, dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.

Sejarahnya, bangunan tersebut merupakan Balai Kota Batavia (Belanda: Stadhuis van Batavia) yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jenderal Joan van Hoorn.

Bangunan ini meniru landscape Istana Dam di Amsterdam. Terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di kanan dan kiri (timur dan barat), serta kompleks bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.

Bisa dibayangkan, bila bangunan ini adalah bekas pusat pemerintahan, maka tak heran merupakan bangunan yang mirip dengan istana dengan mengacu pada aspek tata ruang dan wilayah yang maju dengan bangunan penyangga lainnya sebagai fasilitas pendukung infrakstruktur utilitas kuno.

Bangunan ini setidaknya sudah mulai diinisiasi oleh VOC sejak tahun 1620-an, kala VOC memindahkan markas dagangnya dari Ambon ke Sunda Kelapa:Batavia:Jayakarta:Jakarta.

Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, pada tanggal 30 Maret 1974, meresmikannya sebagai Museum Sejarah Jakarta.

Nama lain dari kawasan ini adalah Kota Tua atau Kota Lama Jakarta.

2) Museum Taman Prasasti

Museum Taman Prasasti beralamat di Jalan Tanah Abang No. 1, Jakarta Pusat. Yakni sebuah museum cagar budaya peninggalan masa kolonial Belanda, dengan koleksi di antaranya prasasti nisan kuno serta miniatur makam khas dari 27 provinsi di Indonesia, beserta koleksi kereta jenazah antik.

Museum ini seluas 1,2 dengan konsep museum terbuka (ruang publik). Menampilkan karya seni dari masa lalu tentang kemajuan literasi. Dengan obyek dan narasi berupa pematung, pemahat, kaligrafer dan sastrawan yang menyatu.

3) Museum Joang 45

Adalah Gedung Joang ’45 atau Museum Joang 45. Terletak di Jalan Menteng Raya 31, Kelurahan Kebon Sirih, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Diresmikan pada tahun 1974 oleh Presiden Soeharto, setelah dilakukan renovasi.

Koleksi yang terkenal dari museum ini dapat dilihat jejak perjuangan kemerdekaan RI dengan koleksi benda-benda peninggalan para pejuang Indonesia. Seperti mobil dinas resmi Presiden dan Wakil Presiden RI Pertama yang dikenal dengan mobil REP 1 dan REP 2.

Selain itu juga terdapat koleksi foto-foto dokumentasi, lukisan dan diorama yang menggambarkan perjuangan bangsa Indonesia sekitar tahun 1945-1950-an berikut tokoh-tokohnya.

4) Museum MH.Thamrin

Adalah Gedung Mohammad Hoesni Thamrin atau Museum Mohammad Hoesni Thamrin. Terletak di Jalan Kenari II No. 15, Jakarta Pusat. Merupakan museum sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia untuk mengembangkan nilai-nilai kejuangan Indonesia serta menginformasikan Jakarta sebagai kota ‘Joang‘ (perjuangan/kepahlawanan).

Koleksinya berupa foto reproduksi, radio dan barang-barang milik (pakaian, sepeda), juga berupa kepustakaan tentang kiprah perjuangan Mohammad Hoesni Thamrin dalam perannya pada masa pergerakan nasional Indonesia.

Museum ini juga memamerkan budaya Betawi, seperti; beberapa alat kesenian musik tanjidor, biola, serta pakaian adat Betawi.

5) Museum Seni Rupa dan Keramik

Museum ini berada di Jalan Pos Kota No 2, Jakarta Barat. Tepatnya berada di seberang Museum Sejarah Jakarta.

Museum ini memamerkan aneka keramik lokal dari berbagai daerah di Indonesia dari era Kerajaan Majapahit abad ke-14, dan keramik atau mozaik dari berbagai negara di dunia.

Selain itu juga menyimpan hasil karya seniman-seniman Indonesia sejak kurun waktu 1800-an hingga saat ini.

Khusus untuk koleksi seni lukis Indonesia dibagi menjadi beberapa ruangan berdasarkan periodisasi, seperti;

• Ruang Masa Raden Saleh (karya-karya periode 1880 – 1890)
• Ruang Masa Hindia Jelita (karya-karya periode 1920-an)
• Ruang Persagi (karya-karya periode 1930-an)
• Ruang Masa Pendudukan Jepang (karya-karya periode 1942 – 1945)
• Ruang Pendirian Sanggar (karya-karya periode 1945 – 1950)
• Ruang Sekitar Kelahiran Akademis Realisme (karya-karya periode 1950-an)
• Ruang Seni Rupa Baru Indonesia (karya-karya periode 1960 – sekarang)

Untuk koleksi seni rupa menampilkan aneka patung dari kebudayaan Indonesia dan dunia, seperti patung Totem Asmat.

6) Museum Wayang

Museum Wayang berlokasi di Jalan Pintu Besar Utara Nomor 27, Jakarta Barat.

Museum ini sebagai etalase berbagai jenis dan bentuk wayang dari seluruh Indonesia, baik yang terbuat dari kayu dan kulit maupun bahan-bahan lain.

Koleksi Wayang-nya juga dari luar negeri, seperti wayang dari Tiongkok dan Kamboja. Museum Wayang mengkoleksi lebih dari 4.000 buah wayang, terdiri atas wayang kulit, golek, kardus, rumput, janur, topeng, boneka, wayang beber dan gamelan.

Untuk koleksi boneka, berasal dari Eropa dan Asia, seperti; boneka dari Thailand, Tiongkok, Vietnam, India dan kebudayaan latin seperti Suriname dan Kolombia.

Diselenggarakan acara periodik berupa pagelaran wayang pada minggu 2 dan ke 3 setiap bulannya, namun selama masa pandemi Covid-19 ditiadakan.

Sebagai informasi, pada 7 November 2003, PBB memutuskan mengakui wayang Indonesia sebagai warisan dunia.

7) Museum Tekstil

Museum Tekstil bertempat di gedung tua yang berada di Jl. K.S. Tubun, Kota Bambu Selatan No.4, Palmerah, Jakarta Barat.

Pada tahun 2010, Museum Tekstil bekerja sama dengan Yayasan Batik Indonesia meresmikan Galeri Batik yang menyajikan koleksi Batik dari seluruh Indonesia.

Gedungnya sendiri, sejarahnya adalah rumah pribadi seorang warga negara Prancis yang dibangun pada abad ke-19. Setelahnya, dibeli oleh konsul Turki bernama Abdul Azis Almussawi Al Kazimi yang menetap di Indonesia, hingga tahun 1942 dijual kepada Dr. Karel Christian Cruq.

Pada era perjuangan kemerdekaan Indonesia, gedung ini menjadi markas Barisan Keamanan Rakyat (BKR). Tahun 1947 didiami oleh Lie Sion Pin. Tahun 1952 dibeli oleh Departemen Sosial, dan pada tanggal 25 Oktober 1975 diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta. Pada 28 Juni 1976 diresmikan penggunaannya oleh Ibu Tien Soeharto sebagai Museum Tekstil.

8) Museum Bahari

Berada di Jl. Ps. Ikan No.1, RT.11/RW.4, Penjaringan, Jakarta Utara.

Di dalamnya berisi koleksi yang berhubungan dengan kebaharian Indonesia dalam historisnya. Terdiri dari berbagai jenis perahu tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias, hingga kapal zaman VOC.

Terdapat koleksi aneka miniatur berbagai model dan kapal modern dan perlengkapan penunjang kegiatan pelayaran, seperti; alat navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar dan meriam.

Selain itu, Museum Bahari juga menampilkan koleksi biota laut, data-data jenis dan sebaran ikan di perairan Indonesia. Juga menampilkan perlengkapan serta cerita dan lagu tradisional masyarakat nelayan Nusantara.

Museum Bahari juga menampilkan matra TNI AL, koleksi kartografi, maket Pulau Onrust, beserta tokoh-tokoh maritim Nusantara. Serta mengisahkan perjalanan kapal KPM Batavia – Amsterdam.

Pada masa pendudukan VOC hingga Hindia Belanda, bangunan ini difungsikan sebagai gudang untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang merupakan komoditas utama VOC.

Bangunan ini cukup tua, berdiri di samping muara Ci Liwung. Bangunan ini memiliki dua sisi utama, sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat, dan bangunan sisi timur, disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau Gudang Timur. Bangunan tersebut dibangun mulai tahun 1652 hingga 1771.

Nah, itulah 8 museum bersejarah di Jakarta, Nuspedian? Yuk, kita kunjungi, let’s go!

Museum, Mengembalikan Jati Diri Melalui Sejarah
Pulau Reklamasi Pesisir Jakarta
Bangunan Monumen Sebagai Living Monument, Penjaga Keluhuran Nilai Sejarah
Belanda Bagian Leluhur Nusantara, namun Harga Mati Penghapusan Penjajahan
Mudikku ke Klaten, Ke Mana Mudikmu? 60+ Rekomendasi Destinasi Wisata di Klaten Jawa Tengah (1)
Bunga Rampai Kata Langgam dalam Konteks Kultural Indonesia (1)
Ragam Acara “Jakarta Hajatan” Ke-495 Bertema Kolaborasi, Akselerasi, Elevasi
Formula E Sirkuit Otomotif, Politik dan Kampanye Emisi (1)
Aloha ‘Oe, Maluku Tanah Pusaka hingga Pulanglah Uda menjadi Motif Lagu Budaya
Keroncong Perjuangan, antara Cinta dan Medan Pertempuran
Manthous, Benyaminnya Jogja! dari nge-Band hingga Nembang (1)
4 Event Besar DKI Jakarta dari 18 Mei – 17 Juli 2022
Catat Waktu Dan Tempat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) Terbatas DKI Jakarta

Terkait

Terkini