Ada Apa Di Balik Batu Monta Bassi? Mustika Sakti dari Sulawesi Selatan
Nusantarapedia.net | MAKASSAR — Ada kisah menarik dan unik di balik terbentuknya komunitas Persaudaraan Monta Bassi di Sulawesi Selatan.
Monta Bassi, adalah nama dari sejenis batu Mustika dari Sulawesi Selatan yang langka dan bertuah.
Dikatakan langka karena keberadaan batu mustika ini hanya bisa ditemukan di dua daerah kabupaten di Sulawesi Selatan, yakni di Kabupaten Maros dan Kabupaten Takalar.
Batu bertuah yang oleh masyarakat Sulawesi Selatan dikenal dengan nama ‘Monta Bassi’ itu, kalau diindonesiakan artinya batu besi yang mengandung kekuatan.
Untuk menjaga kelestarian batu mustika itu, sekelompok pemuda pemerhati benda pusaka di Sulawesi Selatan membentuk sebuah komunitas yang mereka beri nama “Persaudaraan Monta Bassi Sulawesi Selatan”.
Persaudaraan yang terbentuk sejak 2018 lalu itu, dilatarbelakangi oleh adanya kesamaan hobby, yakni mereka sama-sama sebagai pecinta batu mustika Monta Bassi.
Ketua Umum Persaudaraan Monta Bassi (PMB) Provinsi Sulawesi Selatan, Hasbullah Daeng Manrate kepada NPJ mengatakan, bahwa pihaknya memang sengaja mengumpulkan orang-orang yang koncern memiliki perhatian dalam menjaga kelestarian sekaligus memberdayakan manfaat dari keberadaan batu mustika Monta Bassi di Sulawesi Selatan.
“Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi,” kata Hasbullah, Selasa (03/10/2023).
“Jadi, kami ini adalah orang-orang yang memiliki kesamaan hobby, sama-sama penggemar dan pemerhati Monta Bassi. Sehingga nama Monta Bassi itulah yang kami ambil dan kami jadikan sebagai nama perkumpulan. Bukan sekedar hobby biasa, tetapi kami sangat memahami kandungan dan keampuhan yang terdapat di dalam Batu mustika langka itu. Hanya saja kalau dikatakan fokus mengurusi batu mustika, tidak juga demikian, karena kami juga rutin turun ke masyarakat untuk membantu menyelesaikan masalah sosial yang terjadi di tengah warga, seperti ketika terjadi kebencanaan, kita turun menyalurkan bantuan kemanusiaan, menyalurkan sumbangan dan lain lain. Jadi sesungguhnya orientasi kita adalah orientasi kemanusiaan dan alam,” ungkap Hasbullah.
Sementara itu Ketua Bidang Seni dan Budaya Persaudaraan Monta Bassi, M. Yusuf Kadir Daeng Naba kepada media ini menjelaskan secara singkat mengenai sejumlah keunikan batu mustika Monta Bassi.
Menurutnya selain langka, keunikan batu Monta Bassi, bukan hanya karena langkanya, tetapi juga karena mustika itu memiliki keampuhan yang tidak dimiliki batu jenis lainnya.
“Batu Monta Bassi ini, hanya ada di 2 wilayah Kabupaten dari 21 kabupaten dan 3 kota yang ada di Sulawesi Selatan, tetapi bukan itu saja keunikan dari Monta Bassi ini, dia juga memiliki sejumlah khasiat yang tidak dimiliki batu jenis lainnya,” kata Daeng Naba, demikian dia akrab disapa.
Selanjutnya dia menjelaskan bahwa meskipun sama-sama Monta Bassi, tetapi ada perbedaan antara Monta Bassi yang ada di Kabupaten Maros dan yang ada di Kabupaten Takalar. Untuk yang di Maros disebut batu jenis perempuan karena konturnya lebih halus dan memiliki bintik-bintik kuning keemasan. Sedangkan yang ada di Kabupaten Takalar permukaannya sedikit kasar dan tidak memiliki bintik-bintik keemasan. Para leluhur pecinta Monta Bassi menyebutnya sebagai Batu Monta jenis laki-laki.
Kembali lagi berita terkait Persaudaraan Monta Bassi Sulsel, sang ketua umum, Hasbullah Daeng Manrate yang sehari-hari aktif sebagai Bintara Tinggi Polri berpangkat Aipda itu menjelaskan bahwa komunitas Monta Bassi, hadir dan dibentuk dalam satu ikatan yang dinamakan Persaudaraan Muntas Bassi (PMB), bukan semata untuk sekedar kumpul-kumpul saja tetapi mereka ingin ikut andil dalam setiap program-program pemerintah, baik skala kecil yakni lokal maupun skala nasional.
Sejumlah program kegiatan seperti berbagi sembako kepada masyarakat ekonomi lemah di berbagai daerah di Sulawesi Selatan telah menjadi agenda rutin dari para pemerhati batu mustika Monta Bassi itu. (DK)
Proses Pengalihan Pengelolaan Pasar Butung Makassar Diwarnai Kericuhan dan Aksi Pengrusakan
Dewandaru Berenergi Spiritual Besar Hanya Ada di 3 Lokasi (1)
Desa Wisata Nganjat Sentra Ikan Nila, “Gemah Ripah Loh Jinawi” Minapolitan di Kota “Seribu Mata Air”
Aloha ‘Oe, Maluku Tanah Pusaka hingga Pulanglah Uda menjadi Motif Lagu Budaya