Ajakan Bersikap Kritis dan Bijak lewat Fiksi

- Masalah ini tidak menimpa dirinya, tetapi menimpa hak manusia terutama wanita. Masalah itu adalah seorang TKI dan TKW yang mendapat perlakuan tidak manusiawi oleh majikanya -

9 Januari 2023, 07:36 WIB

Nusantarapedia.net, Gerai | Resensi — Ajakan Bersikap Kritis dan Bijak lewat Fiksi

Edi Warsidi

Melanie Subono lahir di Hamburg, Jerman, 20 Oktober 1976. Dia adalah putri sulung dari Adrie Subono. Melanie merupakan musisi dan aktvis HAM, dia sangat memperjuangkan hak-hak wanita, dia juga suka menyempatkan diri berkeliling Indonesia untuk mengajar dan mengajak masyarakat untuk membaca. Dia juga menyebarkan pikiran dan ideologinya melalui buku-bukunya.

Selain kegiatanya sebagai aktivis, dia juga seorang musisi. Sudah beberapa pernghargaan didapat Melanie sebagai musisi, seperti Best Solo Female/Male Rock Singer dari AMI Awards 2008 dan menjadi nominasi Penyanyi Solo Terbaik di IKON ASEAN Awards 2008.

Novel ini mengisahkan seorang Melanie dalam perjalanan hidupnya. Perjalanan kehidupan Melanie dalam novel ini tidak sekadar sebuah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi sebuah perjalanan yang mengajak pembaca novel kritis dan bijak dalam menghadapi peristiwa ketika sedang dalam permasalahan perjalanan itu.

Ketika Melanie menjalani perjalanan hidupnya dia menemukan sebuah masalah cukup besar. Masalah ini tidak menimpa dirinya, tetapi menimpa hak manusia terutama wanita. Masalah itu adalah seorang TKI dan TKW yang mendapat perlakuan tidak manusiawi oleh majikanya. Melanie sebagai aktivis dan pemikiranya yang kritis mengajak pembaca untuk ikut serta menyelesaikan masalah tersebut.

Masalah berikutnya dalam novel ini tidak hanya masalah sosial budaya, masalah yang dibahas dalam novel ini juga berupa rasa tahu diri dan introspeksi diri. Masalah ini berupa sifat dan perlakuan manusia terhadap lingkungan sekitar, beberapa contoh seperti banjir, korupsi, dan pemadaman listrik bergilir yang terjadi di Indonesia. Ketika manusia di Indonesia selalu mengeluh dengan ketiga masalah tersebut, apakah manusia-manusia itu juga sudah membuang sampah pada tempatnya, masuk kerja tepat waktu, dan membayar tagihan listrik dengan baik?

Masalah lain dalam novel ini adalah tentang bunuh diri dan pembunuhan yang dilakukan oleh segenap remaja. Para remaja ini bukan remaja biasa-biasa yang pergi ke mal, kafe, dan bioskop hanya untuk menghabiskan uang orang tua mereka, tetapi remaja yang mendapat perlakuan kasar oleh orang-orang di sekitarnya seperti teman dan saudaranya. Perlakuan kasar ini difokuskan pada perkataan kasar. Para remaja ini nekat untuk melakukan perbuatan melayangkan nyawa diri mau pun orang lain karena dikatai oleh perkataan kasar, penghinaan, dan perlakuan buruk lainnya. Jadi, masalah yang dialami oleh remaja di dunianya terutama di sekolahnya berupa perkataan kasar menjadi masalah serius yang harus dipecahkan bersama.

Novel ini memiliki kelebihan berupa ajakan penulis novel pada pembaca untuk bersikap kritis dan bijaksana terhadap kehidupan terutama masalah-masalah serius yang ada di sekitar kita sehingga pembaca bisa menjadi bagian yang berkontribusi dalam penyelesaian masalah-masalah serius. Akan tetapi, novel pun ini memiliki sedikit kekurangan, yakni terlalu menelanjangi hal-hal kontroversial Indonesia dalam berbagai masalah, seperti G30S/PKI, kasus Munir, dan korupsi di berbagai lini. Masalah-masalah ini sangat terbuka sekali dari yang ditampilkan oleh media. (*)

Peresensi, tinggal di Bandung.
Selepas menjabat Kepala Divisi Penyuntingan di ITB Press (Juni 2022), dia masih diberi amanah menjadi penulis dan editor di beberapa penerbit buku di Bandung, juga pengisi materi pada lokakarya pelatihan penyuntingan/editing naskah. Pengajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia dan Literasi Keilmuan di sebuah kampus di Bandung.

Tokoh Khayalan Juhara, Cerita Pendek EDI WARSIDI
Sajak Edi Warsidi
Editor, sang Pengawal Mutu Buku
Memang Jodoh, Novel Semiautobiografi Marah Rusli
Kisah Autisme dalam Novel
Pohon Randu Alas Raksasa, Pohon Gugur yang Wangi

Terkait

Terkini