Alhamdulillah, Donatur Shodaqoh Apem Datang dari Brunei dan Malaysia! Ketua Pelaksana Prosesi Sebaran Apem Syukur

"Maksud 'Kenduri Seni', bahwa kita menalurikan perilaku budaya Jawa, bahwa dari setiap kali akan ada gawe atau hajat akan dilakukan tradisi 'midodaren',"

1 September 2023, 09:38 WIB

Nusantarapedia.net | KLATEN, JATENG — Tradisi perayaan “Grebeg Saparan Yaa Qowiyyu Jatinom 2023” di Kota Jatinom-Klaten, Jawa Tengah, dibuka pada Kamis, (24/8/2023) hingga puncak perayaan tradisi “sebaran apem” pada Jumat, (1/9/2023) hari ini atau 15 Sapar 1957 Jawa.

Dari pantauan NPJ di kompleks makam Ki Ageng Gribig Jatinom pada malam “midodaren” sebaran apem, Jumat (1/9/2023) dini hari, pengunjung tak hanya masyarakat di Jatinom Raya-Klaten dan wilayah Solo Raya saja, namun kunjungan masyarakat dari berbagai penjuru wilayah di Tanah Air hadir di malam ‘midodaren’. Bahkan sebelumnya, sekelompok orang sebagai donatur shodaqoh apem datang dari negara Brunei Darussalam dan Malaysia.

Eko Susanto, selaku Ketua Pelaksana prosesi (ritual) “Sebaran Apem Yaa Qowiyyu 2023” dari kepanitiaan Pengelola Pelestari Peninggalan Kyahi Ageng Gribig Jatinom (P3KAG), mengungkapkan hal itu, Kamis (31/8/2023) dini hari, saat acara “Kenduri Seni” di amphitheater Oro-oro Klampeyan kompleks makam Ki Ageng Gribig Jatinom.

Menurut Eko, sebaran apem tahun 2022 kemarin sebanyak 6,5 ton apem. Sementara untuk besuk (nanti) diperkirakan mencapai 7 ton apem.

“Untuk yang tahun sekarang belum diketahui, karena ini masih jam 21:56 WIB, kalau di tahun kemarin dikisaran 6,5 ton. Dimungkinkan bisa tembus di angka 7 ton apem, karena untuk penutupan shodaqoh apem ditutup pada pukul 11:00 siang sebelum jumatan,” kata Eko.

“Kalau dibijikan, berapa jumlah apem, kita tidak mungkin menghitungnya, tapi ditimbang per tenggok. Hal ini untuk memastikan jumlah apem dapat terkontrol untuk acara shodaqoh (sebaran, red),” lanjutnya.

Eko selaku ketua pelaksana prosesi mengungkapkan tahapan-tahapannya saat puncak rangkaian “Grebeg Saparan Yaa Qowiyyu 2023” yang ditandai dengan prosesi sebaran apem.

“Pertama, setelah sholat Jumat, dua gunungan apem simbolis yang tadi sore diserahterimakan dari pihak Kecamatan Jatinom kepada P3KAG, untuk selanjutnya dibagikan di prosesi sebaran apem dengan dikirab dari atas diletakkannya gunungan apem ke panggung kehormatan. Nanti dua gunungan tersebut secara simbolis mulai dibagikan, yang rencananya dihadiri oleh Bupati Klaten Sri Mulyani, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo serta pejabat lainnya, kemudian dilanjutkan dengan penyebaran apem dari dua menara apem yang jumlahnya diperkirakan 7 ton tadi,” jelasnya.

Menurut Eko menuturkan, bahwa gunungan apem tersebut adalah simbol partisipasi dari masyarakat. Simbol kegotong-royongan, simbol persatuan bagi masyarakat di kawasan Jatinom dan sekitarnya.

Menurutnya, untuk gelaran perayaan sebaran apem tahun ini sungguh luar biasa gregetnya dan kekompakannya, juga gaungnya ke seluruh wilayah Indonesia. Banyak masyarakat dari berbagai wilayah turut menyumbang shodaqoh kue apem.

“Alhamdulillah, kue apem ini dimaknai sebagai bentuk syukur, karunia dari Allah atas apa yang telah diberikan kepada umatnya, hingga kesadaran masyarakat untuk bersodaqoh tinggi. Hampir masyarakat dari setiap pulau di Indonesia datang ke Mbah Gribig untuk bersodaqoh, seperti datang dari pulau Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera. Tentu tamu dari kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, apalagi dari kota-kota di sepanjang pesisir utara pulau Jawa yang lekat dengan budaya perwalian,” terang Eko Susanto.

Menurutnya, bahkan dari luar negeri turut bersodaqoh apem, atas gaung dari perayaan sebaran apem yang melegenda, terkenal melalui media-media.

“Kemarin ada sekelompok orang dari negara Brunei Darussalam dan Malaysia. Mereka secara khusus datang ke Mbah Gribig untuk menyumbang apem, dan melihat secara langsung rangkaian tradisi sebaran apem,” kata Eko penuh syukur.

Khusus untuk acara “Kenduri Seni” di malam midodaren ini, Eko menjelaskan maksud dari  kegiatan dengan tema tersebut.

“Maksud ‘Kenduri Seni’, bahwa kita menalurikan perilaku budaya Jawa, bahwa dari setiap kali akan ada gawe atau hajat akan dilakukan tradisi midodaren. Kegiatannya midodaren, aktifitasnya midodareni. Konteks dari midodaren, ya, kita itu adalah shodaqoh, shodaqohnya berupa macam-macam. Ya shodaqoh apem, shodaqoh seni, shodaqoh uang, shodaqoh doa. Nah, kita kemas shodaqoh-shodaqoh itu (seni), kita namakan ‘Kenduri Seni,'” urai Eko.

“Acara ‘Kenduri Seni’ ini sudah agenda rutin sejak 2013, hanya saja dua tahun karena covid sempat terhenti. Untuk bentuk keseniannya kita arahkan untuk seni tradisi yang mengandung unsur kearifan lokal, budaya lokal. Dan kita tidak ada sama sekali pesta miras, tidak ada joged ria, karena kita sesuaikan dengan karakter event dan karakter area,” masih Eko menguraikan.

Di akhir wawancara di sela-sela acara berlangsung, Eko mengungkapkan harapannya ke depan.

“Setelah kita lepas dari pandemi, harapannya sebuah doa untuk isi negeri ini supaya bisa pulih dari bencana yang selama dua tahun mendera kita. Karena covid sudah selesai, PPKM sudah dicabut, tapi efek atau dampaknya belum pulih. Untuk itu momentum Yaa Qowiyyu tahun ini, adalah awal windu di tahun 1957 Jimawal, dengan sengkalan ‘Mandita Tinata Pambukaning Candra,’ sebuah awal tahun yang baik dalam siklus perhitungan windu,” jelas Eko penuh harap.

“Secara spirit, gelaran tradisi sebaran apem Yaa Qowiyyu 2023 ini mendatangkan efek manfaat untuk masyarakat. Efek secara edukasi, efek religi, efek ekonomi, sosial budaya, politik dan efek lainnya,” tutup Eko Susanto selaku pegiat budaya ini.

Sebelumnya, pelaksanaan tradisi Saparan 2023 ini secara kelembagaan di bawah naungan Kantor Kecamatan Jatinom-Klaten untuk menyelenggarakan rangkaian seremoni dan kegiatan yang diasuh oleh Plt. Camat Jatinom, Agus Sunyata. Sedangkan untuk domain prosesi ritual dilaksanakan oleh Pengelola Pelestari Peninggalan Kyahi Ageng Gribig (P3KAG).

Rangkaian kegiatan digelar per harinya dari sejak pembukaan, seperti; Kirab Seni Budaya, Festival Drumben, Gladen Ageng Jemparingan dan Aneka Pentas Seni, Gelar Seni Budaya XXI, Pentas Seni Gejog Lesung – Tari dan Karawitan, Kirab Gerobak Sapi dan Kenduri Seni, (24-30/08/2023).

Kemudian pada tanggal 31 Agustus mulai dibuka donatur Shodaqoh Apem, Kirab Gunungan, Kenduri Seni dan Pentas Wayang Kulit di malam “Midodaren”. Puncaknya tanggal 1 September 2023, dengan puncak acara prosesi “sebaran apem” (kue apem), selepas sholat Jumat.

IMG 20230831 204703 204
Suasana di malam ‘midodaren’ Grebeg Saparan Sebaran Apem Yaa Qoowiyyu 2023. Oro-oro Klampeyan, kompleks makam Ki Ageng Gribig Jatinom, Klaten, Jawa Tengah. Kamis, (31/8/2023) malam.
IMG 20230831 220718 259
Eko Susanto, Ketua pelaksana prosesi (ritual) “Sebaran Apem Yaa Qowiyyu 2023” dari kepanitiaan Pengelola Pelestari Peninggalan Kyahi Ageng Gribig Jatinom (P3KAG).

Terkait

Terkini