Andy Noya Gagal Menjadi Penjahat
Dari kejadian ini, Andy mulai membenci orang yang kaya. ”… hidup telah mengajariku tentang betapa timpangnya tataran sosial ekonomi di masyarakat kita. Ada jurang dalam antara yang miskin dan kaya” (hlm. 53)

Nusantarapedia.net, Gerai | Resensi — Andy Noya Gagal Menjadi Penjahat
UNTUK penonton televisi, sosok Andi F. Noya sudah tidak asing lagi. Setelah sukses membawakan acara ”Kick Andy”, Noya juga sukses membawakan acara penemuan anak muda inovatif, ”Bing Bang! Show” pada salah satu stasiun televisi swasta nasional. Dahulu orang mengenal jurnalis yang dibesarkan oleh media cetak milk Surya Paloh itu, berambut keriting dan pada awal 2014 mengubah penampilannya menjadi pelontos.
Buku biografi Andy Noya ini dibuka dengan kisah masa kecil dengan kondisi ekonomi keluarga yang sangat pas-pasan. Tinggal di tempat parkir, sekamar bertiga, sampai-sampai tidak memiliki pakaian yang baru. Ayahnya meninggalkan ia sejak kecil sehingga sang ibu harus membanting tulang dengan bekerja sebagai penjahit. Kehidupan keluarga Andy benar-benar semakin sengsara saat ia tidak sengaja memecahkan kaca spion mobil orang. Akibatnya, ibu harus menanggung beban yang luar biasa beratnya. Dari kejadian ini, Andy mulai membenci orang yang kaya. ”… hidup telah mengajariku tentang betapa timpangnya tataran sosial ekonomi di masyarakat kita. Ada jurang dalam antara yang miskin dan kaya” (hlm. 53).
Andy remaja hidup tanpa kasih sayang. ”Perasaan lonely kerap kurasakan ketika kecil. Tidak ada orang tua sebagai tempat berlindung dan mengadu. Dalam kesendirian seperti itu, aku sering merindukan sosok ayah. Tetapi pada saat itu ayah entah di mana. Aku hanya bisa menangis” (hlm. 5).

Kelakuan Andy kadang-kadang brutal dan cenderung kriminal. Hal ini membuat banyak orang di sekitarnya cemas. Bahkan, Andy diramallkan akan menjadi seorang penjahat. Kehidupan Andy dilanjutkan di Papua. Di provinsi paling ujung Indonesia itu, ia berjumpa dengan sang ayah yang selama ini ia lupakan. Di Kota Jayapura, banyak kisah Andy yang nyeleneh, seperti mengungkapkan cinta kepada gurunya, tenggelam di laut, hingga berkelahi dengan ayahnya. Pada saat berkelahi itu, ayahnya meninggal dunia tepat di pangkuan Andy. Sebuah kisah yang meyayat.
Andy gagal menjadi seorang penjahat sebagaimana ramalan terdahulu. Ketika sukses menjadi Pemred Metro TV, semua orang yang mengenalnya akan kagum dan bangga.
Andy tetap tegas dan tidak mau didikte siapa pun, termasuk staf istana kepresidenan yang meminta Andy mengubah materi wawancara dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tokoh lainnya yang bernasib sama seperti SBY, yakni mantan Panglima TNI, Wiranto. ”Sebelum wawancara, kutanyakan apakah daftar pertanyaan yang akan diajukan akan dia lihat lebih dulu? Wiranto menggeleng. Hal itu kulakukan karena aku keberatan jika pertanyaan yang kuajukan disensor lebih dulu.” (hlm. 322).
Sewaktu menjabat Pemred Metro TV, Andy tegas memegang teguh kode etik profesi wartawan. Di mata Andy, segala bentuk pelanggaran kode etik, tidak displin, dan tidak jujur, menjadi neraka untuk pelakunya. Waktu itu ada reporter menerima ”amplop” dalam kegiatan peliputan, tetapi isinya ia kasihkan kepada sopir yang sedang butuh biaya perawatan keluarganya. Andy memecat ketiganya. Dengan alasan apa pun, tiga orang ini melanggar aturan, norma, dan moral. ”… cukup banyak wartawan yang aku pecat karena tiga hal itu (hlm. 372—373).

Edi Warsidi, tinggal di Bandung
Pernah menjadi editor paruh waktu untuk buku pelajaran Bahasa Indonesia di South Australian Certificate of Education (SACE), Board of South Australia, Adelaide.
Wanita Salihah yang Sebenarnya
Hantu, Tuhan, dan Tahun
Virus Motivasi untuk Kemajuan Diri
Cerita Satir dan Alegori tentang Kemaluan dan Kehidupan
Mata Air dan Pohon Resan di Umbul Leses Boyolali
Umpamane Ora Impor Beras Ngono Piye To? Perdebatan-Alasan: Petani Rugi, Stok, Harga, Cuaca, Mbok Dihentikan! Katanya Negeri Jelai