Anies Dibaca Dapat Tiket, Lantas Pilih AHY atau Khofifah? Bagaimana Jika Ganjar bahkan Puan?
- maka Koalisi Perubahan akan terus melakukan tes ombak dengan memasang-masangkan Anies dengan banyak tokoh. Tujuannya tentu untuk mengukur, kalkulasi, memainkan opini dan emosi publik -
Maka, framing tersebut yang sebenarnya hanya siasat saja untuk tes ombak, siapa sebenarnya yang layak dijadikan cawapres. Maka publik pun biar mereka-reka nama cawapres Anies dari eksternal selain nama Aher (PKS), AHY (Demokrat) yang dari internal. Muncullah nama Khofifah Indar Parawansa, Andika Perkasa hingga Yenny Wahid.
Sekali lagi, taruhlah Koalisi Perubahan tidak bubar hingga tahapan pendaftaran capres-cawapres, maka Koalisi Perubahan akan terus melakukan tes ombak dengan memasang-masangkan Anies dengan banyak tokoh. Tujuannya tentu untuk mengukur, kalkulasi, memainkan opini dan emosi publik. Lihatlah nanti, setelah ini, pasti akan dihembuskan dari manapun arahnya, seperti nama Puan Maharani, Ganjar Pranowo, bahkan nama Gibran sekalipun yang berpotensi besar berpasangan dengan Anies. Tak tik yang sama diperankan oleh Surya Paloh dalam membangun komunikasi dengan parpol maupun menjaga ritme damai di kabinet Jokowi, dan seolah-olah membuat kesan Koalisi Perubahan lemah, retak dan menuju bubar.
Pilihan yang realistis dan masuk akal sebagai pendamping Anies tetaplah kembali pada figur internal, yaitu AHY. Mengapa AHY? Karena apapun yang terjadi Demokrat dalam kesatuan presidential threshold. Mengingat dengan perhitungan sederhana saja, antara Aher dan AHY pastilah AHY yang memiliki potensi lebih (popularitas-elektabilitas, dsb).
Lantas mengapa Khofifah? Ya, Khofifah jelas punya basis massa Jawa Timuran yang notabene warga Nahdiyin, yang mana suaranya cukup signifikan. Di situlah upaya pendekatan Koalisi Perubahan kepada warga Nahdiyin, meskipun Khofifah juga secara serius tetap dipandang sebagai cawapres betulan pilihan Koalisi Perubahan, mesti peta jalan potensi itu kecil.
Lantas siapa? Realistiskah cawapresnya tetap AHY. Ya, perlu diingat bahwa AHY adalah kelanjutan dari SBY. Apapun yang terjadi SBY adalah seorang yang berfikir dan bertindak “strategis”. Ingat kala SBY berhasil menyalip Megawati.
Lagi-lagi, SBY yang kala itu menarik (ganteng), terlebih memori publik pada dua periode kepemimpinan SBY yang dianggap sukses tentu masih melekat. Begitu juga hal yang sama ada pada diri AHY yang pintar, ganteng dan menarik. Punya pengalaman militer, cakap, fasih berbahasa Inggris, pembelajar, dan meskipun dikesankan tidak mempunyai pengalaman birokrasi. Artinya, AHY sebenarnya dengan tingkat popularitas dan elektabilitas yang tinggi, meskipun tidak diunggulkan di lembaga-lembaga survei. Namun tentu, hal ini sudah dihitung oleh tim independen seberapa besar popularitas dan elektabilitas AHY secara real.
Hingga akhirnya, potensi terbesar pendamping Anies adalah AHY. Dan jadilah pasangan bacapres-bacawapres menuju capres-cawapres adalah pasangan ABW-AHY (Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono), yang diusung oleh Nasdem, Demokrat dan PKS dan masih berpotensi didukung partai lainnya.
Namun catatannya, AHY masih disimpan. Ya, AHY disimpan terlebih dahulu sebelum benar-benar akan dipasarkan kepada publik, mengingat perseteruan sejak SBY dengan Megawati, SBY dengan Jokowi membuat resistensi politik yang tinggi bila AHY tidak dimunculkan dalam timing yang tepat. AHY akan bersafari all out ketika tiba waktunya.
B Ari Koeswanto ASM | pemerhati budaya Nusantara
Anies Bukan Soal Tiket Capres, Anies Role Model Demokrasi Partisipatif
“Safari Pikiran” Anies Baswedan Jalan Terus! Hak Politik Setiap Warga Negara Menumbuhkan-Menawarkan Ide Gagasan untuk Indonesia
Sinyal Megawati Sebut Ratu Kalinyamat, Puan kah? Capres Wanita PDI-P (1)
Pidato Mega di HUT PDIP Sinyal Dukung Puan, Peringatan Untuk Ganjar!
2023, Dicari Cendekiawan yang Jujur dan Mendobrak, Menyentuh Wacana Publik Tujuan Indonesia
Ganjar Pranowo, “Capres” PDIP 2024