Apem Jatinom, Buruan Beli Apemnya! Ambil Spiritnya!
Sasine sapar pengetan Grebeg Saparan (yo tindak) - Sodaqoh apem tanda syukur kang Kuasa - Niki apem afwan dadi pengampunan - Ya Qowiyyu Ya Allah nyuwun kekuatan
Nusantarapedia.net, Jurnal | Tourism — Apem Jatinom, Buruan Beli Apemnya! Ambil Spiritnya!
“Alhamdulilah, Saparan tahun ini ramai, karena ini juga acara tahunan, karena dua kali Saparan tidak digelar karena Covid-19. Sejak dibuka seminggu yang lalu sudah ramai pengunjung, baik lokal maupun dari luar daerah, berdampak juga pada penjualan apem,” kata Dita.
“Kutha nJatinom wewengkon Klaten Bersinar (terang)
Ki Ageng Gribig trahing nata Majapahit
Syiar dakwah lan lenggah ing jati enom
Murwakani adeging kutha nJatinom”
“Sasine sapar pengetan Grebeg Saparan (yo tindak)
Sodaqoh apem tanda syukur kang Kuasa
Niki apem afwan dadi pengampunan
Ya Qowiyyu Ya Allah nyuwun kekuatan”
“Sami bakulan tetukon, ing dina legi pasarane
Pasar sapi wedus manuk pitik, lan liyo-liyane”
“Tuku janganan woh-wohan, bumbu dapur sakwernane
Pasar Gabus sepira butuhe”
“Tokone pepak jejer-jejer
Pasar Bonyokan klithikane
Kulinere esuk awan wengi murah enak rasane”
“Menyang umbul Jolotunda
Susuhan uga Gedaren
Kutha apem nJatinom sebutane”
“Aku lan kowe kelingan
Nalika isih pacaran
Ning saparan, Oro-oro Plampeyan”
“Sing disuwun sakkabehe
nJatinom kiwa tengene
Tansah reja raharja selawase”
Di atas adalah syair lagu berjudul “Kutha nJatinom” yang ditulis oleh Bhre Ari Koeswanto Abdurrahman Suryo Mataram, seorang budayawan asal Klaten.
Ya, begitulah gambaran mengenai kota Jatinom, sebuah kota kuno yang dahulu diduga bernama Desa Ngibig. Sebuah kota kuno berstatus kecamatan eks-Kawedanan Jatinom di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Setidaknya, jejak Islam di Jatinom sudah ada sejak tahun 1450 dalam kesatuan politik global Islam.
Setelah dua tahun vakum akibat pandemi Covid-19, rangkaian perayaan “Ya Qowiyyu” atau “Sodaqoh Apem” atau “Sebaran Apem” dalam tradisi “Grebeg Saparan” tahun 2022 kembali digelar.
Rangkaian perayaan tradisi “Grebeg Saparan” 2022 ini dihelat selama sepuluh hari, dari tanggal 8 – 16 September 2022. Puncak peringatan dengan tradisi “Sebaran Apem” jatuh pada Jumat (16/9/2022) siang, selepas salat Jumat, atau tanggal 19 Sapar Tahun 1956 Ehe, hari Jumat Kliwon dalam kalender Jawa Sultan Agung-an.
Rangkaian tradisi Saparan dibuka (pembukaan) pada Kamis, 8 September 2022 dengan agenda pawai atau karnaval seni budaya yang melibatkan semua unsur. Dijadwalkan hari ini, Kamis, (15/9/2022) juga akan dihelat puncak pawai atau karnaval dengan ragam acara seperti drumben, ondel-ondel, reog/jathilan, pencak silat, dsb.
Rangkaian tradisi Saparan ini secara administratif digelar di Kelurahan Jatinom dan Desa Bonyokan, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Wilayah ini disebut dalam satu kesatuan entitas “Jatinom Raya”. Sedangkan Kecamatan (kota) Jatinom sendiri merupakan salah satu kota satelit penyangga Kabupaten Klaten, yang dahulu statusnya sebagai wilayah kawedanan, membawahi wilayah kawedanan, yaitu Kecamatan Jatinom, Tulung, Karanganom dan Polanharjo.
Sedangkan inti dari pagelaran ini sebagai tradisi peringatan masuknya Islam dengan syiar dan dakwah yang dilakukan oleh Ki Ageng Gribig.
Ki Ageng Gribig pada awalnya berkedudukan di “Kedatuan Ngibig atau Kedatuan Al Maghribi” Jatinom, yang saat ini keberadaannya berupa makam, makam para waliyullah penyebar agama Islam. Yang mana saat ini makam tersebut dilestarikan dan digunakan sebagai “living monument” atau monumen hidup budaya “nJatinoman” khususnya, dan masyarakat muslim Jawa yang melakukan ziarah kubur ke Jatinom setiap harinya, sebagai bagian dari spirit kehidupan masyarakat.
Perayaan ini disebut dengan “Grebeg Saparan”, karena berlangsung di bulan Sapar atau bulan kedua dalam kalender Hijriah (Safar). Dinamakan “Ya Qowiyyu” yang artinya Maha Kuat/Maha Besar, erat dengan simbolisasi dalam ajaran Islam ketika para waliyullah syiar di daerah “Ngibig:Gribig:Jatinom”.
Sedangkan istilah perayaan “Sebaran Apem” merupakan resepsi kultur Jawa ke dalam Islam atau sebaliknya, yaitu sebagai simbol “sodaqoh” atau beramal yang dilakukan oleh Ki Ageng Gribig kepada para santri-santrinya atau masyarakat setempat di Kedatuan dengan memberikan oleh-oleh berupa kue “Apem:Afwan:Afuan” selepas naik haji bersama Sultan Agung dari Mataram, sebagai simbol saling memaafkan atau meminta ampunan. Selanjutnya, menjadi peringatan budaya dengan “menyebarkan apem”.
Sebagai pengetahuan bersama yang bersifat diskursus, dalam mendefinisikan mengenai Ki Ageng Gribig Jatinom, bahwa keberada Kedatuan Ngibig/Ki Ageng Gribig telah ada di Jatinom sejak politik global Islam pada tahun 1450-an, pada periode yang paling awal. Sedangkan Ki Ageng Gribig dalam definisi saat ini dalam konteks “Grebeg Saparan” adalah versi Ki Ageng Gribig dari Kesultanan Mataram, yang mana pada tahun 1620-an Sultan Agung datang ke “Ngibig/Gribig,” yang kemudian mengubahnya menjadi nama “Jati Enom” selanjutnya menjadi Jatinom.
Kini, perayaan “Ya Qowiyyu” selain sebagai sebuah spirit, tradisi, juga telah masuk ke dalam kesatuan budaya modern. Juga telah masuk dalam event kalender pariwisata Kabupaten Klaten.