Asa Kepemimpinan “Gung Binanthara” Presiden 2024 (2)
Presiden mendatang perlu membangkitkan kesadaran, bahwa khasanah ilmu pengetahuan bangsa Indonesia tak kalah dari bangsa-bangsa dunia, justru nilai-nilai kebajikannya (virtue) itu menjadi keutamaan
Nusantarapedia.net | JURNAL-RELIGI — Asa Kepemimpinan “Gung Binanthara” Presiden 2024 (2)
Oleh : B. Ari Koeswanto ASM
“Astabrata adalah delapan filosofi atau dasar akan jalan kebijaksanaan dalam konsep kepemimpinan yang harus dijadikan pegangan oleh seorang pemimpin. Kedelapan nilai kepemimpinan tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Satu saja aspek (unsur) tidak terpenuhi dalam praktik kepemimpinan, maka dianggap sebagai kegagalan dalam kepemimpinan.”
– Delapan laku tersebut berupa sifat dan watak kepemimpinan yang harus diterapkan sebagai bentuk kewajiban (dharma) oleh seorang raja dalam memimpin negeri. Hasilnya, kepemimpinan yang dihasilkan oleh raja memuat bentuk kebijaksanaan pada rakyatnya. Endingnya, dapat mencapai tujuan. –
– Presiden mendatang harus mampu mengharmoniskan keseluruhan tatanan kosmis dan sosial, sebagai parameter keberhasilan kepemimpinannya dalam memegang negara atau pemerintahan, –
FILOSOFI konsep kepemimpinan Jawa pada periode Jawa Klasik ada dalam kakawin (syair) cerita Ramayana (kisah sang Rama), yang ditulis dalam bentuk tembang berbahasa Jawa Kuno, era Mataram Hindu pada masa pemerinthan raja Dyah Balitung sekitar tahun 870 M (820-832 Saka). Karya sastra ini berbentuk seperti puisi dengan ciri naratif yang panjang, maka disebut sebagai adikakawin karena yang pertama, terpanjang, dan terindah pada masa Kerajaan Medang (era klasik).
Dalam pandangan kosmologi kepemimpinan Jawa dari pengaruh spirit Hindu pada Kakawin Ramayana, kepemimpinan yang bagaikan dewa, merujuk pada sifat-sifat kedewaan dari 8 dewa, yakni Dewa Indra, Yama, Surya, Candra, Bayu, Kuwera, Baruna, dan Brahma (Agni). Seorang pemimpin harus merepresentasikan sifat dan watak dari kedelapan dewa tersebut. Ini disebut dengan konsep kepemimpinan Astabrata. Harapannya, seorang pemimpin mampu melakukan internalisasi diri (pengejawantahan) ke dalam delapan sifat yang agung. Ini sebagai simbol kearifan dan kebijaksanaan sang raja dari nilai-nilai spiritual yang datang dari Tuhan.
Astabrata adalah ajaran tentang darma atau kewajiban seorang raja. Prasyarat untuk menjadi “ratu gung binathara” seorang pemimpin dituntut mampu mengimplementasikan nilai-nilai dalam ajaran Astabrata.
Astabrata adalah delapan filosofi atau dasar akan jalan kebijaksanaan dalam konsep kepemimpinan yang harus dijadikan pegangan oleh seorang pemimpin. Kedelapan nilai kepemimpinan tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Satu saja aspek (unsur) tidak terpenuhi dalam praktik kepemimpinan, maka dianggap sebagai kegagalan dalam kepemimpinan.
Kakawin Ramayana yang didalamnya memuat teks Astabrata, berkisah perihal prahara cinta yang bertepuk sebelah tangan dari seorang Rahwana kepada Dewi Sinta, istri Sri Rama, seorang raja dari negeri adidaya bernama Ayodya. Cinta yang bertepuk sebelah tangan karena dedikasi cinta Sinta kepada Rama ini bermuara pada peperangan besar dan kematian Rahwana. Di ujung kisah, Rama, yang ialah titisan Dewa Wisnu, menasihati Arya Wibisana, adik Rahwana, supaya mau menggantikan posisi kakaknya memerintah negeri Alengka.
Dalam konteks inilah, Rama menjabarkan konsep kepemimpinan pada Wibisana, calon raja baru di Alengka, setelah merasa putus asa menyaksikan keluarga besarnya gugur di medan peperangan. Ia dirundung kemalangan merasa diri sebatang kara. Melihat itu Rama memberikan ajaran kepemimpinan yang disebut Astabrata. (Astabrata, Sumber Nilai-Nilai Kepemimpinan Jawa, indonesia.go.id:2019)
Secara etimologi, kata asta berarti “delapan” dan brata berarti “laku”. Astabrata berarti delapan laku. Delapan laku tersebut berupa sifat dan watak kepemimpinan yang harus diterapkan sebagai bentuk kewajiban (dharma) oleh seorang raja dalam memimpin negeri. Hasilnya, kepemimpinan yang dihasilkan oleh raja memuat bentuk kebijaksanaan pada rakyatnya. Endingnya, dapat mencapai tujuan.