Autis, Gejala dan Penanganannya

Mutasi gen juga tampak terlibat dalam ASD. Beberapa anak yang mengalami gangguan ini dikaitkan dengan kelainan genetik, seperti sindrom Rett atau sindrom Fragile X.

16 Juli 2022, 23:30 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Kesehatan — Autis, Gejala dan Penanganannya

“AAP (American Academy of Pediatrics) merekomendasikan untuk memulai intervensi dini pada Si Kecil sebelum usia 5 tahun. Intervensi biasanya mencakup terapi bicara dan terapi tambahan seperti analisis perilaku terapan. Serta ia akan mengajarkan Si Kecil untuk berkomunikasi, bermain, dan belajar.”

Gejala autisme sering kali muncul di usia 2 tahun. Pada sebagian kasus, gejala autisme tampak di usia kurang dari 1 tahun atau baru timbul ketika dewasa.

Penderita autisme umumnya mengalami hambatan saat menjalani aktivitas sehari-hari, dengan gejala dan tingkat keparahan yang dapat berbeda-beda pada tiap penderita.

Berikut ini adalah beberapa ciri biasanya muncul pada penderita autisme:

• Tidak merespons saat namanya dipanggil, meski kemampuan indera pendengarannya normal
• Tidak pernah mengungkapkan emosi dan tidak peka terhadap perasaan orang lain
• Tidak bisa memulai atau meneruskan percakapan, bahkan hanya untuk meminta sesuatu
• Sering mengulang kata, tetapi tidak memahami penggunaannya secara tepat
• Sering menghindari kontak mata dan kurang menunjukkan ekspresi wajah
• Memiliki nada bicara yang tidak biasa, misalnya datar seperti robot
• Lebih senang menyendiri, seperti berada di dunianya sendiri
• Tidak memahami pertanyaan atau petunjuk sederhana
• Enggan berbagi, berbicara, atau bermain dengan orang lain
• Menghindari atau menolak kontak fisik dengan orang lain

Penyebab autisme

Menurut ahli saraf anak Andrew Zimmerman, M.D., sindrom autisme dapat menjadi suatu penyakit turunan karena memiliki gen yang sama. Namun, tidak menutup kemungkinan gen yang berbeda dapat terserang juga. Biasanya sindrom autism ini bisa ditemukan sejak Si Kecil berada di dalam rahim.

Sebuah studi Ohio State University menemukan bahwa wanita yang mengalami stres besar ketika hamil maka memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan anak autis. Kemudian satu penelitian menunjukkan Bunda yang menderita psoriasis selama hamil berisiko dua kali lebih besar melahirkan anak dengan sindrom autisme.

Beberapa ilmuwan menduga bahwa usia Bunda juga bisa menjadi faktor risiko untuk Si Kecil terkena autis. “Kami tidak melihat wanita berusia awal 20-an membawa anak-anak autis ke klinik” kata Zimmerman. “Sebagian besar Bunda berusia 30-an dan 40-an,” imbuhnya.

Usia Bunda yang lanjut, disinyalir turut mempengaruhi kemungkinan paparan racun, virus, dan bahan kimia. Sehingga Bunda yang hamil di atas usia 30-an lebih berisiko melahirkan anak dengan sindrom autisme.

Mutasi gen juga tampak terlibat dalam ASD. Beberapa anak yang mengalami gangguan ini dikaitkan dengan kelainan genetik, seperti sindrom Rett atau sindrom Fragile X. Selain itu, mutasi gen dapat mempengaruhi perkembangan otak atau cara sel-sel otak berkomunikasi, bahkan dapat menentukan tingkat keparahan gejalanya.

Para peneliti juga menganggap bahwa faktor lingkungan, seperti infeksi, obat-obatan, atau komplikasi selama kehamilan, serta polutan udara, berperan dalam memicu gangguan spektrum autisme.

Ada pula beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko anak terkena gangguan ini, di antaranya:

• Jenis kelamin anak. Anak laki-laki empat kali lebih mungkin terkena ASD daripada anak perempuan
• Riwayat keluarga. Adanya satu anak dengan ASD dalam keluarga meningkatkan risiko anak yang lain untuk mengembangkannya
• Gangguan lain. Anak-anak dengan kondisi medis tertentu, seperti tuberous sclerosis berisiko lebih tinggi memiliki autism spectrum disorder
• Bayi yang sangat prematur. Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 26 minggu memiliki risiko lebih besar terhadap gangguan ini.
Jika anak menunjukkan tanda-tanda autism spectrum disorder, Anda dapat memeriksakannya pada psikolog atau psikiater anak, ahli saraf anak, atau dokter perkembangan anak untuk mengevaluasi kondisi anak Anda tersebut.

Penanganan Autisme

AAP (American Academy of Pediatrics) merekomendasikan untuk memulai intervensi dini pada Si Kecil sebelum usia 5 tahun. Intervensi biasanya mencakup terapi bicara dan terapi tambahan seperti analisis perilaku terapan. Serta ia akan mengajarkan Si Kecil untuk berkomunikasi, bermain, dan belajar.

Lalu adapula sistem komunikasi picture exchange yaitu menggunakan kartu gambar untuk membangun kosakata dan keterampilan komunikasi. Terapi intervensi floortime dan relationship development juga mengajarkan keterampilan interaksi sosial. Selain itu, ada juga teach adalah program yang berbasis sekolah.

Sejumlah opsi perawatan yang dapat dilakukan adalah:

• Terapi perilaku dan komunikasi
Terapi perilaku akan membantu anak menghadapi kesulitan bersosial, berbahasa, dan berperilaku yang berkaitan dengan autism. Selain itu, anak akan diajarkan berkomunikasi lebih baik, bertindak dalam situasi sosial, mengurangi perilaku bermasalah, dan mengajarkan keterampilan baru.

• Terapi wicara dan bahasa
Penyandang autisme dapat mengalami gangguan bicara sehingga sulit untuk berbahasa. Namun, terapi wicara dapat membantu meningkatkan pemahaman maupun penggunaan bahasa dan bicara anak autis.

• Terapi okupasi
Terapi okupasi mengajarkan keterampilan yang membantu anak autis untuk lebih mandiri, misalnya untuk berpakaian, makan, atau menggunakan toilet sendiri.
Terapi okupasi juga dapat mencakup terapi untuk meningkatkan keterampilan fisik anak, seperti gerakan halus jari atau gerakan tubuh yang lebih besar, agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

• Terapi pendidikan
Terapi pendidikan sangat bermanfaat bagi anak yang mengalami kesulitan menerima pelajaran di sekolah.
Para pengajar akan memberi program pendidikan yang terstruktur sehingga mudah dimengerti anak autis. Anak akan dilibatkan dengan berbagai kegiatan untuk meningkatkan keterampilan sosial, komunikasi, dan perilaku. Anak sering kali menunjukkan kemajuan yang baik dengan terapi ini.

• Terapi keluarga
Dalam terapi keluarga, orangtua dan anggota keluarga lain dapat mempelajari cara bermain dan berinteraksi dengan anak autis. Hal ini dapat mendorong anak meningkatkan keterampilan interaksi sosial, mengelola perilaku bermasalah, dan berkomunikasi.

• Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat membantu mengendalikan gejala. Obat anti psikotik kadang digunakan untuk mengobati masalah perilaku yang parah, sedangkan anti depresan diresepkan untuk kecemasan.

Perawatan lain mungkin diperlukan untuk autism. Akan tetapi, hal ini bergantung pada kebutuhan anak. Oleh sebab itu, jangan ragu untuk selalu berkonsultasi pada psikolog maupun psikiater anak.

Mendampingi anak dengan autism

Mendampingi anak autis adalah tantangan tersendiri bagi orangtua. Bukan hanya sekadar memahami apa arti autis, Anda harus memberikan perhatian ekstra agar mereka dapat menjalani hidup dengan normal.

Berikut adalah beberapa tips mendampingi anak Autis:
• Berkonsultasi pada dokter dan ahli kesehatan tepercaya.
• Lakukan kunjungan ke dokter dan terapis secara rutin.
• Simpan catatan kunjungan untuk memutuskan pilihan perawatan ataupun memantau kemajuan anak.
• Bekali diri dengan pengetahuan mengenai autisme agar tidak terkena hoax yang menyesatkan.
• Ajak anak berkomunikasi.
• Libatkan anak dengan kegiatan yang bermanfaat dan menyenangkan.
• Bergabung dengan komunitas autisme.

Pencegahan autisme

Jika ditarik mundur ke belakang, autisme bisa dicegah dengan beberapa tindakan, seperti;
Batasi asupan ikan yang terkontaminasi
Ikan predator besar, seperti tuna yang mengandung tingkat merkuri yang tinggi, makanan laut seperti salmon mungkin memiliki tingkat bahan kimia industri yang lebih tinggi. Jadi, yang terbaik adalah makan ikan liar yang lebih kecil dan lebih rendah posisinya pada rantai makanan.

Meminimalkan paparan kimia

Ada bahan kimia di sekitar rumah, seperti semprotan atau pengharum ruangan, yang belum sepenuhnya diuji. Terutama sejak dini dalam kehamilan, jangan menggunakan produk yang belum Bunda ketahui keamanannya secara pasti.

Merokok saat hamil

Menurut peneliti Swedia, Bunda yang merokok secara teratur selama kehamilan dini akan memiliki peningkatan risiko 40 persen melahirkan Si Kecil dengan sindrom autisme.
Demikian Bunda penjelasan mengenai gejala, penyebab, pengobatan dan pencegahan sindrom autis. Semoga bermanfaat.

)* dikutip dari beberapa sumber

Down Syndrome, Penyebab dan Ciri-cirinya
6 Langkah Pertolongan Pertama Gangguan Kejang (Epilepsi)
Bumil Ngidam, Haruskah Dituruti?
Overthinking: Berfikir Berlebihan, Bukan Berarti Pemikir
Temper Tantrum Pada Anak dan Cara Mengatasinya
Tinjauan Kritis Beban Perempuan dengan Anak Penyandang Disabilitas

Terkait

Terkini