Bahasa Indonesia dalam Buku Kumpulan Soal
Berdasarkan sistem tata bahasa Indonesia, kata yaitu tidak dapat berfungsi sebagai predikat (tidak predikatif). Hal yang dapat berfungsi sebagai predikat ialah kata adalah atau ialah.
Nusantarapedia.net, Jurnal | Pendidikan — Bahasa Indonesia dalam Buku Kumpulan Soal
Anak sulung saya menunjukkan buku barunya. Dengan bangga, anak saya ini membeli buku baru sebentuk kumpulan soal latihan untuk dipakai sehari-hari. Kira-kira ada delapan buku baru yang dibelinya di gerai fotokopi dekat sekolah.
”Memangnya buku paket dari pemerintah tidak dipakai?” tanya saya.
”Dipakai, Yah. Nggak tahu, pokoknya guru menyuruh semua teman sekelas membeli buku kumpulan soal latihan ini,” jawab si Sulung.
Sambil terheran-heran, saya iseng-iseng melihat buku latihan kumpulan soal. Pada sebuah halaman buku, saya menemukan kalimat berikut.
- Bacaan yang perlu mendapat perhatian yaitu bacaan nomor 3 dan 5, energi alternatif dan biokompos.
- Definisi lama tentang figuran yaitu tokoh yang muncul sebagai pelengkap cerita.
Walaupun kasus penggunaan kata yaitu, yakni, ialah, dan adalah dipandang ”usang”, ketaktepatan ini kerap terjadi sebagaimana contoh 1) dan 2). Mengapa contoh 1) dan 2) dipandang tidak sesuai dengan syarat tata bahasa?
Kedua contoh tersebut berkaitan dengan penggunaan kata yaitu. Berdasarkan sistem tata bahasa Indonesia, kata yaitu tidak dapat berfungsi sebagai predikat (tidak predikatif). Hal yang dapat berfungsi sebagai predikat ialah kata adalah atau ialah. Oleh sebab itu, contoh tersebut harus diperbaiki. Pada nomor 1), kata yaitu harus diubah menjadi kata ialah. Kata yakni pada kalimat 2) seharusnya adalah. Dengan demikian, perubahannya seperti berikut.
- Bacaan yang perlu mendapat perhatian ialah bacaan nomor 3 dan 5, yakni (yaitu) energi alternatif dan biokompos.
- Definisi lama tentang figuran adalah tokoh yang muncul sebagai pelengkap cerita.
Pada contoh 1), kata yaitu/yakni dapat dipakai secara sekaligus dalam konteks kalimat yang sama dengan kata ialah—yang dalam hal ini tidak dapat diganti dengan kata adalah. Kata adalah cenderung digunakan untuk konstruksi yang menegaskan definisi, sebagaimana tampak pada contoh 2).
Penggunaan kata ialah atau adalah terdapat pada kalimat yang predikatnya terdiri atas frasa benda (nomina). Kalimat sejenis itu dikenal dengan kalimat persamaan (ekuatif). Kalimat persamaan ini terdiri atas unsur subjek dan predikat yang pada umumnya diisi oleh frasa nomina. Dengan kata lain, kata ialah/adalah dipakai pada kalimat yang subjek dan predikatnya pada umumnya berupa frasa nomina. Kemunculan kata ialah/adalah pada konstruksi serupa itu umumnya sangat memperjelas makna kalimat.
Penggunaan kata yakni/yaitu cenderung mengawali sebuah rangkaian keterangan atau uraian yang merinci lebih lanjut—sebagaimana tampak pada contoh perbaikan 1). Oleh sebab itu, tanda koma (,) harus dicantumkan sebelum kedua kata tersebut digunakan sesuai dengan sistem penulisan ejaan kita.
Selain contoh 1) dan 2) yang dimuat dalam buku kumpulan soal latihan anak saya itu, ditemukan pula pemakaian kata ialah/adalah yang tidak sesuai pada tempatnya.
3) Kriteria orang yang dapat memiliki SIM selanjutnya disebut pemohon SIM ialah (a) memenuhi syarat usia 17 tahun (SIM A, C, dan D), (b) KTP asli setempat yang masih berlaku, (c) telah melengkapi formulir permohonan, (d) rumus sidik jari, (e) surat keterangan sehat jasmani dari dokter (Polri dan umum), (f) surat keterangan sehat rohani dari psikologi, (f) surat keterangan lulus uji simulator untuk SIM A, BI, BII, dan SIM A, BI, dan BII umum, dan (g) ijazah/sertifikat lulus pendidikan dan pelatihan mengemudi untuk SIM umum.
Ketaktepatan penggunaan kata ialah pada contoh 3) tampak jelas, bahkan terkesan hambur dan tidak apik dari segi penalarannya. Secara tata bahasa, juga terdapat dua buah kata yang berfungsi sebagai predikat kalimat: kata disebut dan kata ialah.
Andaikata ditelaah dari jumlah klausanya, kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk bertingkat yang klausa-klausanya menyatakan hubungan makna bersyarat. Klausa pertama ialah kriteria orang yang dapat memiliki SIM selanjutnya disebut pemohon SIM. Klausa kedua terdiri atas tujuh buah (yang seharunya berupa rincian setara), yaitu (a) memenuhi syarat usia 17 tahun, (b) memiliki KTP asli setempat yang masih berlaku , (c) melengkapi formulir permohonan, (d) menunjukkan/memiliki rumus sidik jari, (e) memiliki surat keterangan sehat jasmani dari dokter (Polri dan umum), (f) memiliki surat keterangan lulus uji simulator, dan memiliki/menunjukkan ijazah/sertifikat lulus pendidikan dan pelatihan mengemudi untuk SIM umum. Dengan demikian, penggunaan kata ialah pada contoh 3) ini tidak tepat—yang tepat dipakai konjungtor (kata hubung) yang menyatakan bersyarat (kondisional), yakni kata jika.
Penulis, pernah menjadi editor paruh waktu untuk buku pelajaran Bahasa Indonesia di South Australian Certificate of Education (SACE), Board of South Australia, Adelaide.
Editor Bagai Matador
Buku Iqra’ karya K.H. As’ad Humam, ”Pahlawan Pemberantas Buta Huruf Al-Qur’an”.
Pentingnya Amanah
Merindu Suara Kehidupan
Pola Asuh Anak dan Kisah Tagore