Bank Keliling dan Cara Menghindarinya
Pada umumnya, bank keliling adalah jasa pembiayaan informal dari pihak tertentu kepada masyarakat menengah ke bawah. Bank keliling biasanya bukan bagian dari lembaga keuangan yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Nusantarapedia.net, Jurnal | Sosbud — Bank Keliling dan Cara Menghindarinya
“Di sejumlah daerah, bank keliling memiliki sebutan yang beragam. Di sejumlah daerah di Jawa Tengah, bank keliling disebut sebagai bank titil atau bank plecit. Sementara itu, bank keliling di Jawa Barat dikenal dengan nama bank emok juga kosipa.”
Masyarakat Indonesia kalangan menengah ke bawah kini banyak yang menjerit. Terlebih pasca pandemic covid, tertatih-tatih memulihkan ekonomi kembali. Kebutuhan akan modal usaha begitu tinggi. Sementara fasilitas permodalan pada lembaga keuangan resmi mensyaratkan jaminan yang tak semua masyarakat memiliki barang berharga untuk dijaminkan
Di tengah kondisi tersebut, Bank Keliling hadir menawarkan solusi. Pinjaman dengan bunga selangit tanpa jaminan membuat masyarakat tergiur mengambil tawaran tanpa membaca potensi diri. Dari pinjaman kecil hingga menjadi candu dan akhirnya menjerat. Alih-alih ingin memiliki modal, justru teror tagihan dan tekanan ekonomi semakin menjadi-jadi. Ini akibat desakan kebutuhan ekonomi dan rendahnya literasi keuangan masyarakat.
Bank keliling sering menyebut dirinya sebagai koperasi simpan pinjam, di mana masyarakat dapat meminjam uang dengan jumlah ratusan ribu hingga jutaan rupiah lalu mengembalikannya dengan cara dicicil setiap pekan atau bulan.
Penyaluran pinjaman oleh bank keliling biasanya sangat cepat dibandingkan dengan lembaga keuangan formal. Keberadaan bank keliling ini biasanya diketahui dari mulut ke mulut di komunitas masyarakat tertentu. Bank keliling yang dikenal juga dengan nama bank harian ini memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerah.
Di sejumlah daerah, bank keliling memiliki sebutan yang beragam. Di sejumlah daerah di Jawa Tengah, bank keliling disebut sebagai bank titil atau bank plecit. Sementara itu, bank keliling di Jawa Barat dikenal dengan nama bank emok juga kosipa.
Bank keliling seringkali tidak memiliki badan hukum yang jelas. Usaha ini biasanya dilakukan oleh individu atau sekelompok orang yang memiliki uang berlebih untuk disalurkan sebagai pinjaman kepada pihak yang membutuhkan.
Namun demikian, tak sedikit bank keliling berlindung di balik regulasi badan hukum koperasi. Jadi si peminjam di atas namakan anggota dari koperasi tersebut. Dengan demikian, nampak sekali maksudnya bahwa aktifitas keuangan di dalamnya adalah bentuk koperasi untuk menghindari personal yang tidak diinginkan. Jadi, esensi dari tujuan berkoperasi yang pada umumnya adalah sekumpulan kelompok yang saling mengenal atau kelompok-kelompok yang mempunyai kesamaan usaha, dalam artian benar-benar wadah gotong royong para pelaku usaha tidak ada aktifitas di dalamnya.
Pada umumnya, bank keliling adalah jasa pembiayaan informal dari pihak tertentu kepada masyarakat menengah ke bawah. Bank keliling biasanya bukan bagian dari lembaga keuangan yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Disebut sebagai bank keliling karena orang yang biasa menyalurkan pinjaman atau menagih angsuran pinjaman biasanya berkeliling dari satu rumah ke rumah, dari satu kampung ke kampung, dari satu gang ke gang lainnya untuk menemui nasabahnya.
Berbekal sepeda motor, dandanan klimis, petugas bank keliling tersebut biasanya tampak membawa buku catatan yang berisi catatan penyaluran pembiayaan atau angsuran pinjaman dari para nasabah. Tak jarang mereka pasang tampang seram untuk memberi kesan garang pada nasabah dengan tujuan untuk memudahkan penagihan karena nasabah pasti takut dengan penampilan petugasnya.
Bank memberi pinjaman uang bagi yang membutuhkan dengan syarat ringan (tidak ribet) seperti di bank resmi, cair, sehingga menjadi daya tarik bagi yang mempunyai kebutuhan mendesak. Namun dibalik kemudahan dan “rayuan maut”, ini terselip niat mencari keuntungan sebesar-besarnya, dengan bunga tinggi yang ditarik setiap hari.
Bunga yang ditawarkan bisa mencapai 5 – 10 persen setiap bulan, jauh diatas bank resmi ataupun pegadaian, yang besarnya antara 9,5 persen sampai 18,75 persen per tahun.
Dengan waktu pengembalian yang rata-rata hanya sepekan, sebenarnya bank keliling ini tidak memberi efek solusi pada keuangan masyarakat desa. Yang ada beban pikiran dan beban psikis karena harus segara mengembalikan pinjaman dalam pekan itu. Belum juga nasabah membelanjakan pinjamannya, sudah harus berpikir pengembalian. Jadi, alasan pinjam bank keliling untuk modal usaha ini sebenarnya hanya kamuflase ketidak mampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan, sehingga harus meminjam darurat kepada bank keliling.
Lalu, bagaimana agar terhindar jebakan hutang bank keliling?
Pertama, jelas, jangan sampai tergiur oleh rayuan petugas bank keliling yang manis di depan, tetapi sebenarnya justru menjerumuskan masyarakat dengan jebakan tanpa agunan dan bunga tinggi.
Kedua, perlu kehadiran pemerintah lokal seperti RT, RW dan tokoh setempat untuk menghalau kehadiran bank keliling, karena keberadaan bank keliling sangat merugikan masyarakat, membentuk mental masyarakat candu berhutang dan malas bekerja.
Ketiga, mengingat bank keliling ini suka keluyuran di pasar-pasar tradisional, pimpinan pasar dan jajarannya membuat koperasi pasar agar kebutuhan modal pedagang pasar terakomodasi pada lembaga yang resmi.
Keempat, usahakan menjadi anggota koperasi simpan pinjam, yang kegiatannya dari, oleh dan untuk anggota, serta berkeadilan. Semakin sering pinjam semakin mempunyai Sisa Hasil Usaha/SHU besar, yang dibagikan setiap ada Rapat Anggota Tahunan/RAT.
Kelima, meminjam di bank/lembaga keuangan resmi pemerintah atau swasta dibawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Keenam, meminjam kepada orangtua, saudara, teman baik asal tetap mempunyai niat untuk mengembalikan, jangan pernah menyepelekan pinjaman dari keluarga, apalagi berniat tidak membayar (kecuali sudah dikhlaskan).
Ketujuh, kenali apa yang benar-benar menjadi kebutuhan kita. Bukan sekadar keinginan agar tidak terjebak pada hutang. Juga memupuk rasa bersyukur, bersahaja dan tidak mengada-adakan kebutuhan hidup dan yang lebih penting lagi selalu semangat bekerja.
Ayo Berkoperasi, Hari Koperasi Nasional Ke-75 Pemprov DKI
Pemprov Jateng Andalkan Investasi dan UMKM Guna Pertumbuhan Ekonomi 2022
Perempuan, Sosok Penanggung Hutang
Bukan Sultan, Tak Usah Gaya-gaya – Sederhana Saja, Bahagia Sepanjang Masa
Tradisi Nyumbang dan Pergeseran Nilainya
Tradisi Nyumbang, Benteng Sosial Bagi Masyarakat
Bancakan, Simbol Kesyukuran dan Semangat Berbagi
Harga Sembako di Jakarta Hari Ini 14 Juli, Minyak Goreng Curah Rp.15.333
Ibu-Ibu dan Mahasiswa (Hari Kartini)