Beda yang Tulus dan tidak Tulus
- Bahkan untuk seorang pengemis tua yang buta ia bisa membedakan antara yang tulus dan tidak tulus meskipun Kang Mirta membedakannya dengan dengan mata yang enak dipandang dan mata yang tidak enak dipandang -

Nusantarapedia.net, Gerai | Resensi — Beda yang Tulus dan tidak Tulus
Cerita ”Mata yang Enak Dipandang” karangan Ahamd Tohari merupakan salah satu cerita pendek dari kumpulan cerita berjudul sama yang diterbitkan oleh Gramedia. Tampilan jilid buku pun yang berjudul Mata yang Enak Dipandang menggambarkan apa yang akan diceritakan oleh Ahmad Tohari di dalamnya, terutama pada bagian cerita ”Mata yang Enak Dipandang” sendiri.
Cerita tersebut tentang seorang pengemis stasiun yang bernama Mirta dan penuntunnya yang bernama Tarsa. Kang Mirta biasa Tarsa menyebutnya. Dalam cerita tersebut, Kang Mirta sangat kesusahan dan tidak bisa melawan kehendak Tarsa ketika Tarsa meminta sesuatu meskipun ia sudah mencoba melawannya dengan semua tenaga yang ia punya. Seperti yang Tarsa lakukan kepada Kang Mirta ketika ia meminta sebuah es limun kepada Kang Mirta dan Kang Mirta tidak mengabulkannya karena ia sudah lelah diperas uang dan tenaga oleh Tarsa. Kang Mirta hanya dibiarkan terpanggang oleh matahari jam 1 siang yang sangat menyengat dan dibiarkan berdiri tanpa pertolongan. Dalam hatinya, ia hanya enutuk Tarsa yang sangat menjengkelkan dan membuat ia kesusahan. Sementara itu, Tarsa hanya tertawa melihat tingkah laku Kang Mirta yang kebingungan dan konyol karena berdiri di pinggir trotoar tanpa tindakan penyelamatan bagi dirinya sendiri.

Kang Mirta yang sudah menyerah karena kepanasan hanya menunggu bantuan dari Tarsa tanpa berteriak memanggilnya karena Tarsa sadar melihat semua tindakan bodoh Kang Mirta yang menyenggol sepeda di pinggir trotoar sudah mencerminkan bahwa Kang Mirta memerlukan pertolongannya. Kang Mirta hanya bisa menerima tangan yang memaksa dirinya berdiri yang membawanya ke sebrang jalan untuk membeli es limun dan air putih. Es limun untuk sang penuntun, Tarsa dan air putih untuk dirinya. Pada akhirnya, Tarsa membawa Kang Mirta di bawah pohon yang rindang untuk beristirahat.
Dalam sakitnya, Kang Mirta masih sempat bercerita kepada Tarsa tentang sosok seseorang yang mempunyai Mata yang enak dipandang. Laki-laki tua ini memang secara tersirat menegur tentang keberadaan Tarsa yang selama ini didekatnya. Ia merasa bahwa ia belum pernah merasakan penderitaan dan kemiskinan sebelum bersama Tarsa. Tarsa sadar ketika Kang Mirta bercerita tentang seorang yang mempunyai Mata yang enak dipandang sebenarnya kang Mirta bercerita tentang semua pandangan orang yang mengasihani mereka ketika mereka mengulurkan tangan ketika mengemis. Tarsa, tersinggung sekaligus sadar bahwa Kang Mirta yang yang umurnya sudah tua sekaligus buta pun sadar dan bisa merasakan siapa saja yang memandang mereka dengan rasa kasihan dan rasa jijik dan benci ketika melihatnya.
Mata yang enak dipandang dalam pendapat Kang Mirta adalah mata yang tidak galak dalam artian mata yang tulus ketika ia memberi uang meskipun uang itu recehan. Tarsa hanya terdiam mendengar pendapat kang Mirta dan merasa bersalah kepadanya karena telah menjemurnya terlalulama hanya demi sebotol es limun sehingga menyebabkan sakit yang begitu hebat bagi Kang Mirta. Rasa sesal yang begitu dalam sangat ia rasakan ketika ia berbisik untuk kedua kalinya dan tak ada jawaban dari Kang Mirta.