Benteng Demokrasi Jebol, Indonesia Bobol
Nusantarapedia.net | OPINI, POLHUKAM — Benteng Demokrasi Jebol, Indonesia Bobol
Oleh : Jlitheng Suparman
“So. Keterjajahan Indonesia itu riil, perampokan kedaulatan rakyat itu nyata, Indonesia jatuh ke tangan oligarki itu bukan isapan jempol. Ketika kedaulatan rakyat dan atau demokrasi belum pulih total, maka siapa pun presidennya tetaplah petugas parpol, dan parpol adalah petugas oligarki.”
Oligarki parpol petugasnya oligarki nasional, oligarki nasional petugasnya oligarki global alias globalis.
MENGAPA umur makin dewasa Indonesia malah semakin berantakan? Karena instrumen sekaligus benteng demokrasi terdepan telah jebol sejak awal. Benteng pengawal terdepan itu adalah partai politik (parpol).
Mengapa parpol? Karena keberadaannya merupakan kanalisasi bagi kemungkinan kemajemukan ideologi yang berkembang di masyarakat. Maka sering dikata bahwa parpol merupakan wahana memperjuangkan ideologi. Mengingat preferensi ideologis setiap orang berbeda-beda.
Dunia terdapat dua ideologi besar yang mustahil disatukan, juga mustahil salah satu dibinasakan, yakni liberalisme dan sosialisme. Dua ideologi besar itu memiliki banyak cabang isme masing-masing.
Di era orde lama (orla) sekurang-kurangnya ideologi dikanalisasi ke dalam tiga kelompok: nasionalis, agama dan komunis. Parpol di masa orla memang benar-benar sangat ideologis, tidak kenal kompromi ketika sudah menyangkut ideologi.
Di masa orde baru (orba) ideologi semakin kabur, liberalisme yang disponsori oleh kapitalisme di belakangnya, perlahan tapi pasti bergerak melumpuhkan kanal-kanal ideologis rakyat.
Maka mayoritas tunggal yang berkuasa waktu itu bukan parpol namun Golongan Karya yang lebih bermakna aliansi kepentingan ketimbang wahana ideologis. Keberadaan PPP dan PDI yang relatif masih lumayan ideologis, istilah Jawa-nya keberadaannya sebatas ‘diurip-urip’ guna ‘nggo patut-patut’ agar orang luar tetap menganggap Indonesia negara demokrasi.
Di era reformasi, yang mana Indonesia sudah total di bawah hegemoni liberalisme dengan praktek neokolonialisme-imperialisme (nekolim)-nya, sudah benar-benar tidak memberi ruang bagi ideologi, kecuali satu: kapitalisme.
Semua parpol sudah terperangkap ke dalam ideologi tunggal kapitalisme itu. Ditandai dengan perilaku parpol yang makin jauh dari tradisi demokrasi tergantikan oleh praktek oligarki. Mau yang judulnya nasionalis, religius atau apapun mereknya, tetap saja semua perilakunya sama menjadi oligarkis-kapitalistik. Kebijakan ada di tangan sekelompok elit dan uang berkuasa.
Terbukti pula dengan fenomena politikus “kutu loncat” yang berlangsung nyaris di semua parpol. Parpol yang benar-benar ideologis mustahil terjadi “kutu loncat”. Atau pula mustahil orang luar begitu mudahnya masuk menjadi anggota parpol apalagi dalam sekejap langsung menduduki posisi elit, bahkan langsung ketua umum.
Menyempurnakan penguasaan atas Indonesia oleh kapitalis global, MPR dilumpuhkan dan UUD 1945 diubah nyaris total. Agar fraksi sosial non parpol tak punya tempat di ruang kebijakan.
Bagi kapitalis, menguasai parpol lebih mudah pun lebih efektif-efisien. Cukup menempatkan pengusaha-pengusaha besar menjadi pemimpin dan atau elit parpol maka seluruh sistem negara terkuasai.
So. Keterjajahan Indonesia itu riil, perampokan kedaulatan rakyat itu nyata, Indonesia jatuh ke tangan oligarki itu bukan isapan jempol. Ketika kedaulatan rakyat dan atau demokrasi belum pulih total, maka siapa pun presidennya tetaplah petugas parpol, dan parpol adalah petugas oligarki.
Oligarki parpol petugasnya oligarki nasional, oligarki nasional petugasnya oligarki global alias globalis.
Indonesia bobol dan rakyat… Selesai! (je)
Solo, 20 Oktober 2023
Jlitheng Suparman | budayawan asal solo, bekerja sebagai dalang di Wayang Kampung Sebelah (WKS)
Ki Jlitheng Suparman, Profil dan Antologi (1)
Ki Jlitheng Suparman, Profil dan Antologi (2)
Signal Perpisahan, Menguji Hati Nurani vs Kepentingan Praktis, Siapa yang Akan Rungkad?
Menolak Pengesahan Revisi UU Desa! Hal Penambahan Masa Jabatan Kades & Dana Desa