Beranikah PDIP “Berkoalisi” dengan Rakyat untuk Mendapatkan Cawapres Ganjar Pranowo?

26 Mei 2023, 19:40 WIB

Nusantarapedia.net, Artikel | Opini — Beranikah PDIP “Berkoalisi” dengan Rakyat untuk Mendapatkan Cawapres Ganjar Pranowo?

Oleh Marianus Gaharpung, dosen FH UBAYA Surabaya

RASANYA hanya tiga pasangan calon presiden saja untuk peserta perhelatan Pilpres 2024. Ganjar Pranowo diusung PDIP, Prabowo Subianto oleh Partai Gerindra dan Anies Baswedan dengan Partai Nasdem

Elektabilitas prosentase ketiga bakal calon capres inipun tidak beda-beda amat. Hal ini tidak seperti saat Joko Widodo sebagai capres 2014, dimana prosentase 60 persen lebih, sehingga berpasangan dengan siapapun cawapresnya pasti terpilih jadi presiden. Hal tersebut terbukti. Saat ini ketiga figur capres sekarang sangat membutuhkan figur cawapres yang bisa menaikkan elektabilitasnya, sebab figur cawapres 2024 adalah penentu kemenangan Pilpres 2024.

Cawapres dari Parpol Koalisi
Publik terus mempertanyakan hakikat terbentuknya koalisi partai politik tersebut untuk membagi-bagi kekuasaan atau sepenuhnya demi menjawab problem bangsa riil saat ini, yakni korupsi yang membabi buta dalam tata kelola administrasi pemerintahan. Karena sudah menjadi rahasia publik bahwa “virus” korupsi sudah menyerang perilaku pejabat publik dari pusat sampai daerah.

Jika partai politik mengharuskan figur cawapres dari partai koalisi, maka kemungkinan besar figur cawapres hanya untuk membagi kekuasaan saja dan bisa dipastikan partai tidak memikirkan kepentingan riil rakyat dewasa ini.

Apakah PDIP akan tetap berkoalisi dengan partai lain demi mendapatkan cawapres sesuai keinginan rakyat yang mampu membasmi korupsi atau hanya untuk bagi-bagi kekuasaan antar partai koalisi? Memang koalisi penting dalam politik kita yang majemuk atau beragam, tetapi jika tujuannya memenangkan pilpres serta membagi kekuasaan, maka bangsa ini tetap miskin sengsara, sedangkan elit penguasa parpol dan kroni-kroninya terus berpesta pora menikmati uang negara secara membabi buta.

Terkait

Terkini