Biografi Singkat Maulana Jalaluddin Rumi Seorang Sufi dan Penyair

- Guna mengenang dan menyanjung gurunya itu, ia tulis syair- syair, yang himpunannya kemudian dikenal dengan nama Divan-i Syams-i Tabriz. Ia bukukan pula wejangan-wejangan gurunya, dan buku itu dikenal dengan nama Maqalat-i Syams Tabriz -

22 Januari 2023, 07:24 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Sastra — Biografi Singkat Maulana Jalaluddin Rumi Seorang Sufi dan Penyair

NUSPEDIAN, untuk kalian yang suka dengan syair, tentunya tidak asing dengan seorang penyair bernama Maulana Jalaluddin Rumi. Syair-syair pendeknya sering dibuat untuk motivasi.

Bagi anda yang suka dengan puisi ataupun syair islami tentu sudah tidak asing lagi dengan tokoh yang satu ini. Dialah Maulana Jalaluddin Rumi yang terkenal sebagai seorang tokoh sufi yang terkenal di zamannya.

Pada kesempatan ini, mari kita kulik sedikit kisah tentang beliau dan biografi singkat tentang Maulana Jalaluddin Rumi.

Silsilah Keluarga
Maulana Jalaluddin Rumi memiliki nama lengkap Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri (Jalaluddin Rumi) atau sering pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afganistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi. Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad. Sedang ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. Ayah Rumi seorang cendekia yang saleh, ia mampu berpandangan ke depan, seorang guru yang terkenal di Balkh.

Saat Rumi berusia 3 tahun karena keberadaannya terancam oleh serbuan Mogol, keluarganya meninggalkan Balkh melalui Khurasan dan Suriah, sampai ke Propinsi Rum di Anatolia tengah, yang merupakan bagian Turki sekarang ini. Mereka menetap di Qonya, ibu kota propinsi Rum.

Dalam pengembaraan dan pengungsiannya tersebut, keluarganya sempat singgah di kota Nishapur, yang merupakan tempat kelahiran penyair dan ahli matematika Omar Khayyam. Di kota ini, Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan si bocah pengungsi ini kelak akan masyhur yang akan menyalakan api gairah ke-Tuhanan.

Pada tahun 1244 M, Rumi bertemu dengan syekh spiritual lain, Syamsuddin dari Tabriz, yang mengubahnya menjadi sempurna dalam ilmu tasawuf. Setelah Syamsuddin wafat, Rumi kemudian bertemu dengan Husamuddin Ghalabi, dan kemudian mengilhaminya untuk menuliskan pengalaman spiritualnya dalam karya monumentalnya, Matsnawi-ye Ma’nawi. Ia mendiktekan karyanya tersebut kepada Husamuddin sampai ahir hayatnya pada tahun 1273 M.

Terkait

Terkini