Budaya “Katuranggan” para Pria Jawa

Katuranggan adalah ilmu budaya Jawa yang lebih spesifik mengenai sifat kebendaan, baik yang ada pada manusia atau hewan berdasarkan ciri fisiknya.

18 November 2021, 08:23 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Sosbud Budaya Katuranggan para Pria Jawa

“Pada bagian ilmu pengetahuan, ilmu katuranggan sejatinya tidak jauh dengan ilmu psikologi yang mempelajari bidang gestur tubuh, mimik muka, algoritma, dan lainnya. Hal tersebut bukan klenik atau menghayal, namun ditemukan dari proses observasi yang panjang (niteni).”

SUDAH selesai, konsep berfikir dan implementasi tata laksana budaya Jawa hasil dari kepahaman campuran menjadi sinkretisme budaya dan gaya feodal. Urusan kekastaan misalnya, abangan priyayi dan santri tak tampak lagi kini.

Jembatan dari dogma kultural yang statis menuju paradigma baru yang dinamis, dapat ditempuh dengan analisis kritis dan rasional tanpa harus mengubur identitas kejawaan.

Katuranggan adalah ilmu budaya Jawa yang lebih spesifik mengenai sifat kebendaan, baik yang ada pada manusia atau hewan berdasarkan ciri fisiknya.

Ilmu katuranggan yang lebih luas tidak hanya menyangkut kebendaan sebagai obyek analisa, melainkan keseluruhan rupa makhluk hidup yang berinteraksi dengan manusia sebagai subyek dan obyek.

Katuranggan yang dimaksud sebagai suatu cara atau metode (ilmu) yang didapatkan dari pengalaman (ngelmu titen) untuk menafsirkan dan mengukur sumber daya sebagai tujuan kegunaan bagi manusia.

Ilmu yang dimaksud berupa simbolisasi yang abstrak sebagai bentuk kesimpulan berupa rambu-rambu, kisi-kisi, atau peringatan.

Katuranggan berupa analisis SWOT untuk mengukur Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman), dalam kontrol individu manusia dalam batas-batas dan proyeksinya sekalipun.

Analisis yang dimaksud untuk mengetahui watak atau karakter suatu makhluk, berdasarkan identifikasi ciri fisik yang dimiliki.

Etimologi katuranggan dari kata dasar “turangga” yang berarti kuda, yaitu ilmu yang mempelajari mengenai sifat watak dan karakter kuda.

Dalam perkembangannya arti kata katuranggan meluas, tidak hanya menganalisa tentang kuda, tetapi sebagai konsep keilmuan yang umum mengenai makhluk hidup, dan terutama digunakan sebagai standart ukuran seorang laki-laki, mengenai pencapaian hidup yang bersifat prestasi untuk kebanggaan.

Dalam prakteknya, lazim digunakan untuk mengetahui sifat watak dan karakter seseorang, misalnya; katuranggane wong lanang/wedok, katuranggane manuk kutut, katuranggane jaran.

Meskipun ruang lingkup katuranggan lebih dipersepsikan sebagai domain laki-laki, namun penggunaan dari analisis ini digunakan secara umum.

Passion atau style dari pria Jawa dapat diukur melalui standarisasi katuranggan yang dikelolanya, harus memiliki lima unsur pokok dalam hidupnya, yang setiap unsur harus memahami potensinya, nilai guna, untung rugi, daya manfaat dari hasil observasi katuranggan kebendaan dan makhluk hidup yang dimaksud.

Standarisasi pria jawa mengandung nilai kesempurnaan sebagai kebutuhan dan kebanggaan (status sosial), menyangkut kegemaran atau klangenan (hobby/lifestyle). Pria dipandang sebagai laki-laki yang maskulin, gagah, berwibawa dan kuat apabila mempunyai standar kepemilikan properti atau hewan dan jabatan.

Terkait

Terkini