Busilan Penjual Daun Singkong, Kejatuhan Durian Runtuh
Sumber penghasilan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, hanya bergantung dari hasil menawarkan jasa mengembala ternak dan jual rumput pakan ternak.
Nusantarapedia.net, Galeri | Potret Sosial — Busilan Penjual Daun Singkong, Kejatuhan Durian Runtuh
“Bangunan rumahnya berdinding gedek. Kayu-kayu penyangganya kelihatan rapuh termakan zaman. Busilan bersama isterinya dan enam orang anaknya tinggal di rumah ini. Tinggal bersama mereka pula, sosok perempuan yang sudah sepuh, tak lain mertua Busilan.”
SEJAK berhenti dari pekerajaan yang lalu. Busilan kerja serabutan, mulai dari jualan daun singkong, mencari rumput buat pakan ternak. Bahkan menawarkan jasa gembala ternak. Sayur daun singkong hasil pulungannya dijual ke warung-warung nasi padang di pinggiran kota Surabaya. Surabaya-Madura, Dia pulang-pergi, setiap hari. Hasil dari menjual daun lalapan itu, dirinya bisa membawa pulang uang 40 ribu sehari. Itu pun belum dipotong ongkos kendaraan.
Busilan pernah bekerja jadi tenaga jaga kapal. Upahnya 50 ribu per hari. Jika kapalnya bongkar muatan, Busilan libur. Libur kerja dia manfaatkan bersama keluarganya. Paling lama dua hari liburnya. Memulai kembali tugasnya, di kapal lain yang baru datang di pelabuhan. Pekerjaan ini dilakoninya hanya 2 tahun lebih.
Wabah korona mengantam dunia, tak luput juga menampar Indonesia. Bukan hanya mengancam kesehatan, melainkan juga melumpuhkan perekonomian. Tak terkecuali Busilan, secara ekonomi juga terdampak.
Korona kian menggila. Pemerintah tanggap mengambil langkah pencegahan penularan virus, dengan menerbitkan sejumlah kebijakan. Salah satunya berupa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sejak itu Busilan tak berjualan daun singkong karena tak lagi bebas keluar-masuk Kota Surabaya.
Akibat situasi itu keadaan ekonominya yang terpuruk, kini bertambah ambruk. Sumber penghasilan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, hanya bergantung dari hasil menawarkan jasa mengembala ternak dan jual rumput pakan ternak. Itu pun tidak setiap hari.
Bangunan rumahnya berdinding gedek. Kayu-kayu penyangganya kelihatan rapuh termakan zaman. Busilan bersama isterinya dan enam orang anaknya tinggal di rumah ini. Tinggal bersama mereka pula, sosok perempuan yang sudah sepuh, tak lain mertua Busilan.
Sudah berpuluh tahun rumah ini berdiri. Menjadi tempat berlindung atau pun berteduh keluarga Busilan. Kendati kondisi bangunannya sudah tak layak untuk ditempati. Mereka masih bertahan di dalamnya. Busilan yang keluarga miskin tak punya daya untuk merehab rumahnya.
Bertahun Busilan belum mendapat pekerjaan mapan. Dia bertahan hidup dengan menafkahi keluarga dari jualan daun singkong dan rumput untuk pakan ternak. Tetapi, sejak korona mulai mewabah, pesanan daun singkong dari langganannya tak sebanyak sebelum korona mewabah. Begitu pula pakan ternak, tidak setiap hari menerima permintaan dari pemilik ternak.
Karena aktivitaanya tak padat, dia lebih banyak waktu nganggur. Suatu waktu seorang teman mengajaknya terlibat dalam kegiatan pembangunan Gedung Jamiatul Mudzakkirin, bangunan tempat berdzikir dari jamaah Thoriqoh Shiddiqiyyah. Gedung ini terletak di Desa Pangpong, berjarak kurang lebih 5 km dari tempat tinggal Busilan di Desa Bunajih. Masing-masing desa ini masih satu wilayah Kecamatan Labang, Bangkalan, Madura.
Lebih dari tiga tahun lamanya Busilan turut sebagai relawan dalam pembangunan gedung tempat dzikir berjemaah bagi pengikut Thoriqoh Shiddiqiyyah. Belakangan pengurus dan panitia pembangunan–mengetahui bila Busilan keluarga miskin dan menempati rumah yang sudah memprihatinkan.
Thoriqoh Shiddiqiyyah berpusat di Ploso, Jombang. Pesantren dipimpin Kyai Muhammad Mukhtar Mukti, ini memiliki beberapa program amal, salah satunya adalah program Rumah Syukur Kemerdekaan Indonesia Layak Huni Shiddiqiyyah (RSKILHS).
“Seperti mendapat durian runtuh,” kata ibarat yang tepat menggambarkan nasib Busilan yang namanya masuk dalam daftar sebagai salah satu keluarga penerima bantuan RSKILHS.
Pengerjaan renovasi RSKILHS untuk rumah Busilan berlangsung selama delapan minggu. Tepat tanggal 20 Agustus 2022, Busilan resmi menerima dan menempati bangunan rumah barunya. Acara penyerahan kepada keluarga Busilan dilakukan oleh utusan Shiddiqiyyah dan disaksikan para jemaah Shiddiqiyyah wilayah Kabupaten Bangkalan.
Acara penyerahan yang bertepatan di bulan Agustus, sekaligus untuk mensyukuri kemerdekaan bangsa Indonesia dan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sebelumnya, Shiddiqiyyah sudah membangunkan beberapa rumah untuk keluarga miskin di Bangkalan. Sudah ada 7 unit rumah keluarga miskin dibangun melalui program bantuan shadaqoh Thoriqoh Shiddiqiyyah.
Kwanyar, Bangkalan, 1 September 2022
Hasan Hasir
Citayam Berbusana & Kwanyar Berliterasi, Era Kemajuan Muda Mudi
Cara Gampang Bahagia dan Buat Hati Orang ‘Sepoi-sepoi’
Nikmatnya Hidup Searah Cara Pandang Tentangnya
Belajar Pada Masalah dengan Rumus ‘Selamat & Untung”
Nelayan Kampung Balong Rela Tidak Melaut, bersama Polsek Kwanyar Gelar Upacara Bendera