Cak Imin Bersholawat “Joko Tingkir”
Joko Tingkir wali jowo - Muride sunan Kalijogo - Wus masyhur ing Nuswantoro - Dadi wali yo dadi rojo (2×)

Nusantarapedia.net, Jurnal | Citra Persona — Cak Imin Bersholawat “Joko Tingkir”
JOKO Tingkir Ngombe Dawet. Lagu dangdut koplo Jawa ini belakangan viral di media sosial karena liriknya yang asik dan musiknya yang ngebits. Dinyanyikan oleh banyak artis seperti; Difarina Indra Adella, Yeni Inka feat Farel Prayoga, Cak Precil, Denny Caknan, Cak Shodiq, dan masih banyak lagi.
Lagu ini selain dibawakan dalam performance panggung juga booming di platform YouTube, juga banyak digunakan netizen untuk backsound aneka sosial media seperti Tik Tok.
Namun sayang, lagu “Joko Tingkir Ngombe Dawet”, saat ini meredup ketika dalam puncak booming. Penyebabnya adalah, karena dikritik oleh para ulama, budayawan, akademisi, dan lainnya. Akhirnya, lagu ini kini jarang terdengar.
Kritik tersebut karena terdapati lirik yang dianggap melecehkan tokoh Joko Tingkir, yang mana Joko Tingkir sebagai seorang kyai, ulama dan juga raja di kerajaan Pajang (Surakarta). Tidak pantasnya pada lirik lagu dengan kalimat “Joko Tingkir Ngombe Dawet”, yang mana tokoh Joko Tingkir telah digunakan untuk bahan tertawaan atau guyonan dalam pertunjukan musik dangdut dengan kesan “direndahkan”. Seperti meminum minuman dawet, (meski tidak ada yang salah dengan meminum dawet), namun berhubungan dengan diksi pengguna kata “ngombe” yang tidak tepat, yang harusnya dengan menggunakan kata “ngunjuk“. (bahasa Jawa krama)
Kemudian, sampiran pertama “Joko Tingkir Ngombe Dawet” dilanjutkan sampiran kedua “Yen Dipikir Marai Mumet”, seolah-olah tokoh Joko Tingkir diposisikan dalam derajad yang rendah untuk bahan tertawaan atau “jejogetan“, terutama pada penekanan kata “mumet“. Meskipun tidak ada koherensinya, namun antara rima atau akhiran dawet dan mumet dirasakan tidak etis. Sedangkan isinya pada baris ketiga dan keempat tidak ada kata yang merendahkan atau melecehkan. Dalam lirik lagu ini sebenarnya bait per bait berbentuk pantun atau parikan.
“Joko Tingkir ngombe dhawet
Jo dipikir marai mumet
Ngopek jamur nggone Mbah Wage
Pantang mundur terus nyambut gawe”
Setelah terjadi polemik, namanya bukan orang Indonesia (Jawa) bila tidak kreatif. Maka lirik pada sampiran pertama tersebut telah diganti liriknya dengan mengganti kalimat “Joko Tingkir”. Masalah pun selesai hanya dengan mengganti kalimat tersebut.
Dan kini, para seniman panggung, studio musik maupun masyarakat, kembali bebas menyanyikan (membawakan) lagu tersebut dengan telah mengganti lirik/syairnya.
Setali dua uang, adalah Cak Imin dengan nama lengkap Muhaimin Iskandar, politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang menjabat sebagai ketua umum partai juga wakil ketua DPR RI. Dalam rangka persiapan dan kesiapan menuju Pilpres (Pemilihan Presiden) 2024, yang jelas Cak Imin turut berproyeksi. Entah mau nyapres dan jadi cawapres atau tidak, yang jelas, PKB bersama Gerindra telah mengamankan tiket presidential threshold 20% sebagai syarat mengusung pasangan capres-cawapres.
Cak Imin pun kini gigih di sosial media dalam rangka membentuk opini itu, terutama aktif di sosial media Fanspage @A Muhaimin Iskandar.
Namanya bukan politisi Indonesia, jika tidak bisa memanfaatkan momentum sekecil apapun, termasuk polemik lirik lagu “Joko Tingkir Ngombe Dawet.” Cak Imin akhirnya bersholawat juga menyanyikan lagu Joko Tingkir versinya dengan judul “Pangeran Joko Tingkir”.
Cak Imin yang dekat dengan kultur nahdiyin, dengan basis utamanya di daerah Jawa Timur, terlebih Cak Imin yang putra kelahiran Jombang. Cak Imin besar dan berkembang dekat dengan para kyai, ulama dan santri khas “klakah” muslim Jawa Timuran, pendek kata warga Nahdatul Ulama. Terlebih posisinya saat ini sebagai ketua umum PKB, yang mana terdapati relasi antara NU dan PKB dalam urusan elektoral.
Meskipun Cak Imin saat ini dibaca publik tidak klir dalam hubungannya dengan keluarga almarhum Abdurrahman Wahid dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dalam konflik internal di tubuh PKB, namun pada intinya tokoh-tokoh tersebut berangkat dari landasan ideologi dan basis kultural yang sama. Artinya, meskipun terdapati hubungan yang tidak harmonis, itu berada pada wilayah kepentingan politik. Toh, pada umumnya dis-harmonis atau rivalitas politik para tokoh-tokoh politisi dalam definisi “putus-nyambung” adalah hal yang biasa. Saat ini jauh, besuk dekat. Sekarang dekat besuk saling jegal.


Kembaki soal sholawat “Pangeran Joko Tingkir”, kali ini Cak Imin bernyanyi duet dengan penyanyi asal Jawa Timur, Gita KDI. Keduanya membawakan sholawat dan bernyanyi lagu tersebut.
Pada awal lagu, menggunakan petikan syair “Sholawat Badar,” kemudian disambungkan dengan lirik “Pangeran Joko Tingkir.” Begini sholawat dan lirik lagunya.
Petikan “Sholawat Badar”
صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ عَـلَى طـهَ رَسُـوْلِ اللهِ
صَـلا َةُ اللهِ سَـلا َمُ اللهِ عَـلَى يـس حَبِيْـبِ اللهِ
Shalaatullaah Salaamullaah ‘Alaa Thaaha Rasuulillaah
Shalaatullaah Salaamullaah ‘Alaa Yaa Siin Habiibillaah
Rahmat dan keselamatan Allah, semoga tetap untuk Nabi utusan Allah.
Rahmat dan keselamatan Allah, semoga tetap untuk Nabi Yasin kekasih Allah.
تَوَ سَـلْنَا بِـبِـسْـمِ اللّهِ وَبِالْـهَادِى رَسُـوْلِ اللهِ
وَ كُــلِّ مُجَـا هِـدِ لِلّهِ بِاَهْـلِ الْبَـدْ رِ يـَا اَللهُ
Tawassalnaa Bibismillaah Wabil Haadi Rasuulillaah
Wakulli Mujaahidin Lillaah Bi Ahlil Badri Yaa Allaah
Kami berwasilah dengan berkah basmalah, dan dengan Nabi yang menunaikan lagi utusan Allah.
Dan seluruh orang yang berjuang karena Allah, karena berkahnya ahli badar ya Allah
Lirik “Pangeran Joko Tingkir” versi Cak Imin
Joko Tingkir wali jowo
Muride sunan Kalijogo
Wus masyhur ing Nuswantoro
Dadi wali yo dadi rojo (2×)
Legendane Joko Tingkir
Joko gagah sregep dzikir
Statuse yatim piatu
Biso sukses kerono mituhu (2×)
Ngabdine ing Demak Bintoro
Banjur trus diangkat rojo
Misine nyebarke agomo
Agomo islam agomo mulyo (2×)
Joko Tingkir wali masyhur
Joko Tingkir rojo luhur
Joko Tingkir pangkate duwur
Mugo kito ketularan makmur (2×)
Arti lirik “Pangeran Joko Tingkir”
Joko Tingkir wali jawa
Muridnya sunan Kalijaga
Sudah masyhur di Nusantara
Menjadi wali juga raja
Legendanya Joko Tingkir
Pria ganteng dan rajin berdzikir
Statusnya anak yatim piatu
Menjadi sukses karena kepatuhannya
Mengabdi di kerajaan Demak Bintara
Kemudian diangkat menjadi raja
Misinya menyebarkan agama
Agama islam agama mulia
Joko Tingkir wali masyhur
Joko Tingkir raja luhur
Joko Tingkir pangkatnya tinggi
Semoga kita (tertular) makmur
Dilansir dari akun Fp/@A Muhaimin Iskandar, Cak Imin mengunggah tulisan lirik lagu “Pangeran Joko Tingkir” beserta video musiknya berdurasi 2.29, pada Senin (29/8/2022). Sebelumnya, Cak Imin juga mengunggah video “Pangeran Joko Tingkir” dengan video yang berbeda berdurasi 3.10, pada Sabtu (27/8/2022), namun dengan audio yang sama.
Selain itu, sholawat dan lagu “Pangeran Joko Tingkir” versi Cak Imin juga diunggah di akun YouTube Dedi Koswara 3 hari yang lalu. Meski baru ditonton 1,2 ribu tetapi berpotensi booming. Selain itu akun YouTube Fauzan Fuadi pada 2 hari yang lalu juga mengunggah lagu tersebut dengan audio yang sama namun berbeda visualnya.
Dalam video tersebut, berisi kegiatan Cak Imin dalam kapasitasnya sebagai warga nahdiyin, ketua umum PKB, juga proyeksinya dalam rangka persiapan dan kesiapan Pilpres 2024. Seperti yang diunggah dalam akun YouTube Lebah Kreatif 3 minggu yang lalu, yaitu video Grup Orkes Melayu New Monata, membawakan lagu “Joko Tingkir” versi Cak Imin go 2024 | Gus Muhaimin Festival.
Juga video Cak Shodiq bersama orkes New Monata, “Joko Tingkir” versi Cak Imin go Presiden yang diunggah oleh akun DPC PKB Kabupaten Semarang 2 minggu yang lalu.
Begitu juga Cak Thoriq membawakan lagu “Joko Tingkir” (Gus Muhaimin I love You), yang diunggah oleh akun YouTube PKB TV Lumajang, satu bulan yang lalu, namun belum dengan lirik “Pangeran Joko Tingkir.”


Sekilas Melodi lagu Joko Tingkir
Notasi lagu Joko Tingkir tidak diketahui penciptanya atau no name/NN. Melodi di dalamnya seperti lagu-lagu islami lainnya, yakni lagu Ilir-ilir contohnya, dengan notasi minor ada rasa arabian-nya campur dengan nada-nada pentatonis minor Jawa.
Rasa musikalitasnya identik dengan lagu folksong (lagu/musik rakyat) dari campuran nada-nada pentatonis musik arabian. Nuansa lagu ini sangat cocok untuk menggambarkan suasana syiar dan dakwah Islam pada era majelis dakwah para wali (wali songo).
Lagu ini dalam bentuk yang paling dasar bersifat monofonik, artinya tidak berdasarkan susunan harmoni seperti musik Barat. Penggunaan tangga nada yang dipakai disebut maqam (jamak: maqamat), yaitu susunan nada-nada yang tidak ditata sempurna (well tempered) seperti halnya musik barat. Sifat monofonik terlihat pada musik qasidah yang awalnya berupa nyanyian tunggal dengan iringan perkusi (rabana).
Ciri dari melodi arabian menggunakan jarak nada atau susunan maqam (interval) dengan menggunakan jarak 1/4 nada yang tidak dipunyai dalam tangga nada barat yang berjarak 1/2 nada. Namun begitu, lagu Joko Tingkir atau Ilir-ilir dalam bentuknya saat ini telah banyak dipengaruhi oleh musik barat, baik dalam sistem melodi dan harmoni, tempo, irama serta penyajiannya dalam set orkes.
Lagu Joko Tingkir ini karena tidak diketahui penciptanya, dan susunan melodinya tergolong dalam klasifikasi folksong, maka tidak ada hak milik/hak cipta lagu. Artinya semuanya bebas membawakannya atau mengganti lirik lagunya untuk tujuan ekonomi (komersil) maupun tujuan lainnya.
Hal mengenai perlindungan hak cipta lagu diatur melalui Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UU Hak Cipta).


Lagu “Joko Tingkir Ngombe Dhawet”, Simbol Semangat Kerja versus Pelecehan Sejarah
Joko Tingkir dalam Diskursus Sejarah, Tokoh Imajinatif hingga “Ngombe Dawet” (1)
Legenda “Aprang Tandhing” Arya Penangsang vs Danang Sutawijaya di Bengawan Sore (1)
Tiket 2024 Sudah Di Kantong, Menanti Kembalinya Visi Misi Prabowo 2014 Menggaung di 2024 (1)
Gerindra dan PKB Kian Mesra: Kuat-Lemah, Galau, Terkunci-Mengunci, Apa Begitu?