Candikala dan Lingkaran Mitosnya

Senjakala, biasa simbah putri saya menyebutnya candik ala. Ingat benar bagaimana titahnya mengurai panjang jika para cucunya belum terlihat, sementara candik ala mulai mengintai dari ufuk jauh.

24 Juni 2022, 22:55 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal, Sosbud — Candikala dan Lingkaran Mitosnya

Candikala, wujudnya tidak seburuk namanya. Justru sebaliknya. Siluet kuning, oren kehitaman di langit seperti arak-arakan pasukan senja. Indah sekali meski agak menyilaukan jika dipandang lekat.”

SENJAKALA telah berpendar, mengganti arak-arakan awan sesiang dalam tenggernya yang sahaja. Waktunya pulang. Dalam peluk temaram yang kian mengelam. Membunuh peluh dan lelah yang membuncah.

Senjakala, biasa simbah putri saya menyebutnya candik ala. Ingat benar bagaimana titahnya mengurai panjang jika para cucunya belum terlihat, sementara candik ala mulai mengintai dari ufuk jauh. Candik ala, wujudnya tidak seburuk namanya. Justru sebaliknya. Siluet kuning, oren kehitaman di langit seperti arak-arakan pasukan senja. Indah sekali meski agak menyilaukan jika dipandang lekat.

Ya, candik ala atau senjakala atau candikala adalah kondisi matahari menjelang tenggelam di ufuk barat. Paduan warna kuning, jingga dan kehitaman berarak menghias langit. Sangat indah namun terkesan mistis. Suasana waktu senjakala ini udara berubah menjadi dingin dan lembab.

Senjakala atau candikala sebenarnya berasal dari kata Sandyakala yaitu kata sandy dan kala. Sandy atau sandi berarti samar-samar. Senja hari artinya waktu yang mana penglihatan sudah mulai samar-samar, menjelang malam, saat matahari mulai tenggelam. Kala artinya waktu atau saat. Jadi sandyakala artinya waktu atau saat suasana mulai samar-samar (antara kelihatan dan tidak) saat matahari mulai tenggelam.

Ada yang menyebutnya rembang petang, ada pula candikala. Lidah orang jawa akhirnya terbiasa menyebut Candik Ala, Ala berarti buruk atau jelek. Suasana candikala ini oleh orang tua dulu dipahami sebagai waktu kritis di mana seseorang dilarang melakukan kegiatan apapun dan anak-anak wajib berada di rumah. Mereka meyakini candikala adalah momen atau waktu yang ala atau buruk. Menurut kepercayaan mereka, waktu candikala itu waktunya setan keluar dari peraduannya.

Dikutip dari laman jayakartanews.com, Waktu sore jelang malam, diyakini oleh pelaku budaya sebagai pergeseran kekuatan baik dan buruk. Saat siang hari penuh dengan cahaya matahari diartikan sebagai kekuatan kebaikan, sebaliknya waktu malam hari disimbolkan sebagai keburukan yaitu dimana kekuatan jahat menguasainya. Misteri pergeseran waktu beralihnya kekuatan cahaya dan kegelapan ini secara metafisika diyakini sebagai perubahan gravitasi bumi, serta pergeseran atmosfer yang bisa mengakibatkan kekuatan atau bahkan kehilangan daya.

Dalam agama Islam pun ternyata merupakan hal yang dianjurkan oleh Rasulullah, “Jangan kalian membiarkan anak-anak kalian di saat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam, sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam,” (Dari Jabir dalam kitab Sahih Muslim).

“Ketika waktu malam tiba, laranglah anak-anakmu (keluar rumah), karena setan itu berinteraksi dan bertebaran pada waktu itu. Ketika waktu isya sudah lewat, maka kalian boleh membiarkan mereka bermain. Tutuplah pintu sambil berzikir pada Allah ta’ala.” (HR. Bukhari).

Terkait

Terkini