Cara Tradisional Mengusir Burung di Sawah, Sayyo! Sayyo!
Saat ada gerombolan burung yang akan hinggap, mereka bertepuk tangan dan mengucapkan 'sayyo'
Nusantarapedia.net, Jurnal | Puspawarna — Cara Tradisional Mengusir Burung di Sawah, Sayyo! Sayyo!
SAAT seseorang memutuskan untuk menjadi petani, maka apapun kendala yang ada akan dihadapi. Karena itu sudah menjadi pilihan hidupnya. Untuk saat ini ada dua pilihan yang ada, yaitu, menjadi petani padi (hanya menanam padi saja) atau petani palawija (menanam tomat, cabai, kentang, dan lain-lain).
Di sini, yang akan dibahas lebih khusus adalah petani padi. Mereka yang sehari-harinya bergelut dengan lumpur, benih padi, tandur, matun, dan pekerjaan lain yang berkaitan dengan persawahan.
Nuspedian, perlu kita ketahui, hama yang menyerang tanaman padi memang cukup banyak. Ada hama wereng, tikus, dan juga burung. Dan semua itu seperti ada musimnya sendiri-sendiri. Saat siklus musim tikus, maka, di mana-mana juga akan merasakan hal yang sama. Terutama jika masih satu wilayah. Akan banyak lahan yang gagal panen karena serangan tikus.
Adanya hama itu memang tidak bisa dihindari, karena itu memang akan selalu ada. Hama itu mengintai para petani, dan yang bisa dilakukan petani hanyalah pencegahan. Tanpa bisa menanggulanginya secara tuntas.
Banyaknya hama bisa menjadikan tanaman padi terancam gagal panen. Untuk saat ini, jika melihat apa yang ada, sedang musim hama ‘dimakan burung’. Meskipun tidak seganas hama tikus, tetapi, hama burung juga merupakan momok bagi petani.
Dari beberapa petak sawah yang ada, beberapa di antaranya memasang alat untuk mengusir burung. Masih dengan cara tradisional. Petani memasang beberapa plastik kresek yang sudah dikaitkan di atas tali panjang yang tergantung dari ujung ke ujung.
Tambah lagi dengan membuat orang-orangan sawah secara sederhana, yang terbuat dari kayu yang dikaitkan dan diberi plastik, layaknya pakaian. Di bagian atas dipasang topi. Orang-orangan sawah itu dipasang di tengah lahan pertanian. Tujuannya untuk menakut-nakuti burung itu. Dalam bahasa jawa sering disebut wong medi manuk/memedi sawah.
Pemasangan plastik kresek dalam jumlah banyak dan juga orang-orangan sawah yang dilakukan petani, tentunya memiliki tujuan khusus, tak lain untuk mengusir kawanan burung yang datang dan memakan bulir padi. Petani berharap, cara itu bisa meminimalkan banyaknya burung yang memakan padi.
Jenis burung yang memakan padi adalah burung emprit, dengan jumlah puluhan hingga ratusan karena seringnya mereka bergerombol. Saat burung mendengar kresek yang tertiup angin, maka akan terbang lagi dan tidak jadi hinggap untuk makan bulir padi.
Ada juga cara sederhana lainnya untuk mengusir burung. Biasanya pagi-pagi sekali petani/buruh tani datang ke sawah. Saat ada gerombolan burung yang akan hinggap, mereka bertepuk tangan dan mengucapkan ‘sayyo‘. Entah apa artinya, yang jelas burung terbang lagi dan tidak jadi memakan bulir padi. Namun, cara itu kurang efektif karena hanya beberapa jam saja untuk melakukannya. Biasanya hanya tiap pagi dan sore saja, atau waktu tertentu saja, tidak bisa seharian penuh.
Jika burung-burung itu dibiarkan, maka akan berpengaruh pada hasil padi saat panen nanti. Biasanya bulir padi yang dimakan burung akan gabug (tidak berisi). Otomatis tidak akan bisa dipanen. Karena tidak mau gagal panen, petani pun melakukan berbagai upaya untuk mengusir burung-burung itu.
Jenis padi yang disukai burung adalah jenis padi IR, karena bulirnya yang cukup empuk/lunak. Padi jenis IR banyak ditanam para petani karena lumayan banyak dicari konsumen. Salah satu kelebihan varietas ini adalah saat sudah jadi nasi hasilnya putih, empuk/pulen. Selain itu, kelebihan lain jenis padi IR termasuk padi yang genjah, karena pada masa tanam hingga panen hanya membutuhkan waktu tiga bulan saja. Jadi cukup singkat perawatannya, tidak seperti jenis lainnya yang empat bulan, bahkan ada yang enam bulan.
Itu tadi sedikit ulasan tentang pertanian yang ada di sekitar tempat tinggal. Para petani di sini (Pancuranmas, Magelang) masih dengan sistem pertanian yang tradisional.
Rintihan Hati Petani
Merapi Merbabu, Vespa 80 dan Sawah Lestari
Petani Rumput Laut Mabonta
Tak Terserap Pasar, Petani Buang Hasil Panen, Legislator Desak Pemerintah Lakukan Intervensi
Firmus Mega, Difabel Sang Motivator Usaha Cabai Raih Penghargaan “Role Model Petani Milenial”