Caregiver, Antara Kebutuhan dan Pandangan Ketabuan Masyarakat

Tentu relawan dan caregiver adalah dua profesi yang berbeda. Keduanya mempunyai totalitas waktu dan orientasi yang berbeda, namun sama-sama  memiliki kesiap siagaan yang sama dalam menegakkan kembali semangat hidup seseorang yang dalam ketebatasan.

13 Desember 2021, 04:13 WIB

Nusantarapedia.net — Sudah pernah mendengar kata Caregiver? Ya, di Indonesia istilah ini masih terbilang asing, karena profesi caregiver di Indonesia sangat langka. Caregiver secara bahasa berarti pemberi perhatian. Dalam konteks keperawatan, caregiver adalah orang yang berprofesi memberi perhatian, merawat orang lain yang dalam keterbatasan, lanjut usia atau menyandang  disabilitas. Di Indonesia, caregiver dilakuan oleh keluarga sendiri sehingga profesi caregiver professional sangat langka.

Caregiver sebenarnya adalah cabang dari ilmu keperawatan. Diperlukannya profesi ini berangkat dari kebutuhan penanganan masalah perawatan lansia di luar keperawatan medis logis yang umum. Caregiver melayani (merawat) orang tua/orang sakit meliputi melayani kebutuhan fisik (aktivitas mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi seperti kebutuhan personal hygiene, eliminasi, mobilisasi), kebutuhan medis seperti minum obat, terapi fisik, kebutuhan social (menjadi teman bicara), kebutuhan spritual (berdoa bersama).

“Sejauh ini caregiver di Indonesia belum begitu popular, karena tugas itu dihandle oleh keluarga. Caregiver keluarga tentu tidak memiliki kompetensi dasar idealnya caregiver karena upaya ini lebih di dasarkan pada tanggung jawab moral bukan professionalitas perawatan, sebisanya dan semampunya.”

Relawan Disabilitas Indonesia, Manifestasi Sederhana Caregiver Indonesia

Secara empirik, caregiver di Indonesia belum ada spesialisasinya karena tidak memiliki background pendidikan keperawatan. Hanya saja mereka digolongkan berdasar pengalaman, sehingga muncul istilah senior, medium, junior. Karena tidak memiliki background  keperawatan, Caregiver tidak boleh menangani tindakan medis yang menjadi porsi pekerjaan perawat seperti pasang infus, pasang kateter, selang NGT, dll.

Pada ranah disabilitas, perwujudan caregiver lebih ditunjukkan dalam aksi kerelawanan. Manifestasi kerja relawan tidak setotal caregiver, namun eksistensi relawan ini sangat membantu meringankan tugas masyarakat difabel. Di beberapa daerah budaya volunteerism ini berkembang sangat baik.

Kerja-kerja parsial relawan sangat dibutuhkan untuk membantu masyarakat difabel mengakses pelayanan kesehatan atau lainnya. Seperti kerja relawan anak-anak inklusi. Mereka memfasilitasi terapi atau pengobatan rutin dengan bekerja sama dengan pusat pelayanan kesehatan setempat. Tidak hanya kebutuhan kesehatan, kebutuhan pendidikan, pemenuhan kebutuhan psikologis (hiburan) terfasilitasi melalui kerja relawan.

Ini sebuah upaya mulia demi mendekatkan akses kebutuhan primer masyarakat difabel. Bukankah kesehatan, pendidikan, dan bersosialisasi adalah kebutuhan primer? Melalui kegiatan pengelompokan (komunitas) masyarakat yang memiliki kebutuhan khusus bisa memperoleh menikmati dunianya.

Dengan begitu, mereka lebih leluasa untuk beraktualisasi dan berprestasi. Mengapa lebih leluasa? Karena faktanya, diskriminasi terhadap masyarakat difabel masih berlangsung hingga kini. Ini semakin membuktikan bahwa perjuangan kaum disabilitas untuk mendapat akses ruang public adalah perjuangan paling heroik sepanjang sejarah, melebihi perjuangan perempuan mendapatkan haknya.

Caregiver dan Ketabuan Tugas Perawatan Orang Tua Pada Pihak Lain

Caregiver profesional adalah sebuah pekerjaan atau profesi yang tentu mendapatkan kompensasi gaji. Di luar negeri, profesi ini sangat dibutuhkan dalam melakukan pendampingan perawatan non medik logis secara umum. Perawatan lansia, misalnya, sudah lazim diserahkan pada caregiver dengan kompensasi upah professional. Indonesia, berkaitan dengan budaya ketimuran, menyerahkan perawatan lansia pada lembaga atau pihak lain adalah bagian dari ketabuan.

th 19

Kepercayaan masyarakat ketimuran terhadap upaya berbakti pada orang tua, dalam hal ini merawat orang tua di masa tuanya, masih memiliki nilai yang tinggi dan seolah mendapatkan sanksi sosial jika upaya itu tidak dilakukan oleh seorang anak. Sanksi sosial paling sederhana adalah digunjing orang lain dan dinilai anak durhaka.

Dalam kaca mata obyektif, nilai bakti kepada orang tua tidak bisa diverifikasi hanya dengan kerelaan seseorang melakukan usaha perawatan mandiri di rumah. Masih segar di ingatan kita, seorang ibu yang dikirim ke panti rehabilitasi lansia, mendapat kecaman dari netizen dan beberapa kelompok masyarakat.

Tentu ini adalah tuduhan subyektif yang miskin dasar. Budaya masyarakat ketimuran yang berkencenderungan berpikir normatif, sering berpotensi menanggalkan peluang berkembangnya dimensi berpikir yang lebih luas. Jika ini terjadi pada sebagian besar masyarakat, akan menjadi dasar semu yang bersifat keumuman dan akhirnya diikuti banyak kalangan.

Sejauh ini caregiver di Indonesia belum begitu popular, karena tugas itu dihandle oleh keluarga. Caregiver keluarga tentu tidak memiliki kompetensi dasar idealnya caregiver karena upaya ini lebih di dasarkan pada tanggung jawab moral bukan professionalitas perawatan, sebisanya dan semampunya. Ada kalanya saat di titik puncak kejenuhan, tugas perawatan itu bisa dilepas. Ini terjadi pada mereka penyandang kesehatan mental yang idealnya didampingi oleh caregiver profesional, justru dipegang oleh keluarga sendiri yang tidak mendapat pelatihan perawatan non medis logis.

Kesalahan-kesalahan sangat lazim terjadi. Pergolakan mental pasien juga menjadi ujian tersendiri bagi caregiver keluarga. Akhirnya, pada kalangan tertentu hingga terjadi penelantaran. Di sinilah kemudian relawan muncul, menciptakan jembatan untuk mempermudah akses pada pelayanan yang semestinya.      

Meskipun terbilang belum terlalu menjadi trending dan popular, tidak bisa dipungkiri, profesi caregiver mulai dilirik. Khususnya kalangan menengah ke atas yang sudah memahami pentingnya edukasi kesehatan, kehadiran perawatan berbasis home care ini  sangat membantu. Di satu sisi, caregiver jauh lebih menguntungkan dari pada menitipkan pada panti jompo, untuk perawat caregiver sendiri tentu mendapat gaji yang sangat layak. Mengapa kalangan menengah ke atas? Karena biaya perawatan berbasis home care itu mahal disebabkan caregiver totalitas mengkaver semua kebutuhan perawatan non medic logis.

Tentu relawan dan caregiver adalah dua profesi yang berbeda. Keduanya mempunyai totalitas waktu dan orientasi yang berbeda, namun sama-sama  memiliki kesiap siagaan yang sama dalam menegakkan kembali semangat hidup seseorang yang dalam ketebatasan.

Disabilitas, Jangan Eksploitasi (lagi)!   (Refleksi Wheel Chair Day)
Pergeseran Fungsi Teknologi Digital untuk Misi Kemanusiaan

Terkait

Terkini