Cerita di Segelas Kopi
Lunglai sudah langkah dan ingin tak lagi sama, Aku hanyalah sampah, di jalanan dan di rumah menjadi sama saja …

Nusantarapedia.net, Jurnal | Sastra, Puisi — Cerita di Segelas Kopi
Sempat tadi aku keluar susuri jalan
berkehendak mencari jajanan murah sekepal dan tembakau kegemaran
Kuhitung agar tak lebih uang yang kupunya berharap kembalian
Lalu lalang pada jalanan …
macamnya kesibukan membeli dan berdagang
Dan sampailah aku dipandangan
Wajah kusam sayu mata memandang
Satu, dua, tiga hingga sepuluh lebih orang begitu berpapasan
Mendadak aku linglung, sebab lapar dan hati bingung
Tanganku menjinjing dua gorengan
di kantong hanya tembakau kegemaran receh kembalian
Hati ini menangis, jiwa ini tetiba merasa busuk tak lagi khusuk
ternyata jalanan hanya laju kendaraan dan orang menggelandang
barangkali mereka lapar, lelah, hingga mungkin putus asa dalam penantian..
Aduhai aku tak lebih baik dari debu
hanya bisa diam termangu penuh bisu
Aduhai langkah tak lebih baik dari sampah
lafaz doa laksana senyap kala hati digugah gelisah..
Ya, aku gelisah
tak jua bisa berpikir lantas rasa lapar kuanggap salah
sebab pandangan melihat banyak orang menggelandang susah
Nyatalah diri hanya bedebah di tengah wabah
guna apa menangis
guna apa melihat sambil meringis
selama ini lafaz-lafaz kumandangnya menjadi terkais-kais
Terbang ke sana kemari bak sekumpulan sampah nyaris setipis
Oh, aku teringat sebuah tempat
pada diamnya sekumpulan sahabat
rasanya lupa arah rumah sebab ingin bersegera ke sana hilangkan penat
Diriku penat, iya
hariku penat, begitulah
Lunglai sudah langkah dan ingin tak lagi sama
Aku hanyalah sampah,
di jalanan dan di rumah menjadi sama saja …

Jakarta, 13 Juni 2022 | Ry Cahyo
Apa Kabar Ibu Pertiwi …
Aku Mencatat …
Kucatat ‘Tukmu …
Coretan di Segelas Kopi …
Moda Transportasi Massal Modern Jakarta Integrasi Masa Depan. Perbedaan KRL, MRT, LRT, BRT dan Non BRT Bus Listrik (1)