Citayam Berbusana & Kwanyar Berliterasi, Era Kemajuan Muda Mudi
Literasi dan berbusana sama-sama diperlukan dalam kebutuhan kehidupan manusia. Sebab kemajuan peradaban bukan hanya ditandai dengan inovasi-inovasi berbusana modis. Tapi lebih dari itu dibutuhkan kreatifitas literasi yang berwawasan cerdas.
Nusantarapedia.net, Jurnal | Sosbud — Citayam Berbusana & Kwanyar Berliterasi, Era Kemajuan Muda Mudi
“Sekarang Citayam kembali sanggup memalingkan banyak pasang mata untuk menajamkan perhatian ke sana. Banyak pihak mulai menghubung-hubungkan potensi Citayam Fashion Week dengan bidang lain, industri wisata, ekonomi kreatif dan UMKM.”
Dalam beberapa pekan belakangn ini istilah ‘Citayam Fashion Week’ kian tenar, bahkan menjadi kabar–bidikan banyak media. Musiman baru ini menjadi buah bibir setelah viral di media sosial.
Nama Citayam, saat ini tak hanya akrab di telinga warga ibu kota saja. Tapi sekarang netizen di berbagai daerah sudah tak asing lagi dengan nama itu, kendati belum tahu tepatnya berada di mana letak Citayam?
Citayam Fashion Week adalah sebutan untuk peragaan busana yang dilakukan di ruang terbuka di jalan kawasan Sudirman Central Business District (SCBD), tepatnya di Stasiun MRT BNI Dukuh Atas dan Terowongan Kendal. Orang-orang menyebut Citayam Fashion Week yang didominasi kalangan muda ini mirip konsep Harajuku fashion street di negeri Sakura, Jepang.
Tersohornya peragaan busana jalanan Citayam tak hanya menghipnotis kalangan remaja. Aksi busana Citayam juga menggoda perhatian sejumlah tokoh papan atas di negeri ini. Bahkan mereka tanpa canggung ikutan pasang aksi di kawasan yang tengah naik daun itu. (Nama-nama tokoh sengaja tak saya sebutkan. Khawatir dituding mengampanyekan)
Sedikit kisah dari Citayam. Konon nama Citayam diambil dari dua bahasa Sunda. Citayam terdiri atas dua kata, yakni Cit (dari kata peucit) dan ayam, menjadi pameuncitan ayam, yang dalam bahasa Indonesia bermakna pemotongan ayam.
Informasi lain menyebutkan, nama Citayam sudah ada sejak zaman kolonial Belanda, yang merupakan kawasan perkebunan milik orang Belanda. Dikenal dengan Land Tjitajam. Citayam termasuk dalam daerah Residen Batavia (Jakarta), Afdeeling (Kabupaten) Buitenzorg (Bogor), District (Kewedanaan) Paroeng.
Menurut sumber yang saya baca. Di era kolonialisme dulu, Citayam adalah lokasi yang sudah maju. Pada masa itu di daerah itu sudah ada stasiun kereta sejak 1873 yang didirikan oleh perusahaan kereta api Belanda, Nedherlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Stasiun ini menghubungan antara jalur kereta api Jakarta-Bogor.
Sekarang Citayam kembali sanggup memalingkan banyak pasang mata untuk menajamkan perhatian ke sana. Banyak pihak mulai menghubung-hubungkan potensi Citayam Fashion Week dengan bidang lain, industri wisata, ekonomi kreatif dan UMKM.
Citayam Fashion Week bukan satu-satunya kegiatan produktif yang berhasil diraih anak muda Indonesia. Selain fashion street itu, ada ratusan kegiatan produktif pernah digagas muda-mudi di berbagai wilayah nusantara.
Salah satu kreatifitas yang tak kalah potensial untuk dikembangkan menjadi wisata edukasi adalah kegiatan literasi yang digalakkan teman-teman pelajar dari salah satu desa yang ada di wilayah Kwanyar. Kecamatan tanah kelahiran saya.
Meski para pelajar ini tinggalnya di desa yang tergolong pelosok, tapi mereka tak surut dari mengembangkan kegiatan literasi. Bahkan beberapa dari mereka sudah menerbitkan sejumlah buku, berupa novel. Mereka kemudian digabungkan dalam satu komunitas kepenulisan, komunitas bentukan mereka sendiri.
Bertekad mengembangkan kiprahnya di dunia kepenulisan. Mereka melakukan berbagai usaha untuk mempromosikan legiatan literasinya, diantaranya dengan mengadakan pameran buku yang dihelat di pusat kecamatan. Menggelar bedah buku, dan mereka juga rajin mengadakan seminar-seminar literasi.
Namun sejauh ini usaha mereka memang belum senasib anak-anak muda di Citayam. Bagaimana pun kesuksesan Citayam Fashion Week bukanlah usaha tunggal yang dilakukan anak-anak muda di sana. Ada banyak pihak yang terlibat, mulai dari netizen yang memviralkan, tokoh pejabat yang ikut mempromosikan dan lain-lainnya.
Kesuksesan serupa tentu juga sangat mungkin diraih di kegiatan apa pun di daerah mana pun. Termasuk kegiatan literasi Kwanyar. Tentunya bila ada kepedulian yang kompak dari berbagai pihak untuk turut andil mempromosikan dan mengembangkan.
Literasi dan berbusana sama-sama diperlukan dalam kebutuhan kehidupan manusia. Sebab kemajuan peradaban bukan hanya ditandai dengan inovasi-inovasi berbusana modis. Tapi lebih dari itu dibutuhkan kreatifitas literasi yang berwawasan cerdas. Salam literasi.
Bangkalan, Kamis 21 Juli 2022
Hasan Hasir
Street Fashion ala ABG Citayam di Sudirman
Fenomena SCBD, Bentuk Perlawanan?
Slebew!
Bukan Sultan, Tak Usah Gaya-gaya – Sederhana Saja, Bahagia Sepanjang Masa
The Mask “Orang Baik” Dari Dunia Sampah