Definisi Literasi Adaptif Terhadap Perkembangan Zaman dan Pertumbuhan Generasi
- pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terlebih lagi di zaman alam media sosial saat ini, konsep dan definisi serta pemaknaan literasi semakin luas dan beragam -

Nusantarapedia.net, Jurnal | Pendidikan — Definisi Literasi Adaptif Terhadap Perkembangan Zaman dan Pertumbuhan Generasi
“tingkat literasi tersebut dapat diaplikasikan sesuai kebutuhan dan kondisi sosial. Tidak hanya sebatas kegiatan membaca buku, namun lebih dari itu dituntut bisa memahami pesan, baik berupa pengetahuan maupun informasi yang dapat diperoleh dari bahan bacaan tersebut”
SEBAGIAN orang sudah akrab dengan istilah “literasi”. Bahkan tak sedikit orang atau perkumpulan menyebut dirinya merupakan bagian dari pegiat literasi. Ada beberapa diantaranya mengidentifikasi literasi hanya pada keterampilan menulis.
Hal itu barangkali karena cara pengungkapan gagasan sampai menjadi sebuah karya tulis tak lepas dari cara berbahasa dalam menyampaikan suatu pesan yang hendak dituturkan kepada khalayak melalui sebuah karya berupa tulisan cerpen, novel, atau bentuk jenis tulis lainnya.
Kendati pernah mendengar istilah literasi. Tetapi dalam kenyataannya, masih ada di masyarakat yang mengalami miskonsepsi tentang literasi. Orang-orang belum beranjak dari menafsirkan literasi bukan melulu membuat tulisan berupa cerpen atau jenis tulisan cerita lainnya.
Padahal seperti diketahui umum, sejalan dengan pertumbuhan dan perubahan hubungan dalam sosial serta pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terlebih lagi di zaman alam media sosial saat ini, konsep dan definisi serta pemaknaan literasi semakin luas dan beragam.
Menurut Elizabeth Sulzby “1986”, Literasi ialah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi “membaca, berbicara, menyimak dan menulis” dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Jika didefinisikan secara singkat, definisi literasi yaitu kemampuan menulis dan membaca.
Menunjuk yang disebutkan Elizabeth, kegiatan; membaca, berbicara, menyimak, dan menulis–ada hal utama dalam konteks komunikasi itu sehingga kemudian diidentifikasi sebagai literasi, yakni adalah pada sebuah cara “berbeda” dalam pengungkapan pesan.
Selain Elizabet, ada sejumlah pakar lain yang memberikan pendapat dan penafsirannya, diantaranya Resnick (1977), pendapatnya tak jauh berbeda dari Elizabeth. Menurutnya, Literasi adalah kemampuan membaca risalah agama dan kefasihan dalam membaca lisan. Senada dua pakar tersebut Harveu J. Graff (2006), juga berpendapat nyaris sama, mengatakan Literasi adalah kemampuan dalam diri seseorang untuk menulis dan membaca.
Sedangkan seorang pakar lain, Levine (1986) mengemukakan pendapat yang berbeda, menurutnya, Literasi merupakan kemampuan untuk menandai atas seseorang sebagai tanda orang yang melek huruf dan perbedaan yang menarik antara kedua jenis kelamin dan generasi berturut-turut yang ditemukan.
Selain pendapat dari para pakar. Konsep dan definisi literasi juga datang dari penafsiran oleh lembaga-lemaba. Di antara beberapa lembaga internasional yang memperkenalkan konsep literasi, salah satunya adalah United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Seperti disebutkan oleh Montoya, definisi literasi menurut UNESCO, ada 3 (tiga) tafsiran utama yaitu:
1. Literasi adalah tentang penggunaan sumber daya informasi di masyarakat, dan menjadikannya sebagai sarana berkomunikasi serta berekspresi, melalui berbagai media;
2. Literasi bersifat jamak, dipraktikkan dalam konteks tertentu untuk tujuan tertentu dan menggunakan bahasa tertentu;
3. Literasi melibatkan kontinum pembelajaran yang diukur pada tingkat kemahiran yang berbeda.
UNESCO pula menjelaskan perkembangan konsep dan penafsiran literasi telah mengalami penyesuaian selama kurang lebih 5 (lima) dekade hingga sekarang. Pada tahun 1965, literasi diartikan sebagai keterampilan membaca, menulis dan aritmatika.
Sedangkan pada tahun 1957, UNESCO menjelaskan bahwa seseorang dapat disebut literat apabila bisa memahami, baik dengan membaca dan menulis sebuah pernyataan sederhana yang singkat tentang kehidupannya sehari-hari.
Kemudian pada tahun 1970-an literasi mulai dihubungkan dengan pengembangan dan keterampilan kejuruan, menandai pengakuan bahwa literasi berfungsi sebagai kompetensi kunci dalam mengejar pembangunan sosial-ekonomi.
