Demam “Lato-lato” Kurangi Dampak Smartphone hingga Gejala Kegabutan Anak dan “Tanda Alam”

- Jangan-jangan lagi, Lato-lato sebagai maksud pelarian anak dari kebosanan dunia digital, justru Lato-lato sendiri sebagai "lambang" kegabutan anak karena macetnya kran aktualisasi dan ekspresi diri -

29 Desember 2022, 00:28 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | SosbudDemam “Lato-lato” Kurangi Dampak Smartphone hingga Gejala Kegabutan Anak dan “Tanda Alam”

Yaitu, secara pandangan spiritual, Lato-lato yang bunyinya dari hasil bola yang dibentur-benturkan, sejatinya ini adalah tanda alam, ini adalah “Sasmita”. Setelah “Dibanding-bandingke” maka akan ada “Dibentur-benturkan” seperti halnya Lato-lato yang dibentur-benturkan, hingga jangan sampai “Dikotak-kotak”.

AKU adalah orang (suku) Jawa mengenal mainan Lato-lato (Latto-latto) dengan sebutan Tek-tekan.

Ya, Lato-lato adalah mainan anak-anak yang sederhana, viral di penghujung tahun 2022 di Nusantara. Lato-lato bukanlah mainan anak-anak milik anak Indonesia saja, namun Lato-lato adalah mainan anak milik dunia. Bila hal yang berkenaan dengan hak cipta suatu budaya bangsa yang tidak diketahui siapa penciptanya, maka dianggap menjadi “domain publik” atau milik bersama. Bila itu menyangkut musik atau lagu menjadi “motif budaya” termasuk dalam kategori NN (no name) ataupun folksong dan folklor. Begitupun juga dengan mainan Lato-lato ini, milik kebudayaan dunia. Lato-lato adalah mainan anak-anak dunia sebagai kebudayaan kolektif. Entah siapa yang memulai, tidak diketahui dengan pasti.

Lato-lato termasuk jenis mainan ketangkasan dengan membutuhkan keterampilan fisik, kategori permainan perorangan (individu).

Lato-lato adalah mainan berbentuk dua bola yang terbuat dari bahan plastik padat (saat ini) yang ringan, namun awalnya terbuat dari bahan yang sangat berat, yaitu metal atau logam juga kaca padat.

Dua buah bola tersebut diikat dengan sebuah tali di ujungnya, dengan panjang tali sekitar 30 sentimeter. Cara memainkannya, telapak tangan kita dengan posisi miring seperti orang hendak berjabat tangan, lalu mengaitkan tali di jari tengah dengan panjang kanan kiri yang sama atau seimbang seperti pendulum di kedua sisi. Kemudian kita hanya perlu mengayunkan 2 bola tersebut hingga kedua bola saling berbenturan dengan tempo yang teratur dan cepat, yang didapat dari tumbukan kedua bola tersebut menghasilkan bunyi suara yang seperti berirama teratur. Bunyi yang dihasilkan menghasilkan suara Tek-tek, maka sebagian budaya menamakan mainan ini Tek-tekan.

Meskipun terlihat sederhana dan mudah, namun memainkan Lato-lato cukup sulit, karena hanya dimainkan dengan satu tangan, dengan gerakan tangan ke atas dan ke bawah secara kontinyu. Bagi profesional, bisa memainkan Lato-lato dua sekaligus di tangan kanan dan kiri.

Ukuran kemahiran mainan ini bila bunyi kedua bola nyaring, cepat dan dimainkannya dalam durasi yang panjang, dari yang konsisten kuat hanya di 1- 2 menit, hingga ada yang kuat sampai 5-10 menit. Terlebih bila bolanya berhenti mendadak atau menghasilkan bunyi yang tidak konsisten, bisa dikatakan tidak bisa bermain Lato-lato.

Bunyi benturan kedua bola tersebut sebagai ukuran keasyikan dan kemahiran, meski itu juga dianggap sebagai suara yang bising, mengganggu dan “menyebalkan” bila yang mendengar dalam suasana pikiran dan hati yang semrawut, atau mengganggu fokus dan konsentrasi bagi yang mendengarnya.

Di sisi lain, sebagai mainan yang tidak aman, potensi bahaya tinggi, bila tali tersebut putus atau terlepas dari tangan, maka kedua bola bisa terlepas liar tak berarah, bisa mengenai pemainnya maupun orang lain di sekitarnya hingga jarak 2-3 meter. Selain itu, jari-jari tangan juga berpotensi cidera.

Terkait

Terkini