Di Sudut Keramaian, Wanita Pejuang Nafkah dengan Raut Wajah Lelah

Kurang lebih 4 tahun sudah Mak Tani menyisir langkah mengadu nasib di negeri "To'o Jogho Waga Sama" yang menurut orang adalah negeri lumbung beras terbesar

18 Oktober 2022, 15:27 WIB

Nusantarapedia.net, ​Galeri | Potret Sosial — Di Sudut Keramaian, Wanita Pejuang Nafkah dengan Raut Wajah Lelah

SUASANA pasar ibu kota Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) siang itu, nampak biasa seperti hari-hari sebelumnya. Setiap orang terlihat dengan kesibukan masing-masing, ada yang berjualan, ada yang melayani pembeli, ada pula hanya sekedar menelusuri sambil melihat barang jualan milik pedagang dari lapak ke lapak.

Namun dari sudut keramaian pasar, terlihat seorang wanita tua yang sesekali mengipaskan selembar kantong plastik pada barisan ikan yang berada di atas lapak (coolbox), sembari menatap aktifitas pasar dengan tatapan hampa. Terlihat juga, dua tiga orang calon pembeli tak menghiraukan ketika wanita tua itu mencoba menawarkan ikan kepada mereka.

Raut wajah wanita tua itu seakan menggambarkan raganya sedang dibaluti rasa lelah. Bahkan keadaan itu dapat dilihat ketika refleksifitas gerakan menawarkan ikan kepada calon pembeli dengan kondisi raganya menunjukan kurang bersemangat.

Begitulah aktifitas wanita tua yang sering dipanggil Mak Tani ini. Mak Tani merupakan warga Kayuadi, Provinsi Sulawesi Selatan, dan telah berdomisili di Desa Marapokot, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo sejak tahun 2019 silam.

Semenjak kepergian suami menghadap Sang Khalik, Mak Tani bersama anak dan menantunya memilih meninggalkan kampung halaman merantau ke tanah Mbay, NTT.

Kurang lebih 4 tahun sudah Mak Tani menyisir langkah mengadu nasib di negeri “To’o Jogho Waga Sama” yang menurut orang adalah negeri lumbung beras terbesar di NTT.

Mak Tani dikenal sebagai sosok wanita tua yang tak pernah mengeluh ataupun putus asa ketika dihadapkan dengan suatu pekerjaan. Justru dia menganggap setiap pekerjaan yang ia lakukan adalah suatu takdir dari jalan hidupnya.

Meski di usia yang telah menimang 3 orang cucu, baginya umur hanyalah angka dan bukan satu-satunya alasan untuk membatasi dirinya agar tidak bekerja.

Menurut Mak Tani, justru di usianya yang telah menginjak setengah abad lebih itu, ia semakin bersemangat bekerja mengumpulkan ceceran rupiah, sekalipun harus keluar masuk lorong menawarkan ikan kepada warga ibu kota dan juga duduk berjualan di Pasar Danga dengan waktu berjam-jam lamanya menunggu dagangan ikannya benar-benar habis terjual.

Mak Tani mengaku, hampir 95 persen kebutuhan hidupnya dibiayai dari hasil jual ikan. Dia juga mengaku setiap keuntungan yang ia dapat dari hasil jual ikan tersebut, sebagian ia sisipkan ke dalam tabungan.

“Setiap pagi saya dibangunkan oleh pekerjaan saya. Harapan hidup saya hanya bergantung dengan berjualan ikan,” katanya. (My)

2022/MYasin/Npj

Kamaria, Satu-satunya Wanita di Kota Mbay Berprofesi Driver Ojek
Terlelap
Ngadhang-adhang Rezeki
PSN Rampung Semester I 2024, hingga Skenario Pemangkasan Jumlah PSN dan Relasinya dengan IPM (1)
IPM dalam Hak Hidup, Amanat Konstitusi dan Distribusi Keadilan

Terkait

Terkini