Digital Native: Pengertian, Sejarah, dan Dampaknya
Digital Natives, Digital Immigrants”. Dalam artikel tersebut mengkritisi tentang kegagalan pendidikan yang diterapkan di Amerika Serikat dalam memahami siswa modern.
Nusantarapedia.net, Jurnal | Iptek — Digital Native: Pengertian, Sejarah, dan Dampaknya
“Inilah beberapa ketimpangan generasi dalam menyerap terobosan-terobosan teknologi yang semakin masif dan menjadi kebutuhan manusia modern. Apapun itu, belajar sepanjang hayat adalah keharusan, tidak perlu menolak sesuatu yang sudah menjadi keniscayaan.”
Kita sedang memasuki era kemajuan teknologi yang begitu pesat. Kemajuan ini menawarkan banyak kemudahan dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi mampu memangkas waktu dan tenaga sehingga pekerjaan manusia menjadi cepat tanpa harus banyak keluar keringat. Era pengambil alihan pekerjaan manusia oleh teknologi ini yang kemudian disebut era digital.
Setiap era kemajuan memiliki pengusung dan pelakunya masing-masing. Pengusung ini yang bernama generasi. Generasi yang akrab dengan teknologi digital adalah generasi Z, generasi yang dibesarkan ditengah helat masif teknologi. Generasi ini juga yang disebut Digital Native.
Lantas, apa pengertian sebenarnya dari digital native? Bagaimana sejarah dan perkembangan dari digital native? Dan, apa dampaknya untuk dunia bisnis?
Seperti yang sudah disinggung di atas, digital native merujuk pada suatu generasi yang sedang mengalami perkembangan dan pertumbuhan di tengah-tengah teknologi digital atau di arus era teknologi yang mengalir deras.
Berhubungan dengan hal tersebut, digital native adalah sekelompok generasi yang muncul di dalam dunia digital dan berkembang dewasa dengan adanya teknologi yang canggih. Untuk itu, jangan heran bila digital native sangat nyaman dan fasih dalam menggunakan teknologi.
Salah satu karakteristik generasi digital native adalah kemampuan dalam menggunakan teknologi komputer dan mobile smartphone dengan mudah, baik untuk menelusuri informasi maupun hiburan, seperti browsing, chatting, dan yang paling digemari adalah bermain game melalui komputer maupun perangkat Android.
Sejarah Digital Native
Dilansir dari accurate.id, digital native sendiri sebenarnya bukanlah istilah yang baru. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Marc Prensky di tahun 2001 lalu melalui artikelnya yang berjudul “Digital Natives, Digital Immigrants”. Dalam artikel tersebut mengkritisi tentang kegagalan pendidikan yang diterapkan di Amerika Serikat dalam memahami siswa modern.
Menurutnya, anak-anak memerlukan lingkungan belajar yang lebih kaya akan media. Selain mampu menarik perhatian anak, media yang berbasis teknologi bisa mengubah cara siswanya dalam memproses teknologi informasi.
Walaupun tidak menjelaskan pengertiannya secara detail, tapi istilah tersebut merujuk pada anak-anak yang lahir pasca tahun 1980-an. Namun tidak disangka, penggunaan istilah ini menjadi semakin populer dan diterima oleh masyarakat.
Tapi, seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan kajian terkait digital native, lalu istilah ini mulai menuai banyak kritikan dari berbagai pihak, bahkan dari Prensky sendiri. Digital native yang diberikan pada beberapa generasi tertentu malah menyebabkan adanya kesenjangan.
Dampak
Penemuan atau terobosan baru, apapun itu, tentu tidak selalu didukung penuh oleh sistem. Tingkat pemahaman tentang teknologi masing-masing generasi berbeda, terlebih jika berada di lingkungan dengan kondisi generasi yang sangat timpang, generasi muda dan generasi senja (sangat tua). Terlebih sifat generasi itu cenderung denial terhadap inovasi-inovasi baru dalam bidang teknologi, tentu ini menjadi persoalan sendiri bagi digital native.
Dampak bisa jadi ditemukan pula dalam lingkungan pekerjaan. Senior yang sudah besar angka usianya biasanya merasa apatis terhadap kehadiran teknologi dan digital native ini. Mereka merasa sudah terbiasa, baik-baik saja menggunakan cara-cara manual sehingga melihat digital native seperti melihat generasi pemalas yang hanya mengandalkan alat.
Terkadang hal tersebut menimbulkan adanya perselisihan dengan digital native, baik itu dalam sudut pandang ataupun dalam pola pikir dalam menyikapi masalah tertentu.
Contoh sederhananya dalam kehidupan sehari-hari, pekerjaan yang sudah didukung dengan teknologi komputer akan cenderung lebih mudah untuk dikerjakan dan mampu menghasilkan output yang lebih baik. Pun sama juga dengan berbagai mesin industri yang sudah menerapkan basis komputerisasi.
Namun, tidak semua bisa mengimbanginya, sehingga berpotensi menciptakan konflik antara supervisor dan manajer yang lebih tua dengan generasi angkatan kerja yang jauh lebih mudah.
Yang paling krusial jika ini terjadi di lingkungan pendidikan. Di tengah gencarnya pemerintah menggalakkan program pendidikan berbasis digital, masih saja ada pelaku pendidikan yang apatis dengan digital native.
Perangkat digital yang ada idealnya memang mampu menunjang berbagai proses belajar yang lebih efektif dan interaktif. Namun faktanya tidak selalu begitu.
Banyak guru yang masing gagap dalam menggunakan teknologi, sehingga lebih memilih untuk menerapkan cara serta metode belajar mengajar yang kuno serta kurang menarik. Sehingga, para siswa sangat sulit untuk mengerti materi pembelajaran yang disampaikan.
Sebagai imigran digital (orang yang baru saja belajar teknologi), para guru seringkali mengalami kesulitan dalam mentransfer ilmu kepada digital native, khususnya yang berhubungan dengan pemanfaatan teknologi digital. Teknologi terkadang membuat para guru merasa frustasi dan merasa rumit untuk dilakukan, sehingga mereka sulit untuk beradaptasi.
Inilah beberapa ketimpangan generasi dalam menyerap terobosan-terobosan teknologi yang semakin masif dan menjadi kebutuhan manusia modern. Apapun itu, belajar sepanjang hayat adalah keharusan, tidak perlu menolak sesuatu yang sudah menjadi keniscayaan.
Internet Positif, Korelasi Netizen Journalism dan Pengaruh Buruk Medsos
Statistik Pengguna Internet Dunia dan Indonesia, Medsos Rajanya!
Menjawab Dilema Digitalisasi di Indonesia
Mimetisme Media
MyPertamina App Masih Bintang 1,1 dari 5 Bintang