Dokar Pemalang Menggelinding Pelan, Tergerus Peradaban Jaman
Dokar yang terus berputar, berputar menggelinding cepat dan pelan, kini tergerus peradaban jaman
Nusantarapedia.net, Galeri | Potret Sosial — Dokar Pemalang Menggelinding Pelan, Tergerus Peradaban Jaman
“Dirinya pernah merasakan masa kejayaan bekerja menjadi kusir dokar, bahwa menarik Dokar sehari bisa untuk biaya hidup seminggu.”
LAGU anak yang berjudul “Naik Delman” yang diciptakan oleh Ibu Soed, adalah lagu anak-anak yang populer di Indonesia. Lagu ini bercerita tentang perjalanan dalam kota seorang anak bersama ayahnya dengan menaiki delman sewaktu liburan.
Lirik Lagu Naik Delman
Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota
Naik delman istimewa kududuk di muka
Ku duduk samping pak kusir yang sedang bekerja.
Mengendarai kuda supaya baik jalannya
Tuk tik tak tik tuk
Tik tak tik tuk
Tik tak tik tuk
Tuk tik tak tik tuk
Tik tak suara sepatu kuda
Ya, itulah lirik lagu Naik Delman, karya legendaris yang akrab di semua kalangan Indonesia, menjadi lagu wajib anak bersama lagu lainnya, seperti lagu Pelangi-pelangi, Naik Kereta Api, Menanam Jagung, dsb.
Stressing dari lirik di atas adalah digambarkannya sebuah moda transportasi bernama Delman
Selayang Pandang Delman
Delman adalah alat transportasi tradisional asli dari Indonesia. Delman secara mekanik beroda dua, tiga atau empat yang tidak menggunakan mesin, tetapi menggunakan kuda atau sapi sebagai penggantinya.
Delman pertama kali diciptakan di Batavia (Jakarta) saat pemerintahan Hindia Belanda. Kata delman berasal dari kata Deeleman, adalah nama dari sang penemu. Delman diciptakan sebagai kendaraan alat transportasi oleh Charles Theodore Deeleman, seorang litografer dan insinyur.
Deeleman yang juga ahli irigasi memiliki bengkel besi di pesisir Batavia dan menciptakan Delman sebagai sarana transportasi oleh pegawai-pegawai/pejabat pemerintahan Hindia Belanda.
Dalam perkembangannya, Delman berkembang dalam banyak variasi di berbagai negara dan khususnya daerah-daerah di Indonesia.
Orang Belanda menyebut kendaraan ini dengan nama dos-à-dos (punggung pada punggung, arti harfiah Prancis), yaitu sejenis kereta yang posisi duduk penumpangnya saling memunggungi. Istilah dos-à-dos ini oleh penduduk pribumi Batavia disingkat lagi menjadi ‘sado‘. (Wikipedia).
Variasi dan istilah delman di Indonesia, dalam budaya Sunda disebut Kahar atau keretek, yang secara mekanik dan wujudnya sama, meski terdapat beberapa perbedaan, seperti dimensi, kapasitas penumpang, hewan penariknya, dsb.
Nayor, dijumpai beroperasi di sekitar kota Cibadak, Sukabumi, dengan kabin yang lebih tertutup; yang bukan tidak mirip dengan kabin oplet.
Selain itu masih banyak lagi variasi dan penyebutannya, seperti Dokar dan Andong, yang banyak terdapat di wilayah kebudayaan Surakarta dan Yogyakarta. Dokar berasal dari Bahasa Inggris dog car. Dokar dengan jumlah roda hanya dua, sedangkan Andong dengan jumlah empat roda. Dua roda utama di belakang dan dua roda yang lebih kecil berada di depan.
Variasi lainnya yang mirip dengan Delman, seperti kereta kencana atau kereta perang. Kereta kencana umumnya dimiliki oleh kerajaan (istana) dengan kabin yang tertutup, dan ditarik hingga 4 – 8 kuda. Khusus pada kereta kencana, kerajaan-kerajaan di Eropa sudah menggunakan alat transportasi ini sebagai lambang kebangsawanan. Selain pada jaman dahulu benar-benar sebagai alat transportasi, dalam perkembangannya digunakan untuk upacara seremoni kerajaan.