Drumben Bina Nusantara SD 1 Bonyokan, Meriahkan Rangkaian “Ya Qowiyyu” 2022
SD Bonyokan 1, merupakan sekolah dasar RSBI terbaik 10 besar di Kabupaten Klaten.
Nusantarapedia.net, Jurnal | Pendidikan — Drumben Bina Nusantara SD 1 Bonyokan, Meriahkan Rangkaian “Ya Qowiyyu” 2022
“Di akhir sesi wawancara, Sumadi menyinggung soal transformasi digital, yang saat ini semua bidang akan mengarah ke sana.”
SETELAH dua tahun vakum akibat pandemi Covid-19, rangkaian perayaan “Ya Qowiyyu” atau “Shodaqoh (sebaran) Apem” atau tradisi “Saparan” tahun 2022 kembali digelar.
Rangkaian perayaan tradisi “Saparan” 2022 ini dihelat selama sepuluh hari, dari tanggal 8 – 16 September 2022. Puncak peringatan dengan tradisi “Sebaran Apem” jatuh pada Jumat (16/9/2022) siang, selepas salat Jumat, atau tanggal 19 Sapar Tahun 1956 Ehe, hari Jumat Kliwon dalam kalender Jawa Sultan Agung-an. Rangkaian tradisi Saparan dibuka (pembukaan) pada Kamis, 8 September 2022 dengan agenda pawai atau karnaval seni budaya yang melibatkan semua unsur.
Rangkaian tradisi Saparan ini secara administratif digelar di Kelurahan Jatinom dan Desa Bonyokan, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Wilayah ini disebut dalam satu kesatuan entitas “Jatinom Raya”. Sedangkan Kecamatan (kota) Jatinom sendiri merupakan salah satu kota satelit penyangga Kabupaten Klaten, yang dahulu statusnya sebagai wilayah kawedanan, membawahi wilayah kawedanan, yaitu Kecamatan Jatinom, Tulung, Karanganom dan Polanharjo.
Sedangkan inti dari pagelaran ini sebagai tradisi peringatan masuknya Islam dengan syiar dan dakwah yang dilakukan oleh Ki Ageng Gribig. Ki Ageng Gribig berkedudukan di “Kedatuan Al Maghribi” Jatinom, yang saat ini keberadaannya berupa makam, makam para waliyullah penyebar agama Islam. Yang mana saat ini makam tersebut dilestarikan dan digunakan sebagai “living monument” atau monumen hidup budaya “Njatinoman” khususnya, dan masyarakat muslim Jawa yang melakukan ziarah kubur ke Jatinom setiap harinya, sebagai bagian dari spirit kehidupan masyarakat.
Perayaan ini disebut dengan “Saparan”, karena berlangsung di bulan Sapar atau bulan kedua dalam kalender Hijriah (Safar). Dinamakan “Ya Qowiyyu” yang artinya Maha Kuat/Maha Besar, erat dengan simbolisasi dalam ajaran Islam ketika para waliyullah syiar di daerah “Ngibig:Gribig:Jatinom”. Sedangkan istilah perayaan “Sebaran Apem” merupakan resepsi kultur Jawa ke dalam Islam atau sebaliknya, yaitu sebagai simbol “Shodaqoh” atau beramal yang dilakukan oleh Ki Ageng Gribig kepada para santri-santrinya atau masyarakat setempat di Kedatuan dengan memberikan oleh-oleh berupa kue “Apem:Afwan:Afuan” selepas naik haji bersama Sultan Agung dari Mataram, sebagai simbol saling memaafkan atau meminta ampunan. Selanjutnya, menjadi peringatan budaya dengan “menyebarkan apem”.
Sebagai pengetahuan bersama yang bersifat diskursus, dalam mendefinisikan mengenai Ki Ageng Gribig Jatinom, bahwa keberadaannya telah ada di Jatinom sejak politik global Islam pada tahun 1450-an, pada periode yang paling awal. Sedangkan Ki Ageng Gribig dalam definisi saat ini, adalah versi Ki Ageng Gribig dari Kesultanan Mataram, yang mana pada tahun 1620-an Sultan Agung datang ke “Ngibig/Gribig,” yang kemudian mengubahnya menjadi nama “Jati Enom” selanjutnya Jatinom.
Kini, perayaan “Ya Qowiyyu” selain sebagai sebuah spirit, tradisi, juga telah masuk ke dalam kesatuan budaya modern. Juga telah masuk dalam event kalender pariwisata Kabupaten Klaten.