Dua Cara Mensyukuri Kemerdekaan Bagi Bangsa Indonesia
Nusantarapedia.net | JURNAL, RELIGI — Dua Cara Mensyukuri Kemerdekaan Bagi Bangsa Indonesia
Teks khutbah Jumat pertama, 2 Shofar 1445 H/18 Agustus 2023.
Disiapkan oleh : K.H. Hamim Thohari, B.IRK. (Hons), (Pembina Kerohanian Islam Yayasan Insan Mulia PAMA, Site KPC Sangatta)
Untuk masjid-masjid di lingkungan
PT. PAMAPERSADA NUSANTARA, Site KPC Sangatta, Rantau Pulung-Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Khutbah Pertama
مأاَلْ وسََّشََّحََ َّصََّ ْمْْدَفْدُتََُ ز يامْه مَُلَِلَّ نََ ِْا حَلْيَمَّقَدَ ايَّ دئَ َّمُْلُ وَ آمْ لَ ِزوَي إََّهَفَ وَ لَمَنمُوَز حْصََّ كَمَ َمَ ْحَْا َل تَّزهَ ز نِْيوََّمَ لَ،نْ أَتَ َ عُعََوذُهُ بَبَاإَ هحْلِلَّ سََّمَ انَ اِل َشََّّيْلََْهَ َايَ ااهوْلََ ِلَ ايالْ ل َّنَ دََّّ َيآِْمَ نِنُ مَ، أ و:ا مَّ ااتَّ ﴿بَقُوَإََعْواذْدُ ُا:تَ أَهفَذََّلِلَّ َ اِ عَحَ ََرَك بُُّا مقَّ دَ تُ مْ قَلَعَاََنتَ للَز، هَ تُمْ ََِ عَلَاد ي لَشََّ دَ د ] َب اهْم: 7[ وَالصََّّ السََّّ ُ
اكمْ بَتَقْوَى للَ لَقَوْلَ هَ تَعالَ: ﴿َ ا أَكوَلا تَمُوتُنَّ ََلََّّ وَأَ تُمْ مُسْلَمُوِ
Saudara-saudaraku, jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Di bulan Agustus, bangsa Indonesia selalu memperingati hari kemerdekaannya. Namun sebagai kaum beriman, kita harus memaknai kemerdekaan itu dengan benar dan mensyukurinya dengan menguatkan iman dan taqwa kita kepada Allah Swt. Sebab Dialah yang telah menganugerahkan kemerdekan itu kepada kita. Maka khatib berpesan dengan firman-Nya: وَاتََّّقَُّوا اهلِلَّ لََّعََّهلَّمَُّمْ تَُّْحََّمَُّوَِ “Dan bertaqwalah kepada Allah mudah-mudahan kamu dirahmati-Nya.” (al-Hujarat: 10)
Saudara-saudaraku, Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Setiap manusia punya ajal dan batas waktu kehidupan, begitu juga setiap bangsa juga demikian. Allah, SWT. berfirman: وَلكُِ لِ امَُّةٍ اجََ لٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اجََلُهُمْ لََ يسَْْْْْ َْ ِْ ُِ ُْوْسَ عَْْْْاَّ َ ة وَّلََ
يسَْْْْْ َْ ِْ ِمُ ْ سَ / “Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba,
mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.” (Q.s. al-A’raf: 34)
Sebagaimana ketika Allah menghendaki hilangnya peradaban dan kekuasan bangsa-bangsa yang pernah ada di dunia ini, seperti Bangsa Babilonia, Romawi dan Persia. Begitu juga, tidak jauh dari kita: di Sumatra pernah ada Kerajaan Sriwijaya; di Jawa ada Majapahit, Siliwangi, Demak dan Mataram dan di seantero Nusantara ada kerajaan-kerajaan lainnya. Di mana mereka sekarang? Allah telah mencukupkan ajalnya masing-masing dan tidak sesiapa pun yang mampu meminta diperpanjangkan keberadaannya.
Menyadari hal itu, para pendiri bangsa ini telah memproklamirkan kelahiran bangsa baru, bernama Indonesia sebagai bangsa merdeka dan berdaulat atas rahmat Allah, Tuhan yang Maha Esa, pada tanggal 17 Agustus tahun 1945. Karena mereka sadar bahwa tanpa izin dan kehendak-Nya, kemerdekaan itu tidak akan terwujud. Maka dasar negara kita dengan sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah tanda bahwa negara ini dibangun atas dasar keyakinan akan hal itu.
Oleh karena itu, seluruh anak bangsa ini mesti menyadari bahwa kemerdekaan itu merupakan anugerah paling berharga dari Allah, Tuhan yang Maha Kuasa. Dan, agar nikmat kemerdekaan dan kedaulatan bangsa ini berlangsung lama. Maka sekurang-kurangnya, ada dua cara mensyukuri kemerdekaan bagi bangsa Indonesia :
Pertama: Menguatkan Keimanan, Ketaqwaan dan Amal Sholih
Di atas telah dinyatakan, bahwa bangsa ini dibangun di atas dasar iman dan berketuhanan; maka segala perilaku berkehidupan di negara ini: dari pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus mencerminkan nilai-nilai iman dan kebertuhanan tersebut. Jika tidak, bangsa ini akan mengalami kerugian, seperti yang diingatkan oleh Allah dalam surat al-Ashr: وَالْعَصْْ ِْ اسَِّ الَْنِْسَْ اسَ لَ ِِ ْْ ُسْ ٍْ الََِّ
ࣖ الذَِّيْنَ اٰمَنُ ْ ا وَ َمِلُ ا الصل لِ حٰ تِ وَتَ َ اصَ ْ ا باِلْحَ قِ ە وَتَ َ اصَ ْ ا باِلصَّبْ ِْ / “Demi masa * sungguh, manusia itu berada dalam kerugian * kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholih serta saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.” (Q.s. al-Asr: 1-3)
Maka tidak boleh tidak, bangsa ini harus menguatkan keimanan dan kebertuhannya, meningkatkan amal kebajikannya serta saling mendukung dalam kebaikan. Dan konsekuensi dari hal tersebut adalah meyakini bahwa kita semua adalah pengemban amanat dari Allah untuk menjaga dan mengelola negeri ini dengan sebaik-baiknya sesuai level dan kapasitas kita masing-masing. Jangan mengelola negara ini dengan ugal-ugalan tanpa rasa tanggungjawab dan rasa diawasi oleh Allah Swt. sedangkan Rasulullah Saw. telah mengingatkan kita: ألَََ كُلكُُّمْ رَا عٍ / Ingatlah, setiap kamu adalah pemimpin, وَكُلكُُّمْ مَسْْْْْلُ ع ََّنْ رَ ِيَّْ ِهِ / dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas kepimpinannya.” (H.r. Muslim)
Setiap pemimpin dari level pribadi hingga negara, harus menunaikan amanat ini dengan baik; jangan mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, jangan pula mengkhianati masyarakat. Sebagaimana Allah berfirman:
ياَ أيَهَُّا الذَِّينَ آمَنُ ا لََ تخَُ نُ ا الَّلََّ وَال َّعُ عَ وَتخَُ نُ ا أمََاناَتكُِمْ وَأنَْ ُمْ
تَْ عْْ لَْ مُْْْ سَ / Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Qs. Al-Anfal: 27)
Saudara-saudaraku, jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Agar berkah, negeri ini harus dijaga dengan iman dan taqwa, sebagaimana Allah وَلَ ْ أسََّ أهَْلَ الْ ُِ َىٰ آمَنُ ا وَاتَّ َِ ْ ا لََ ِ َحْنَا َليَْهِمْ بَ َْكَاتٍ مِنَ السَّْْْْْمَاءِ وَا ْ رَْ َِ وَلٰكَِنْ كَذَّ بُ ا berfirman:
فََِ َذْناَهُمْ بمَِا كَانُ ا يكَْسِْ بُ سَ / Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.s. AlA’raf: 96)
Kedua: Membangun Kepribadian Bangsa yang Luhur dan Akhlaq Mulia
Meskipun ajal setiap bangsa ada batasnya, namun tetap ada peluang untuk berusaha memperjuangkan keberlangsungannya. Di antaranya adalah dengan menghindarkan kerusakan dan perilaku koruptif di kalangan elit pemimpin, sebab Allah mengingatkan:
Dan jika / ﴿وَإذَِا أرََدْناَ أسَ نهُّْلكَِ قَ ْي ةَ أمََ ْناَ مُْ َْ فيِهَا فَ َسَْ ُِ ا فيِهَا فَحَقَّ َليَْهَا الْ َِ ْ عُ فَ َمَّ ْناَهَ ا تَ ْمِي ا﴾
Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (dari kalangan elit pemimpinannya supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka pantaslah ketentuan Kami berlaku terhadap mereka, kemudian Kami hancurkan negeri itu.” (Q,s, al-Isra’: 16)
Persis pepatah dari Yunani yang menyatakan, “Ikan busuk bermula dari kepalanya.” Artinya bahwa kerusakan yang terjadi pada sebuah masyarakat diawali dari kerusakan moral pemimpinnya. Jika pemimpinnya rusak, kerusakan akan cepat menjalar kepada masyarakatnya. Hal inilah yang diingatkan oleh seorang pujangga Mesir, Ahmad Syauqi:
إ نِمََّْ ْْا ا ْ مَُ مُ أ ُْ لَ قُ مَْْْ ا بَ ِِ يَْ ْْ تْ * فَْ ْْ إِ سْ هُ مُ ذَ هَبَْ ْْ تْ أَ ُْ لَ قُ هُ مْ ذَ هَ بُ ا / Eksistensi sebuah bangsa tergantung kepada moral, jika hilang moral mereka, maka akan hilang pulalah eksistensi mereka.” Maka nikmat kemerdekaan ini adalah tanggung jawab bersama untuk kita jaga bersama-sama dengan iman, taqwa dan amal-amal kebajikan yang luas serta sikap saling mengingatkan demi kebenaran dan kebaika.
Saudara-saudaraku, jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Demikianlah dua cara bangsa Indonesia mensyukuri arti sebuah kemerdekaan, agar nikmat yang besar ini tetap langgeng dan bertahan sampai ajal yang ditentukan oleh
Allah, Swt. dan dapat dilalui dengan baik dan selamat. Karena Allah, Swt. berfirman:
Dan ingatlah ketika / وَإذِْ تَْ َِذَّسَ رَبكُُّمْ للَِن كَْْْْْكَ ْتمُْ ََْ يِْ َنكَُّمْ ِ وَللَِن كَ َِ ْتمُْ إسَِّ ََّْذَابِْ لَ َ ْْْْ ِيْ ُ
Tuhanmu memperingatkan, sungguh jika kamu bersyukur, pasti akan Kutambahkan (nikmat-Ku) kepadamu; dan jika kamu kufur, sungguh siksaanku sangat berat.” (Ibrahim: 7)
أَبََّقُاوْرَ َلُ قَوْ يللُ لََ يلََ هَ لوَالَُ موَأَمْ سْزيتَفَ غْاَلْ ُقَُّْ آ َِللَ ا الْلْعَعَظَ ْظَْْْمَمَ. ، وََفَ اَ سْعََْزتَيغْ َ ُوَاََّ َّوْاهُمك ََّمْ هُبَ مََّهُا وَفَ ْاَّْلْهَغَ ُ مَ وْنَرُ اال َّلآَ َّاحَ َْْ مُ وَالَّ لَّ مْ َِّ الْحَ َ ْْمَ.