Dua Jam Bersama Anak Asuh Mbah Surip

Bertemu dengan Mbah Surip (alm) di tempat wc umum terminal Blok M. "Mbah Surip itu dulu penjaga wc di situ, di samping beliau juga sebagai seniman jalanan,"

7 April 2022, 23:05 WIB

Nusantarapedia.net — Dua jam bersama anak asuh Mbah Surip (almarhum).

Tak gendong kemana-mana, tak gendong kemana-mana, enak dong, manteb dong, dari pada kamu naik pesawat kedinginan,” sepenggal lirik lagu sederhana karya almarhum Mbah Surip, penyanyi dengan rambut gimbal dengan genre bercorak reggae ala Bob Marley.

Sampai saat ini kadang kala masih kita dengarkan lagu ciptaannya dari sosok sederhana almarhum mbah Surip, terutama lagu dengan judul “Tak Gendong.”

Pria kelahiran Mojokerto, 5 Mei 1957 yang bernama asli Urip Ahmad Riyanto bin Soekotjo, sempat menjadi trending topik di blantika musik tanah air beberapa tahun silam. Lagu Tak Gendong menurut beberapa sumber telah diciptakan sejak tahun 1986 saat Mbah Surip bekerja di Amerika, kemudian dirilis tahun 2003 dan booming tahun 2008.

Tapi, tahukah anda? makna di balik lirik lagu Tak Gendong tersebut. Kali ini, media Npj bertemu dengan seorang pengamen jalanan di bekas terminal Sirandu Pemalang.

“sehingga saking banyaknya anak asuh, kemana Mbah Surip berada, sambil bercanda dengan anak-anak jalanan, almarhum selalu bermain-main sambil menggendong mereka. Mereka anak-anak asuh Mbah Surip, sehingga ‘kemana-mana digendong,’ jadilah lirik lagu ‘Tak Gendong,’ ‘Tak gendong kemana-mana, tak gendong kemana-mana,’

Muhammad Yanto (35), namanya, pria warga Kuta, kecamatan Belik, Pemalang Kota ini, kesehariannya berprofesi sebagai pengamen di atas bis antar kota dalam propinsi (AKDP).

Pria dengan penampilan gondrong, memakai celana jeans belel, menuturkan kepada awak Npj, bahwa dirinya pernah menemani masa kehidupan Mbah Surip saat tinggal di daerah Blok M Jakarta Selatan.

Lebih lanjut, Yanto begitu pria gondrong biasa dipanggil, menuturkan, “saya kenal Mbah Surip waktu kelas 5 sekolah dasar, sekolah sambil mengamen di jalanan kota Jakarta, dulu kegiatan keseharian saya, ya mengamen dan nongkrong,” kata Yanto.

Bertemu dengan Mbah Surip (alm) di tempat wc umum terminal Blok M. “Mbah Surip itu dulu penjaga wc di situ, di samping beliau juga sebagai seniman jalanan, seperti saya sekarang ini, lewat beliau saya diajari bermain musik, terkadang lagu-lagu barat juga diajarkan kepada saya,” jelas Yanto.

Menurut pengakuan Yanto yang sempat menjadi anak asuh bersama anak-anak yang lain Mbah Surip, “almarhum Mbah Surip itu anak asuhnya banyak mas, hampir anak yang hidup di jalanan sekitar terminal Blok M waktu itu merupakan anak asuh almarhum, Mbah Surip itu suka sama anak-anak kecil,” terang Yanto.

Lanjutnya, “sehingga saking banyaknya anak asuh, kemana Mbah Surip berada, sambil bercanda dengan anak-anak jalanan, almarhum selalu bermain-main sambil menggendong mereka. Mereka anak-anak asuh Mbah Surip, sehingga ‘kemana-mana digendong,’ jadilah lirik lagu ‘Tak Gendong,’ ‘Tak gendong kemana-mana, tak gendong kemana-mana,’ begitu sejarahnya, Yanto menjelaskan.

Saat ini, Muhammad yanto lebih banyak tinggal di kampung halamannya di kota Pemalang. “Saya sudah malas ke Jakarta mas, pingin tenang hidup di kampung sambil bekerja ngamen di bis-bis kecil di jalanan kota Pemalang,” tandasnya.

“Saya sering bawakan lagu almarhum Mbah Surip, tidak ada sosok seperti beliau mas, orang baik, tak pernah marah, hidupnya setiap hari selalu tersenyum dengan siapapun, sesekali tawanya meledak, tapi sesungguhnya beliau pada saat terakhir hidupnya, sendiri di Jakarta.”

“Beliau punya anak kandung 4 yang tinggal di kampungnya di Jawa Timur. Saya tidak lupa dengan tawa khasnya dan tagline ‘I Love You Full, Don’t Worry’,” kata Yanto mengakhiri perbincangan. (Ragil74)

Wandi, Penjual Kopi Gerobak Motor
Yang Tersisa dari Seorang Nurrochim (Pengrajin Gerabah Pemalang)
Pedagang Salak Pondoh, Sleman Yogyakarta

Terkait

Terkini