Ebta Tri Cahya Ketua P3KAG Bicara “Saparan Yaa Qowiyyu 2023”, Sekitar 7 Ton Apem Akan Disebar
"Pada malam 'midodaren', acara intinya adalah penerimaan shodaqoh kue apem yang nanti (besuk) Jumat siang selepas sholat Jumat akan disebarkan,"

Nusantarapedia.net | KLATEN, JATENG — Tradisi perayaan “Grebeg Saparan Yaa Qowiyyu Jatinom 2023” di Kota Jatinom-Klaten, Jawa Tengah, dibuka pada Kamis, (24/8/2023) hingga puncak perayaan tradisi “sebaran apem” pada Jumat, (1/9/2023) hari ini atau 15 Sapar 1957 Jawa.
Pelaksanaan tradisi Saparan 2023 ini secara kelembagaan di bawah naungan Kantor Kecamatan Jatinom-Klaten untuk menyelenggarakan rangkaian seremoni dan kegiatan, yang diasuh oleh Plt. Camat Jatinom, Agus Sunyata. Sedangkan untuk domain prosesi ritual dilaksanakan oleh Pengelola Pelestari Peninggalan Kyahi Ageng Gribig (P3KAG).
Rangkaian kegiatan digelar per harinya dari sejak pembukaan, seperti; Kirab Seni Budaya, Festival Drumben, Gladen Ageng Jemparingan dan Aneka Pentas Seni, Gelar Seni Budaya XXI, Pentas Seni Gejog Lesung – Tari dan Karawitan, Kirab Gerobak Sapi dan Kenduri Seni, (24-30/08/2023).
Kemudian pada tanggal 31 Agustus mulai dibuka donatur Shodaqoh Apem, Kirab Gunungan, Kenduri Seni dan Pentas Wayang Kulit di malam “Midodaren”. Puncaknya tanggal 1 September 2023, dengan puncak acara prosesi “sebaran apem” (kue apem), selepas sholat Jumat.
Ketua Pengelola Pelestari Peninggalan Kyahi Ageng Gribig Jatinom (P3KAG) Ebta Tri Cahya selaku kepanitiaan prosesi ritual, ketika wawancara dengan awak NPJ menjelaskan perihal jalannya tradisi “Grebeg Saparan Yaa Qowiyyu Jatinom 2023”, Jumat (1/9/2023) di komplek makam Ki Ageng Gribig dini hari.
“Kepanitiaan tradisi sebaran apem Yaa Qowiyyu 2023 dari P3KAG (Pengelola Pelestari Peninggalan Kyahi Ageng Gribig), alhamdulillah berjalan dengan lancar, telah dimulai sejak dua bulan yang lalu. Ini sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab tim penyusun rencana kegiatan sampai tim teknis sudah kami persiapkan,” kata Ebta.
Selanjutnya Ebta membeberkan hal agenda kegiatan dari konteks ritualnya.
“Rangkaian kegiatan tradisi Yaa Qowiyyu dari berbagai divisi berjalan dengan baik, lancar. Pertama; kegiatan ‘mapag’ tanggal satu Sapar, dengan sesanti ‘Ambuka Songsong Winadi’ Kyai Ageng Gribig, yaitu menyambut hadirnya bulan Sapar/Safar tanggal 1 Sapar 1957 Jawa/Jimawal, atau sekitar tanggal 17 Agustus 2023 yang lalu.”
Lanjut Ebta, “Kedua; haul, bersamaan dengan pembukaan Saparan. Dari pagi diadakan semakan al-Quran 30 juz, kemudian disambung dengan Maulid Arbanzanji di malam harinya oleh Divisi Pembukaan dan Haul. Ketiga; Midodaren, diawali dengan ‘serah tinampi’ gunungan apem setelah bada Ashar siang tadi, dari pihak Kecamatan Jatinom ke P3GAB.”
Pada malam midodaren, acara midodareni diisi dengan acara “Kenduri Seni”, terang Ebta.
“Pada malam midodaren, acara intinya adalah penerimaan shodaqoh kue apem yang nanti (besuk) Jumat siang selepas sholat Jumat akan disebarkan,” lanjut Ebta.
Ebta selaku pemangku adat budaya Ki Ageng Gribig Jatinom ini mengatakan, bahwa gelaran Saparan tahun ini sungguh luar biasa.
“Alhamdulillah, ini di luar ekspektasi, di luar prediksi, dari rangkaian kegiatan di beberapa divisi, antusias masyarakat sangat tinggi. Terbukti pada malam midodaren shodaqoh apem dan kegiatan ‘kenduri seni,’ masyarakat sangat luar biasa animonya, berjubel pengunjungnya dari berbagai daerah. Kami sungguh berkesan dengan gelaran Yaa Qowiyyu tahun ini, masyarakat masih peduli tentang budaya peninggalan Kyai Ageng Gribig, dengan banyaknya sodaqoh apem dan nilai spirit di dalamnya dengan turut berpartisipasi, bukti turut memiliki dalam arti melestarikan, datang berduyun-duyun dari berbagai daerah,” ungkapnya.
Lanjut Ebta mengutarakan hal spirit dari keberadaan makam Ki Ageng Gribig Jatinom ini sebagai bangunan hidup (living monument), dan harapannya ke depan.
“Saya selaku pengurus makam, juga kapasitas saya sebagai masyarakat, kami meneladani beliau, bahwa beliau telah syar dan dakwah agama Islam. Menata masyarakat di wilayah ini dari berbagai aspek. Ajarannya masih dinalurikan sampai saat ini, nilai perjuangannya, yang tercermin dari kue apem itu sebagai simbol pengampunan, dan betapa kecilnya manusia di hadapan Allah,” ungkapnya.
“Kalo bicara konteks nasional, saya bicara harapan. Saya selalu pengelola P3KAG, kami sangat berharap bahwa upacara tradisi yang diwariskan Kyai Ageng Gribig ini terus dilestarikan dan digaungkan lagi oleh para pihak terkait, baik itu pemerintah maupun masyarakat di tingkat nasional, sehingga tradisi seperti ini tidak punah. Bahkan tradisi di tempat lain, kita bicara Nusantara dengan beragam adat budaya yang sangat luar biasa. Kami berharap dari pemerintah, tokoh agama, ormas bisa melestarikan adat budaya di Indonesia, salah satunya di tempat kita ini di Jatinom dalam acara Yaa Qowiyyu ini. Secara spesifik agar tradisi perayaan Yaa Qowiyyu ini dapat terintegrasi dengan budaya kota Jatinom. Kami sangat berharap Jatinom dapat dibangun utilitas infrastruktur kota yang terintegrasi dengan fasilitas wisata religi dan infrastruktur lainnya. Secara finansial itu butuh biaya besar, skala keuangan pusat,” harap Ebta.
Di akhir wawancara, perihal berapa perkiraan jumlah apem yang akan dibagikan nanti, Ebta mengatakan, dari pengalaman tahun kemarin yang pasca pandemi saja mampu terkumpul apem sebanyak 6,5 ton. Untuk nanti yang ditutup pukul 11:00 WIB (1/9/2023), dimungkinkan bisa mencapai sekitar 7 ton apem dari pantauan saat ini pukul 01.00 WIB.
“Tahun kemarin 6,5 ton, kedatangan shodaqoh apem sampai malam ini pukul 01:00 WIB masih cukup tinggi, padahal ditutup masih nanti siang pukul 11:00. Ya, semoga bisa mencapai 7 ton apem. Juga, semoga acara nanti berjalan dengan lancar dan tertib, mengingat animo masyarakat untuk datang tinggi, terlihat dari kunjungan tamu dari berbagai daerah di Jawa, bahkan luar Jawa pada malam midodaren ini,” kata Ebta mengakhiri perbincangan.

