Ganjar dan Airlangga atau Airlangga-Puan untuk 2024
Jika demikian catur politiknya, maka bisa ditebak sejatinya yang menjadi mediator ulung atau the king maker dalam menyatukan KIB dan PDIP adalah Joko Widodo

Nusantarapedia.net, Netizen | Artikel — Ganjar dan Airlangga atau Airlangga-Puan untuk 2024
Oleh Marianus Gaharpung, Dosen FH Ubaya Surabaya
“Mengapa suara hati politik Joko Widodo adalah demikian? Pertama, publik bisa merasakan aspek kedekatan emosional Jokowi dan Ganjar jauh lebih ‘mesra’ ketimbang dengan putri sulung Megawati yakni Puan Maharani.”
PIDATO Presiden RI ke-7 Joko Widodo pada HUT Partai Golkar beberapa waktu lalu dengan tegas mengatakan, partai Golkar harus hati-hati, jangan gegabah, harus cermat serta jangan sembrono dalam mengusung capres. Tetapi juga jangan pula terlalu lama mengumumkan capresnya.
Pertanyaannya? Mengapa sampai hari ini Golkar PAN dan PPP dalam wadah Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) belum saja sepakat dan mengumumkan capresnya? Apakah menunggu tawaran capres dari PDIP? Publik terus bertanya dan dibuat penasaran, padahal dari KIB saja sudah memenuhi persyaratan minimal mengusung capres sendiri. Apakah partai-partai yang tergabung dalam KIB ini masih kurang merasa pd (percaya diri), atau sejatinya berkeinginan untuk bergabung dengan PDIP agar memiliki amunisi politik yang dahsyat menghadapi “perang” Pilpres 2024.
Jika demikian catur politiknya, maka bisa ditebak sejatinya yang menjadi mediator ulung atau the king maker dalam menyatukan KIB dan PDIP adalah Joko Widodo. Dan, jika bener demikian, maka dalam benak Presiden RI ke-7 ini lebih sreg kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ketimbang Puan Maharani, publik dapat menebak.
Mengapa suara hati politik Joko Widodo adalah demikian?
Pertama, publik bisa merasakan aspek kedekatan emosional Jokowi dan Ganjar jauh lebih “mesra” ketimbang dengan putri sulung Megawati yakni Puan Maharani.
Kedua, aspek elektabilitas publik dimana hampir semua lembaga survey menunjukan keinginan publik terhadap Ganjar sebagai capres dari PDIP rangkingnya jauh di atas Puan Maharani bahkan Anis Baswedan, Prabowo, Airlangga Hartato serta calon lainnya.
Ketiga, Jokowi sungguh memahami bahwa muruwah partai politik adalah menyangkut kepentingan publik bukan kepentingan privat, sehingga hal demikian ini akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan publik terhadap partai politik khusus terhadap PDIP jika tetap mengusung Puan Maharani sebagai capres.
Keempat, sehingga ketika PDIP tetap mendorong Puan Maharani sebagai capres dan berpasangan dengan Airlangga Hartato ketua Umum Golkar, apakah Jokowi bersama PPP serta PAN setuju? Belum tentu apalagi PPP di daerah daerah sudah menggaungkan dukungannya kepada Gubernur Jawa Tengah.