Gudeg Djokdja Amat Enak Banyak (F)itamin C-nya, Fajar Bandung Elok Amat Dari Garut Center (1)

Lebih dalam lagi bahwa musik berlindung pada esensi matematika yang merupakan kerangka utama dari wujud musik itu sendiri, sebelum di isi dengan ruh berupa 'sense' musikalitas.

24 Juni 2022, 19:59 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Seni — Gudeg Djokdja Amat Enak Banyak (F)itamin C-nya, Fajar Bandung Elok Amat Dari Garut Center

“Terkadang kita terjebak pada dikotomi bahwa, musik adalah soal perasaan dan olah jiwa, sedangkan matematika olah logika. Musik sebagai hiburan, sedangkan matematika menjadi ilmu ukur. Musik soal bunyi-bunyian dan matematika soal angka-angka yang rumit, bertolak dengan musik sebagai bentuk kebebasan.”

“Musik adalah matematika yang berbunyi”

HALO Nuspedian yang budiman di manapun anda berada. Selamat berakhir pekan, ya? Bila berakhir pekan dengan keluarga atau teman mengunjungi destinasi wisata yang indah pasti kurang afdol bila tidak sembari bermain musik. Ya, antara musik dan travelling adalah sarana merefresh diri dengan bergembira yang klop.

Saat ini genre musik traveller pun hadir sebagai ekspresi musik yang segar dan kadang bernuansa etnikal, tumbuh menjamur di belahan dunia sebagai bagian dari etnomusikologi.

Selain itu, musik tak sesederhana yang dirasakan sebagai sarana menghibur diri, bila ditelaah lebih lanjut, musik mengandung unsur ilmu fisika dan matematika.

Dalam sejarah peradaban manusia, musik selalu mencari kebaruan dan menopang perkembangan evolusi berpikir manusia.

Sujiwo Tejo mengatakan, matematika tidak selalu tentang angka. Matematika adalah tentang mencari persamaan. Matematika adalah tentang berpikir logis. Dan matematika adalah tentang menemukan pola dari yang sebelumnya tidak berpola. Ini merupakan esensi dari matematika.

Menemukan pola tersebut selalu bersinggungan dengan apa yang disebut harmoni untuk mencari keseimbangan, keselarasan dari suatu bentuk. Di dalam musik, harmoni adalah tentang susunan nada yang membentuk suatu keselarasan bunyi. Namun demikian selaras tidak selalu bersifat teratur, dan seimbang tidak selalu berpola simetris.

Lebih dalam lagi bahwa musik berlindung pada esensi matematika yang merupakan kerangka utama dari wujud musik itu sendiri, sebelum di isi dengan ruh berupa ‘sense‘ musikalitas.

Terkadang kita terjebak pada dikotomi bahwa, musik adalah soal perasaan dan olah jiwa, sedangkan matematika olah logika. Musik sebagai hiburan, sedangkan matematika menjadi ilmu ukur. Musik soal bunyi-bunyian dan matematika soal angka-angka yang rumit, bertolak dengan musik sebagai bentuk kebebasan.

Perbandingan tersebut akhirnya menjustifikasi bahwa tidak ada korelasi antara musik dan matematika, terasa kontras dan berjarak. Padahal, musik adalah unsur menghitung, ritme, skala, interval, pola, simbol, notasi, angka, persamaan, dlsb. Dengan demikian musik dan matematika menjadi saling terhubung.

Beethoven menggunakan ilmu matematika untuk membuat lantunan nada yang indah. Musik adalah bahasa universal dalam menerjemahkan matematika, yakni matematika yang berbunyi.

Terkait

Terkini