Gunung Sewu dalam Literasi Bumi dan Budaya Mataraman (1)
Nusantarapedia.net — Gunung Sewu dalam Literasi Bumi dan Budaya Mataraman
senada ombak seirama
pantai selatan penuh pesona
beribu bukit dan lembah
mengalir sungai dan telaga
berjajar mulut goa
sambut sapa siapa saja
air keluar dari celah batuan
bagai lukisan alam keindahan
Ki Ageng Giring mendapat isyarat-Nya, kan pesan kelahiran raja tanah jawa, Wahyu Degan Gagak Emprit itu namanya. Siapa saja yang meminumnya kelak keturunannya menjadi raja.
Ki Ageng Pemanahan, meminum air kelapa muda, dinasti Mataram lahir di kemudian, sampai tujuh turunan berkuasa hingga keturunan Ki Ageng Giring menggantikannya.
Tinjauan Ilmu Geologi
Gugusan pegunungan seribu atau gunung sewu merupakan bentang alam kawasan karst atau batu kapur (gamping), berupa deretan bukit-bukit, lembah dan beberapa plateu.
Penamaan kata “sewu” didasarkan pada saking banyaknya jumlah bukit, hingga digambarkan dengan jumlah seribu. Menurut catatan, perbukitan di gugusan pegunungan seribu berjumlah lebih kurang empat puluh ribu bukit (40.000).
Berada di pulau jawa, terbentang di pesisir pantai selatan yang berhadapan langsung dengan samudra hindia. Dimulai dari perbukitan di kabupaten Bantul, Gunung Kidul, Wonogiri, Pacitan, Trenggalek hingga Tulung Agung.
Gunung sewu merupakan singkapan atau pengangkatan dasar laut yang terbalik, terjadi pada dua puluh juta tahun yang lalu, juga gabungan dari proses vulkanologis purba.
Karakteristik gunung sewu terbagi dalam dua permukaan, yaitu atas (eksokarst), dan bawah permukaan (endokarst). Permukaan atas terdiri dari susunan bukit dan lembah, sedangkan dibawahnya terdapati goa-goa, sungai, telaga maupun aliran sungai bawah tanah.
Terdapati lebih kurang 119 goa yang sudah teridentifikasi dari total 400-an goa yang tersebar dari ujung barat sampai timur perbukitan karst.
Terbentuknya perbukitan karena hasil singkapan dasar laut, maka banyak ditemukan fosil-fosil hewan laut (biota laut) dibeberapa titik lokasi, hingga pada periodesasi selanjutnya juga dimungkinkan telah dihuni oleh manusia purba dengan diketemukannya beberapa alat-alat dari batu, juga fosil dan tulang binatang dibeberapa goa dan lokasi (non geologi).
Mengingat betapa pentingnya kawasan karst gunung sewu sebagai bagian penting dalam proses pembentukan geologi di bumi, maka UNESCO menetapkan kawasan gunung sewu sebagai kawasan GEOPARK dunia pada tahun 2015.
Dunia internasional telah sepakat untuk membuat peta kawasan geopark global, dinamakan Global Geopark Network (GNN).
Geopark disebut sebagai Taman Bumi yang berhubungan dengan kegeologian. Keberadaan kawasan berstatus geopark diharapkan sebagai upaya untuk edukasi dan penelitian atas bagian dari penyingkapan sejarah terbentuknya bumi.
Hasil dari riset warisan geologi dimaksudkan untuk membuat peta prediksi dimasa yang akan datang mengenai ancaman bumi terhadap perubahan.
Bahaya geologi vulkanokogi, gempa bumi (tektonik), tsunami maupun dampak perubahan iklim merupakan langkah strategi membuat kebijakan untuk menjaga bumi (save earth) dari intervensi manusia maupun potensi perubahan alam, juga sebagai upaya pemanfaatan di dalamnya.
Dalam hal ini Indonesia masuk dalam daftar jaringan geopark dunia, salah satunya gunung sewu, selain geopark yang ada di daerah lain.
Sejarah terbentuknya bumi yang terekam dalam jenis batuan yang berhubungan dengan alam dan makhluk hidup di dalamnya beserta aspek budayanya disepakati menjadi kawasan Geosite.
Kawasan Geosite Gunung Sewu
Area geopark gunung sewu berada di tiga kabupaten, yaitu; Pacitan, Wonogiri dan Gunung Kidul. Pacitan menetapkan 13 kawasan geositnya, 7 lokasi berada di Wonogiri dan 13 di Gunung Kidul. Total luas kawasan geopark gunung sewu mencapai 1.802 km.
Di kabupaten Gunung Kidul terdapat banyak kluster atau formasi batuan, yang berada di permukaan maupun di bawah, yaitu; Goa Cerme, Goa Ngingrong, Goa Jlamprong, Luweng Jomblang, Luweng Kali Suci, Endapan Laut Miosen Awal Sambi Pitu, Kawasan Pantai Baron-Kukup-Krakal, Hutan Turunan Wanagama, Sungai Bengawan Solo Purba, Pantai Siung Wedi Ombo, Air Terjun Bleberan, dan Gunung Api Purba Nglanggeran, dan masih banyak lagi tempat yang belum di eksplorasi dan diteliti lebih lanjut.
Kecamatan Donorojo, Pringkuku, Punung, dan Pacitan, adalah kawasan geosite di kabupaten pacitan sebelah barat. Pantai Klayar, Teluk Pacitan, Srau, Watukarung dan Pantai Buyutan sebagai kawasan geosite pantai.
Karakter bawah permukaan (endokarst), Pacitan mempunyai banyak goa, yang paling terkenal di dunia adalah Goa Gong dan Goa Tabuhan, juga Luweng Ombo dan Luweng Njaran.
Untuk situs kebudayaan purba non geologi, Pacitan membuka kawasannya di Situs Song Terus, Ngrijangan, Guyang Warak dan Bak Soka.
Tidak diragukan lagi keindahan goa gong dan tabuhan, merupakan goa terindah di Asia Tenggara bahkan dunia dengan stalagtit dan stalagmitnya serta karakteristik unik di dalamnya.
Kabupaten Wonogiri di bagian tengah, telah membangun Museum Karst di desa Gebangharjo Pracimantoro, sebagai integrasi kawasan karst di tiga kabupaten. Wonogiri mempunyai 7 kawasan geosite, yaitu; Goa Sodong, Goa Song Gilap, Goa Putri Kencono, Goa Tembus, Lembah Sungai Bengawan Solo Purba Giritontro dan beberapa lokasi yang lain.
Kabupaten Klaten secara geografis dilalui jalur karst gunung sewu, daerah di kecamatan Bayat yang berbatasan dengan wilayah Gunung Kidul juga mempunyai warisan geologi, di antaranya terletak bukit Gunung Gajah, Perbukitan Jiwo, Gunung Butak dan lainnya.
Bayat Klaten juga didirikan kampus Geologi UGM dengan kerjasama dengan kementerian ESDM untuk melakukan riset di kawasan geopark Bayat. Hal ini didasarkan atas fakta bahwa singkapan geologi Bayat yang komplit mewakili beberapa masa periodesasi pembentukan lapisan bumi.
Tipikal goa di kawasan gunung sewu dengan posisi vertikal maupun mendatar, karakter vertikal ditemukan di Goa Jomblang, goa tipe ini oleh penduduk lokal dinamakan Luweng. Goa karst bercirikan stalaktit, stalagmit dan aliran sungai bawah tanah.
Stalagtit stalagmit terindah ada di Goa Gong Pacitan, sedangkan Goa cerme terdapati aliran sungai bawah tanah yang panjang.
Ilmu yang mempelajari tentang Goa dinamakan Speleologi, di dalamnya mempelajari mengenai teknis kegoaan yang meliputi struktur, fisik, biologis, sejarah dan aspek yang lain. Sedangkan aktivitas penjelajahan goa dinamakan Caving.
Material unsur pembentuk goa bermacam-macam, yang paling umum dalam karakteristik goa karst terdapati batuan stalagtit dan stalagmit.
Stalagtit adalah batuan yang berada menggantung di langit-langit goa, tumbuh dari atas ke bawah terbentuk dari kumpulan kalsit, air dan banyak mineral yang menetes, terakumulasi dari proses waktu dan akhirnya mengendap dan mengeras menjadi batuan.
Stalagmit terbentuk dari proses yang sama, namun berada di bawah atau dinding permukaan goa yang tumbuh keatas atau menyamping. Kebalikan dari Stalagtit.
Gabungan keduanya dinamakan Collum.
Mineral pembentuknya bermacam-macam, diantaranya yang dominan kalsium karbonat, opal, kalsedon, sulfida, limonit dan gabungan unsur mineral lainnya.
Aliran sungai bawah tanah yang banyak dijumpai di beberapa goa bukan berasal dari air tanah dalam. Sumber mata air berasal dari air yang mengalir melalui retakan batu. Banyak kajian dan pemodelan teknis mengenai aliran sungai bawah tanah maupun air tanah dalam analisis Hidrokemograf dalam ilmu hidrologi.
Hidrologi mempelajari pergerakan, distribusi, dan kualitas air di seluruh bumi, baik yang ada dipermukaan maupun didalam bumi, mempelajari siklus hidrologi dan sumber daya air.
Menarik memang, karena sudah banyak riset dilakukan di kawasan karst untuk mengambil manfaat air untuk masyarakat, karena kebutuhan air dikawasan karst tidak mudah didapatkan dari pengeboran sumur air tanah, maka pemanfaatan aliran sungai bawah tanah perlu dikembangkan, seperti yang dilakukan sejak pemerintahan Hindia Belanda di aliran sungai Goa Pindul.
Jelas sudah, dunia mengakui keberadaan kawasan karst gunung sewu, menyumbang ilmu pengetahuan bagi dunia. Tugas kita perlu men-strategikan potensi geopark gunung sewu untuk kemajuan bangsa.
Pemanfaatan untuk tujuan kepariwisataan secara lokal sudah dilakukan dengan melibatkan banyak kelembagaan dan masyarakat, tingkat keberhasilannya dirasa cukup memuaskan untuk skala lokal, namun belum sampai pada tahap industri pariwisata global.
Fungsi ekonomi di dalamnya cukup membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.
Gunungkidul lebih memuaskan, disusul Pacitan dan Wonogiri yang dilihat belum maksimal dari sisi integrasi menyeluruh.
Geopark gunung sewu yang menjadi bagian dari jaringan geopark dunia, perlu ditangkap sebagai peluang industri kepariwisataan dunia yang terintegrasi dengan sektor lain.
Kepariwisataan di dalamnya tidak hanya dengan menjual objek alam itu sendiri, namun pariwisata berbasis teknologi dan bisnis sudah harus diaplikasikan.
Pemerintah dengan kebijakannya, memberi kesempatan perguruan tinggi dan banyak teknokrat untuk urusan riset dan teknis, serta solusi permodalan guna pembiayaan. Ketiganya disinkronisasi untuk mengeksplorasi akan kemanfaatan kawasan gunung sewu ini.
Di luar bidang kepariwisataan dan sektor pariwisata itu sendiri, tentunya pemanfaatan energi dan sumber daya mineral.
Projek dan aplikasi teknologi benar-benar menjadikan dan menghadirkan aneka industri berbasis kebudayaan di kawasan karst. Negara mendapatkan akan kemanfaatan potensi ekonomi dengan aplikasi ilmu dan teknologi, begitu juga masyarakat tentunya.
Dengan demikian, mengingat kompleksitas potensi di dalamnya, bahwa pencanangan kawasan Geo-Park Gunung Sewu bertujuan untuk menggali hubungan antara Geologi dan Kebudayaan.
Bersambung bagian 2 …
Gunung Sewu dalam Literasi Bumi dan Budaya Mataraman (2)
Museum, Mengembalikan Jati Diri Melalui Sejarah