Hasil Panen Food Estate Sungguh Diharap Dapat Menekan Harga Beras yang Terus Naik dengan Liar
Nusantarapedia.net | OPINI, PERTANIAN — Hasil Panen Food Estate Sungguh Diharap Dapat Menekan Harga Beras yang Terus Naik dengan Liar
Oleh : Jacob Ereste
– dapat segera dibayangkan jika Food Estate dapat berhasil panen raya, maka dari 30 ribu hektar itu saja, hasil minimal berdasarkan pengalaman petani tradisional di daerah Lampung, dapatlah kalkulasi hasilnya minimal 30.000 x 90.000 x 6 kg x Rp8.000 per kg, maka total hasilnya sungguh fantastis, dan pasti dapat menekan harga beras yang terus bergerak liar naik ke ubun-ubun rakyat kebanyakan –
PEMBUKAAN kebun singkong dalam sebutannya yang lebih mentereng adalah Food Estate di Kecamatan Sepang, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, kata Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono saat melakukan peninjauan pembukaan lahan kebun singkong itu untuk mendukung program cadangan pangan strategis nasional, seperti laporan resmi Kemhan, Selasa, 24 November 2020.
Niat baik pemerintah melaksanakan program Food Estate sungguh mulia untuk menjaga ketahanan pangan Indonesia dalam jangka panjang. Awalnya secara bertahap rencananya 1,2 juta hektar akan dibangun hingga tahun 2025. Ketika itu rincian awal dari program Food Estate akan dilakukan di wilayah Kalimantan Barat seluas 120.000 hektar. Di Kalimantan Tengah 180.000 hektar. Di Kalimantan Timur 10.000 hektar dan di Maluku 190.000 hektar.
Pembangunan Food Estate ini juga dimaksudkan sebagai program untuk membangun kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar, di mana kebun itu dibangun. Karena yang akan dibangun bukan hanya kebun singkong itu saja, tapi juga turunan sampai industrinya.
Menteri Pertahanan Letnan Jendral TNI (Purn) Prabowo Subianto telah memaparkan road map Kemenhan dalam upaya pengembangan Food Estate kepada Presiden Joko Widodo dalam keterangan pers konferens usai rapat terbatas yang berlangsung secara virtual, Rabu, 23 September 2020 yang lalu.
Lokasi Food Estate itu yang sudah ditentukan di Kalimantan Tengah, juga sudah disetujui Gubernur setempat dalam bentuk dukungan memberi lahan dan siap mem-back up pekerjaannya di lapangan, tandas Menhan.
Pembangunan kebun singkong ini sudah dimulai pada tahun 2021 dengan luas lahan pertama 30 ribu hektar dan selanjutnya diharap pada tahun 2025 dapat mencapai 1,4 juta hektar. Sebab Indonesia sebagai konsumen mie terbesar ke dua di dunia, perlu jaminan agar tidak tergantung pada pasokan dari negeri orang.
Presiden Joko Widodo sendiri sudah melihat lahan yang akan dijadikan Food Estate di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, pada 9 Juli 2020. Maksud pemerintah menyiapkan lumbung pangan ini untuk mengantisipasi krisis pangan yang diperkirakan akan melanda dunia.
Upaya Menhan Prabowo Subianto, (Kompas.com, 28 September 2020) mengerahkan prajurit TNI untuk melakukan penanaman singkong secara besar-besaran dalam proyek Food Estate atau lumbung pangan yang direncanakan ada di sejumlah provinsi di Indonesia, sungguh sangat mulia. Karena targetnya memang 1,4 juta hektar hingga tahun 2025 harus dicapai. (Antara, Senin, 28 September 2020). Meskipun sejatinya, ketahanan pangan merupakan tanggung jawab Menteri Pertanian.
Prabowo Subianto mengaku mendapat tugas dari Presiden Joko Widodo untuk memberi dukungan bagi pelaksanasn Food Estate. Sehingga dalam pembagian tugasnya Menhan akan menangani pembangunan cadangan pangan singkong. Karena singkong dapat menghasilkan tepung tapioka yang bisa menjadi bahan utama kebutuhan pangan.
Ketika itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo telah menegaskan program penanaman singkong oleh Kemenhan tidak termasuk yang akan digarap oleh Kementerian Pertanian. Untuk lumbung pangan di Kalimantan Tengah telah disiapkan lahan seluas 30 ribu hektar itu akan dibagi untuk Kementan dan Kemenhan.
Menurut Syahrul Yasin Limpo, penanaman singkong oleh Kemenhan sebagai cadangan pangan strategis tidak termasuk tugas pokok. Dia juga menuturkan potensi lahan yang dapat dikembangkan menjadi lahan pertanian di Kalimantan Tengah ada sekitar 164.598 hektar berdasarkan data dari Kementerian PUPR.
Pelaksanaan proyek lumbung pangan ini sesungguhnya tersebar di sejumlah wilayah. Diantaranya Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, Nusa Tenggara Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Barat hingga Jawa Timur serta Papua. Untuk pelaksanaan bagi masing-masing wilayah lumbung pangan ini akan mengembangkan komoditas yang berbeda. Lumbung pangan di Sumba Tengah misalnya akan mengembangkan komoditas padi dan jagung.
Diinformasikan juga oleh Syahrul Yasin Limpo bahwa Kemenhan berencana melakukan penanaman singkong sebagai upaya menambah cadangan pangan strategis di lahan seluas 60 ribu hektar pada tahun ini juga. Lokasinya terletak di Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.
Menurut Kementan Syahrul Yasin Limpo, dari 164.598 hektar lahan yang dicanangkan untuk proyek Foid Estate, sekitar 142 ribu hektar yang bisa ditanami. Dari angka tersebut lebih mengerucut menjadi 82 ribu hektar. Belakangan muncul kritik terhadap program Food Estate yang sangat diharap bisa mengatasi masalah kenaikan harga beras yang liar di pasar. Kritik pada proyek Food Estate ini diungkapkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto sebagai proyek kejahatan lingkungan. Catatan terhadap Food Estate ini diungkapkannya di Bogor, Jawa Barat, Selasa, 15 Agustus 2023, seperti yang juga dilaporkan oleh Kompas.com.
Pernyataan itu terkait dengan pendapat soal dugaan aliran dana kejahatan lingkungan Rp1 triliun yang masuk ke partai politik tertentu untuk biaya Pemilu 2024.
Padahal, program Food Estate merupakan kebijakan pemerintah yang bagus karena memiliki konsep pengembangan pangan secara terintegrasi. Sehingga kebijakan yang digagas Presiden Joko Widodo ini pantas dan patut menjadi kebijakan yang masuk dalam Program Strategis Nasional untuk tahun 2020 – 2024.
Jadi dapat segera dibayangkan jika Food Estate dapat berhasil panen raya, maka dari 30 ribu hektar itu saja, hasil minimal berdasarkan pengalaman petani tradisional di daerah Lampung, dapatlah kalkulasi hasilnya minimal 30.000 x 90.000 x 6 kg x Rp8.000 per kg, maka total hasilnya sungguh fantastis, dan pasti dapat menekan harga beras yang terus bergerak liar naik ke ubun-ubun rakyat kebanyakan. (*)
Banten, 20 November 2023
Jacob Ereste | pemerhati sosial politik dan penulis, tinggal di Tangerang
Kaum Wanita Indonesia dalam Kalkulasi Angka & Pemilu 2024
Bolehkah Perusahaan PHK Pekerja Alasan Kesalahan Berat
Ki Jlitheng Suparman, Profil dan Antologi (1)
Kurikulum Merdeka, Penggegasan Liberalisasi Menuju Generasi “Ambyar”