Heroisme dari Sosok Laksamana Keumalahayati Hingga Marsinah Yang Patut Direnungkan 

18 Desember 2024, 15:37 WIB

Nusantarapedia.net | SEJARAH – Heroisme dari Sosok Laksamana Keumalahayati Hingga Marsinah yang Perlu dan Patut Direnungkan Setiap Hari Ibu.

Oleh: Jacob Ereste

“Fenomena itulah yang diperjuangkan oleh Marsinah setelah Indonesia merdeka bersama aktivis serta tokoh kaum buruh hingga tewas dengan sangat tragis pada peristiwa kekejaman yang dilakukan aparat di penghujung masa kekuasaan Orde Baru sebagai pekerja di PT. Catur Putra Surya (CPS)

SOSOK kepahlawanan Marsinah — seorang buruh wanita Indonesia dari Sidoarjo Jawa Timur — patut dikenang dan direnungkan dalam rangka perayaan hari ibu pada 22 Desember 2024, setelah Indonesia merdeka yang menghadapi masalah dengan bangsanya sendiri. Jadi sosok pejuang kaum wanita Indonesia yang gigih dan perkasa, tidak saja telah ditandai oleh Laksamana Laut Keumalahayati, keluarga dari Kesultanan Aceh, Sultan Salahuddin Syah, hingga mampu memimpin Inong Balee (janda pejuang) lebih dari 2.000 orang yang penuh nyali siap mati pada kisaran 1. Januari 1550 hingga meninggal pada 30 Juni 1615, saat berperang melindungi Teluk Krueng, Aceh dari serangan bangsa Portugis.

Selain Laksamana Keumalahayati jauh sebelum Indonesia merdeka, cukup banyak tokoh wanita Indonesia yang hebat dan tangguh, seperti Nyi. Ageng Serang, Tjut Nya Dhien, Tjut Meutia, Ida. Dewa Agung Jambe, Ratu Kalinyamat, Martha Christina Tiahatu, Andi Depu Maraddia Balanipa, hingga Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Rasuna Said, Siti Latifah Herawati Diah, Nyi Mas Melati serta tokoh wanita perkasa Indonesia lainya.

Peringatan Hari Ibu di Indonesia pada setiap tanggal 22 Desember ditetapkan atas dasar pelaksanaan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Gedung Dalem Raden Temenggung Joyodipuro, Ngayogyakarta Hadiningrat. Dari kongres inilah terbukanya kesadaran kolektif tentang pentingnya peran perempuan dalam pembangunan bangsa dan negara serta memperjuangkan hak-hak kaum perempuan Indonesia yang berdatangan dari seluruh pelosok Indonesia. Sehingga cermin dari keinginan bersatu jelas telah ikut mendorong terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk merdeka dan memberantas kemiskinan dan kebodohan untuk memakmurkan kehidupan rakyat yang sejahtera dan berkeadilan.

Begitulah gistorinya peringatan Hari Ibu terhadap peran dan perjuangan kaum perempuan dalam kemerdekaan serta keikutsertaan membangun bangsa Indonesia dari segala bentuk penjajahan, kemiskinan dan kebodohan yang sesungguhnya tidak hanya dialami oleh perempuan Indonesia, tetapi juga dirasakan oleh seluruh warga bangsa Indonesia secara keseluruhan tanpa kecuali.

Fenomena itulah yang diperjuangkan oleh Marsinah setelah Indonesia merdeka bersama aktivis serta tokoh kaum buruh hingga tewas dengan sangat tragis pada peristiwa kekejaman yang dilakukan aparat di penghujung masa kekuasaan Orde Baru sebagai pekerja di PT. Catur Putra Surya (CPS). Sejak peristiwa itu, Marsinah tidak lagi bisa dipantau keberadaannya pada 6 Mei 1993 setelah menyatroni Kodim Sidoarjo di Jawa Timur.

Terkait

Terkini