IBU, Cahaya Penerang Kosmik

- Integritas moral anak manusia yang tinggi secara fitrah menjadi harapan para ibu sehingga anak akan memiliki kesalihan teologis dan kesalihan sosial. Ini adalah harapan seorang ibu yang juga menjadi harapan ibu pertiwi -

22 Desember 2022, 09:22 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Kemanusiaan — IBU, Cahaya Penerang Kosmik (Refleksi Hari Ibu Tanggal 22 Desember)

Oleh : Prof. Dr. KHR. Syamsul Bakri Wironagoro, M.Ag.

SETELAH Tuhan dan Nabi, tidak ada kata yang lebih indah untuk disebut oleh mulut-mulut anak manusia melebihi sebutan Ibu. Ibu menempati posisi mulia dalam tatanan kosmologi. Seluruh dimensi sakralitas samawi yang ada dalam diri manusia akan menjadi rapuh tanpa kesadaran atas Sang Ibu. Pemujaan terhadap Tuhan dan mengikuti jalan Nabi menjadi sia-sia tanpa dibarengi dengan penghormatan yang tulus kepada Sang Ibu.

Manusia yang kehilangan ibu dari kesadaran psikologisnya, maka sesungguhnya mentalitas yang demikian artinya dia telah kehilangan jiwa sejatinya. Bagi anak manusia, sang Ibu adalah segalanya. Ibu adalah sumber cinta, sumber inspirasi dan sumber kesejukan serta pendingin alami pada musim kehidupan dalam atmosfir sosial-politik yang panas. Ibu adalah penjaga sejati dalam kegelapan malam, penghibur sejati dalam kesedihan, teman sejati dalam kesendirian dan harta sejati bagi kemiskinan yang merundung anak manusia. Betapa dungu dan bebal bagi anak-anak manusia yang tidak mengenal ibu-ibu mereka.

Hari Ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember, merupakan momentum yang dapat membuka kesadaran seluruh anak manusia untuk mau kontemplasi sejenak dan memusatkan pikiran pada titik sentrum tentang peran, jasa dan perjuangan kaum Ibu. Terinspirasi dari para ibu lah, anak-anak manusia dapat mengetahui apa artinya hidup dan apa artinya menjadi manusia. Perenungan tentang Ibu adalah perenungan sakral dalam tradisi agama dan keyakinan manapun. Tuhan pun, dalam berbagai tradisi agama-agama, memerintahkan manusia untuk tunduk kepada ibu.

Kemuliaan kaum ibu terletak pada peran dan tanggung jawabnya dalam menciptakan generasi berkualitas (bibit unggul) dan dalam menghantarkan anak-anak manusia menuju planet kehidupan yang sarat dengan peradaban luhur. Pada perspektif ini, kaum ibu bertanggung jawab atas moralitas anak manusia di masa depan. Sebagai penentu utama dan arsitek kehidupan bagi anak-anak manusia, kaum ibu pantas untuk ditempatkan pada posisi yang sakral. Tidak mengherankan jika, Nabi Muhammad mengatakan bahwa surga berada di bawah telapak kaki Ibu. Penghormatan kepada Ibu juga menjadi ajaran dasar 10 perintah Allah yang dibawa Musa. Bibel pun juga menekankan penghormatan kepada Ibu sebagai pilar moral anak manusia. Begitu juga etika Hindu, Budha dan Konghucu juga berada di atas fondasi kepatuhan kepada orang tua, terutama ibu.

Di dalam tradisi filsafat antropologi metafisika Islam, kemuliaan kaum ibu tercermin dalam tekanan yang diberikan pada pemenuhan hak-hak pertalian rahim. Secara linguistik, kata rahim (yang dimiliki ibu), memiliki akar yang sama dengan kata rahmah (kasih sayang). Baik rahim dan rahmat sudah menjadi sifat alamiah seorang ibu. Artinya, seorang ibu akan selalu menampakkan sifat-sifat kodratinya berupa kasih sayang, kelembutan dan kesejukan terhadap buah hati yang keluar dari rahimnya. Begitu mulianya seorang ibu sehingga Nabi Muhammad pun mengatakan bahwa jika bersujud kepada manusia diperbolehkan maka Dia akan memerintahkan anak-anak manusia untuk bersujud kepada para ibu mereka. Di dunia ini, tidak ada suatau ajaran agama manapun yang tidak memberikan penekanan pada penghormatan kepada seorang ibu. Bahkan saudara-saudara Hindu India selalu membungkuk dan memegang kaki para ibu mereka sebagai salam pertalian darah yang mulia. Tradisi sungkeman di Jawa dimana anak manusia harus duduk di atas tanah untuk mencium tangan dan tubuh ibu yang duduk di kursi kemuliaan juga menjadi pertanda alam atas kemuliaan kaum ibu.

Adalah wajar jika seluruh agama dan moralitas yang ada dalam seluruh tradisi masyarakat manusia memberikan tekanan keharusan untuk menghormati para ibu. Hal ini sebagai balasan atas kebaikan dan kemuliaan ibu. Hanya ibu lah yang mau mengandung janin manusia, dimana tidak ada orang lain yang sanggup melakukan hal ini. Kasih sayang seorang ibu begitu luar biasa karena ibu lah yang mau memberikan seluruh kesenangannya untuk buah hatinya, sesuatu yang tidak akan diberikan kepada orang lain. Adakah penduduk bumi yang rela lapar demi anaknya bisa makan, minum dan bersenang-senang? Adakah makhluk alam yang mau dibakar oleh panas terik matahari demi anaknya bisa berteduh di pelukannya? Siapa yang mau terjaga dalam kegelapan malam yang mencekam demi rasa nyenyak dan nyaman bagi tidur anaknya?. Dialah sang ibu yang rela merasakan sakitnya melahirkan demi membuka jalan bagi kelahiran bayinya.

Terkait

Terkini