Ibu-Ibu dan Mahasiswa (Hari Kartini)

Antara Ibu dan Mahasiswa di 11 April dan 21 April adalah sama. Sama-sama jantung pertahanan untuk menyuarakan keadilan.

21 April 2022, 23:33 WIB

Nusantarapedia.net — Ibu-Ibu dan Mahasiswa (Hari Kartini)

“Peran ibu hingga menjadi perempuan sangatlah berat. Tugas ibu sama beratnya dengan tugas para pejabat, politisi, maupun akademisi. Sama! terlebih erat dengan peran para akademisi (mahasiswa) sebagai kawah candradimuka penghasil calon-calon pemikir bangsa.”

Antara Ibu dan Mahasiswa, keduanya seperti tidak ada hirearkinya, seperti hubungan ibu dan anak, mahasiswa dengan kampus, atau sekolahan dengan siswa.

Ibu adalah sosok ibu, wanita adalah ciri kewanitaan, perempuan adalah peran yang strategis dan terhormat.

Wanita dan perempuan adalah simbol pergerakan dan status. Lebih pada tujuan politik dan ideologis. Sedangkan ibu, ya ibu, tetaplah menjadi ibu sampai kapan pun. Secara kodrat akan terus melahirkan anak.

Raden Ajeng Kartini adalah seorang ibu, perannya pada perjuangan emansipasi wanita akan nilai kesetaraan, telah menghantarkan pada kiprah perempuan mendobrak nilai-nilai gender yang membelenggu, menempatkan pada obyek pemuasan dan patriarki yang gelap menuju pendar cahaya yang semakin terang.

Peringatan Hari Kartini kekinian, apakah masih terus berbicara soal emansipasi. Emansipasi yang mana lagi? ketika kesetaraan itu sudah didapatkan.

Pada akhirnya, secara kontekstual kekinian, bukan lagi urusan kesetaraan, namun persoalan keadilan. Kembali pada inti kodrat seorang ibu untuk mengasuh anak, ihwal mengurus rumah tangga.

Bila jantung rumah tangga adalah ibu-ibu, maka sudah sepantasnya ibu-ibu membeli baju baru karena sudah berhari-hari berjibaku mendapatkan uang untuk membeli minyak goreng yang mengakibatkan kelusuhan baju yang di pakai.

Double burden seorang ibu dan tanggung jawab dapur mengepul adalah yang utama. Maka, biarkanlah ibu-ibu menghias dirinya secantik mungkin walau hanya sejenak, meski itu kadang memaksa sekalipun.

Sederhana, ketika pangan dan sandang adalah kebutuhan pokok, bukan kemewahan. Ya! sandang pangan adalah kebutuhan dasar! Dan, momentum lebaran ini adalah yang paling pas untuk membeli baju baru dengan cash, setelah setahun harus berjibaku dengan kredit baju keliling.

Untukmu ibu, penanggung dapur mengepul, mari ijinkan untuk bersolek sejenak dengan memakai baju baru.

Peran ibu hingga menjadi perempuan sangatlah berat. Tugas ibu sama beratnya dengan tugas para pejabat, politisi, maupun akademisi. Sama! terlebih erat dengan peran para akademisi (mahasiswa) sebagai kawah candradimuka penghasil calon-calon pemikir bangsa.

Ibu yang selalu pertama kali merasakan ketidakadilan menuju jantung dapur akan tanggung jawab urusan pangan yang mendasar. Dan, akademisi secara konsepsional adalah penstabil irama keadilan.

Antara Ibu dan Mahasiswa di 11 April dan 21 April adalah sama. Sama-sama jantung pertahanan untuk menyuarakan keadilan.

Sosial teks saat ini, bila sudah merasa berkeadilan dan enjoy pada situasi, kondisi dan keadaan dengan apa yang dirasakan dan dijalani, berucaplah syukur atas takdir menjadi golongan yang berada, atau atas jerih payah dari pergerakan yang teramat kompetitif.

Saya, di sini masih harus berjuang bersama ibu dan ibu-ibu yang lain, juga siapa saja yang merasa senasib dan sepenanggungan atas orkestrasi bangsa saat ini.

Syukur, ini hanya terjadi pada diri ini saja, tidak pada 270 juta rakyat yang lain.

Hanya saya!

Selamat Hari Kartini

Dua Pisang, Uang, dan Topeng
Perempuan, Sosok Penanggung Hutang
11 April Potret Sosial Teks Indonesia (1)
Memahami Kemiskinan Bersama Hamsad Rangkuti
4 Tuntutan Mahasiswa Dalam Demonstrasi 11 April, Serta 6 dan 12 Tuntutan Lain
Jokowi: Bangun 1.900 Km Tol, Mulyani: Sampai 2014 Hanya 780 Km

Terkait

Terkini