Indahnya Berbagi
"Iya, Pah, Kinara senang bisa berbagi dengan anak-anak Yayasan itu. Terima kasih untuk acara hari ini." kata Kinara, matanya berkaca-kaca.
Nusantarapedia.net, Jurnal | Sastra, Cerpen — Indahnya Berbagi
“Kinara mengangguk pasti, sudut bibirnya merekahkan senyum. Sebuah doa dan harapan dia pintakan pada Sang Pencipta, semoga esok harinya kian indah. Aamiin.”
Hari ini adalah hari ulang tahun yang istimewa bagi Kinara. Berbeda dengan tahun lalu, mama dan papanya memberikan surprise party yang cukup mewah. Ulang tahunnya digelar di sebuah gedung megah di Kota Semarang. Berapapun uang yang dikeluarkan tak menjadi masalah. Semua demi putri tercinta.
Maklumlah, siapa sih yang tak kenal dengan orang tua Kinara. Mereka adalah Bapak Herdianto Adnan dan Ibu Meliana Adnan. Hampir seantero negeri mengenal mereka, karena bisnis mereka yang telah menggurita. Semua sektor bisnis sudah mereka kuasai. Mulai dari kuliner, transportasi, make up, properti dan tak ketinggalan youtube channel yang baru dirintis setahun terakhir. Namun, dibalik kemewahan yang mereka miliki, tak membuat mereka menjadi pongah dan sombong.
Mereka tak lupa menyisihkan sebagian penghasilannya, untuk beberapa Panti Asuhan yang selalu menjadi ladang amal bagi mereka, dengan menjadi donatur tetapnya. Orang-orang pun mengenal mereka dengan sebutan pengusaha sukses yang dermawan.
Untuk tahun ini karena sedang ada pandemi Corona, tak ada pesta mewah. Mama dan Papa Kinara merayakan secara sederhana di sebuah Yayasan khusus yang di dalamnya dihuni anak-anak difabel dengan segala keistimewaannya masing-masing.
Mereka menggelar acara dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan. Hanya beberapa anggota keluarga Kinara dan para penghuni panti yang jumlahnya sekitar lima puluh orang. Mereka semua menggenakan masker, dan tak lupa disediakan hand sanitizer. Di pintu masuk Yayasan pun di pasang kran plus sabun untuk cuci tangan.
Sebuah kue ulang tahun berukuran jumbo dengan gambar frozen tokoh favorit Kinara, menghiasi meja. Balon dan juga kertas crep warna warni dipasang mengelilingi ruangan, sehingga membuat ruangan yang biasanya sebagai aula itu tampak meriah.
Di sisi lain, sebuah meja besar digunakan untuk tempat buah tangan yang akan diserahkan untuk anak-anak. Berupa alat tulis yang sesuai untuk kebutuhan tiap anak, dan masing-masing di masukkan dalam tas berwarna pink dan biru. Berbeda warna untuk anak laki-laki dan perempuan. Semua dipersiapkan sedetail mungkin, setelah konfirmasi dulu sebelumnya dengan pihak Yayasan. Semua itu dilakukan agar tidak ada yang terlewat.
Anak-anak penghuni yayasan pun terlihat sangat menikmati acara itu. Meski ada sebagian dari mereka yang tak bisa melihat meriahnya acara, untuk mereka yang tuna netra. Ada yang tak bisa ikut bernyanyi, untuk mereka yang tuna wicara. Namun, mereka tetap bisa ikut merasakan kebahagiaan dalam hati. Terlihat dari ekspresi wajah mereka yang tampak ceria.
Seorang Ustadz mengisi ceramah dan membacakan sebuah doa khusus untuk Kinara, dan juga untuk semua yang hadir.
“Adik-adik sekalian, jangan pernah putus asa dan tetap semangat, ya, karena Allah tidak akan pernah memberikan cobaan diluar batas kemampuan hamba-Nya. Dan yakinlah bahwa dibalik sebuah musibah yang Allah berikan, pasti terselip hikmah yang bisa kita petik.
Doa terbaik untuk adik Kinara, Semoga dengan bertambahnya umur, bertambah pula keberkahannya. Bisa tumbuh menjadi anak yang kuat, sholihah dan berbakti pada kedua orang tuanya. Semoga semua yang hadir selalu diberi kesehatan oleh Allah. Jangan lupa untuk tetap menjalankan protokol kesehatan, sebagai bentuk ikhtiar kita di masa pandemi ini.”
Ceramah dari pak Ustadz tersebut sebagai motivasi untuk anak-anak, tak terkecuali untuk Kinara sendiri. Dia tampak tergugu, berkali-kali dia mengusap air mata yang mengalir. Mengingat akan sifatnya selama ini yang sedikit angkuh dan sombong, pada teman-temanya yang kurang mampu. Dia selalu menunjukkan segala kemewahan yang dia dapat dari Mama dan Papanya. Padahal kedua orang tuanya tak pernah mengajarkan kedua sifat itu.
Bukan tanpa alasan Mama dan Papa Kinara, menggelar acara di Yayasan khusus anak-anak difabel itu. Mereka ingin membuka mata, hati, dan pikiran Kinara, bahwa dia tidak sendiri. Ada banyak anak-anak seperti dirinya, bahkan nasibnya lebih buruk darinya.
Acara itu berlangsung penuh khidmat, dan tertutup. Dalam artian tidak diliput oleh media mana pun. Itu memang menjadi prinsip yang dipegang teguh oleh Bapak Herdianto, untuk menjaga agar keihklasan yang dia tanamkan dalam hati, tidak dikotori dengan sifat riya’ (pamer).
Setelah acara selesai, mereka berpamitan dan tak lupa meninggalkan sejumlah uang untuk Yayasan. Kinara pun merasa senang bisa berbagi untuk anak-anak kurang beruntung itu, tepat dihari ulang tahunnya.
Flashback
Setahun yang lalu. Sebuah kecelakaan tragis menimpa Kinara, saat perjalanan ke Sekolah dengan sopir pribadi yang sudah sepuluh tahun bekerja untuk keluarganya. Tak ada yang menyangka, hari itu menjadi hari terakhir untuk pak sopir yang selalu menemani kemana pun Kinara pergi. Beruntung Allah masih memberinya umur yang panjang, meski harus ditebus dengan peristiwa paling buruk dalam hidup Kinara. Di usianya yang genap sepuluh tahun harus kehilangan kedua kakinya akibat kecelakaan itu. Kejadian itu membuat trauma berkepanjangan, karena setelah kejadian itu, dia tak bisa lagi berlari kesana kemari, dan hanya beraktivitas di atas kursi roda.
Mobil Alphard warna putih sampai di depan sebuah rumah megah dengan pagar besi setinggi dua meteran. Seorang satpam terlihat berlari membukakan pagar besi dan mengangguk sebagai ungkapan selamat datang untuk tuannya. Setelah mobil masuk, segera ditutup kembali pagar besi itu.
“Bagaimana Kinara, kamu senang hari ini?” tanya papanya, saat mobil sudah memasuki garasi, yang terhubung langsung dengan pintu samping ruang tamu yang sangat luas.
“Iya, Pah, Kinara senang bisa berbagi dengan anak-anak Yayasan itu. Terima kasih untuk acara hari ini.” kata Kinara, matanya berkaca-kaca.
“Pelajaran apa yang bisa kamu petik hari ini, sayang?” Kali ini Mama yang bertanya, sambil menangkupkan kedua tangannya di pipi Kinara dengan penuh rasa sayang. Ditatapnya manik mata putri semata wayangnya itu. Kini ada semangat muncul dalam diri Kinara. Wajah sendu yang selalu menghiasi hari-harinya hampir setahun ini, kini memudar.
Mata Kinara mengerjap, butiran bening pun jatuh. Diusapnya perlahan air mata itu. Mulai hari ini, tidak boleh ada airmata yang tumpah sia-sia, itu yang dia tekadkan dalam hati.
“Hari ini Kinara dapat pelajaran berharga, Mah. Kinara harus selalu bersyukur atas apa yang sudah Allah berikan. Pasti Allah memberi hikmah di balik musibah yang ditimpakan pada hamba-Nya.”
“Bagus, sayang. Mama bangga padamu, Nak. Sekarang kamu sudah bukan anak kecil lagi, seiring pertambahan usiamu hari ini.
Sekali lagi, Mama ucapkan selamat ulang tahun ya, pesan Mama, bukalah lembaran baru mulai sekarang, dengan menerima kehidupan barumu yang kini tak lagi sempurna. Namun, buatlah hidupmu sempurna dengan rasa syukur yang selalu terucap. Ingat! Ada banyak anak-anak lain di luar sana, yang sama sepertimu, bahkan lebih memilukan kisahnya.”
Kinara mengangguk pasti, sudut bibirnya merekahkan senyum. Sebuah doa dan harapan dia pintakan pada Sang Pencipta, semoga esok harinya kian indah. Aamiin.
Magelang, 23 Juli 2021
Resep Tumis Genjer
Desa Pancuranmas Dicanangkan Sebagai Kampung Bola dan Kampung Pancasila
Betty dan Cokky
Kesalahan Terindah
Jalan ke Surga
Penjual Klepon
Wamsu, Pedagang Lukisan Kaligrafi Keliling
Yang ber-Otak Tak Bakal Mengekor
Kota Nusantara, Ibu Kota Baru Indonesia (2)
From Hobby to Money, Bisnis Ikan Hias Modal Kecil Untung Besar
Kalau Boleh Memilih
Kemunculan Kaum Halu, Antara Gangguan Jiwa dan Cari Sensasi