Indonesia Surplus Listrik 6 GW, Untuk Apa? Bagaimana Kelanjutannya!
Nusantarapedia.net, Jakarta — Beberapa waktu yang lalu, pemerintah melalui PLN berencana mengkonversi kompor berenergi gas ke kompor listrik induksi. Program itu dilakukan karena PLN surplus energi listrik. Namun akhirnya batal, karena masih banyak yang perlu disiapkan dalam program konversi tersebut, juga polemik di tengah masyarakat.
Sebelumnya, pemerintah memastikan ihwal program konversi kompor gas LPG 3 kg ke kompor listrik induksi belum diberlakukan tahun ini (2022), namun telah di uji coba di Solo dan Bali.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo akhirnya memutuskan program tersebut batal. “PLN memutuskan program pengalihan ke kompor listrik dibatalkan,” kata Darmawan dalam keterangannya, Selasa (27/9/2022) yang lalu.
Rida Mulyana, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, pada Kamis (22/9/2022) yang lalu mengatakan, proyeksi PLN hingga akhir tahun akan ada kelebihan pasokan daya listrik atau surplus listrik sebesar 6 gigawatt (GW) hingga 7 MW. Kelebihan pasokan terjadi di hampir seluruh Indonesia, terutama di Pulau Jawa.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, surplus pasokan daya listrik terjadi karena;
1) Hingga April 2021, penyelesaian pembangunan pembangkit listrik telah mencapai 10.069 MW, meningkat 107 MW dibandingkan dengan akhir 2022 sebesar 9.931 MW.
2) Tercatat sebanyak 418 unit PLTU sudah melakukan kontrak perjanjian jual beli listrik (PPA).
3) Sebanyak 218 unit PLTU dengan kapasitas 10.069 MW, setara dengan 28 persen telah beroperasi. Dengan perincian;
• Sebanyak 91 unit berkapasitas 17.964 MW atau setara dengan 50 persen sudah berproses dalam kontrak dan konstruksinya.
• Sebanyak 43 unit dengan kapasitas 6.228 MW, setara dengan 18 persen sudah berproses dalam kontrak dan konstruksinya.
• Sebanyak 54 unit dengan kapasitas 1.563 MW atau 4,4 persen, belum berkontrak.
4) Tahap Perencanaan dan Pengadaan
• Sebanyak 29 unit PLTU berkapasitas 724 MW, tahap perencanaan.
• Sebanyak 25 unit berkapasitas 839 MW, tahap pengadaan.
5) Jumlah PLTU yang beroperasi dalam program 35 GW hingga kuartal II/2022 mencapai 39 persen.
Data di atas setidaknya alasan PLN program konversi kompor dilakukan, karena PLN surplus daya listrik dalam proyeksi hingga akhir tahun 2022. Tentu di tahun 2023 semestinya juga masih surplus.
Lantas, bila PLN benar-benar kelebihan daya listrik, lantas akan di kemanakan surplus daya tersebut, untuk apa kelebihan daya tersebut. Apakah kemudian menjadikan tarif listrik subsidi dan non subsidi turun harga, atau bagaimana? Dan sejauh mana perkembangannya transisi energi ke dalam kategori Energi Baru Terbarukan (EBT).