Indonesia Terima Tongkat Estafet AIPA 2023, Puan Maharani Terima Mandat Presidensi

Nusantarapedia.net, Jakarta — Sidang Umum ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) ke-43, berlangsung di Kamboja. Dalam kesempatan tersebut, Ketua DPR RI Puan Maharani bertemu dengan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen selaku tuan rumah.
Kehadiran Puan dalam forum Parlemen ASEAN untuk menerima keketuaan (Presidensi) AIPA dari Parlemen Kamboja Presidensi 2022 kepada DPR RI yang pada tahun 2023 menjadi tuan rumah Sidang Umum AIPA ke-44.
“Yang Mulia, Indonesia akan melanjutkan tongkat estafet Presidensi AIPA seiring beralihnya Keketuaan ASEAN ke Indonesia pada tahun 2023. Saya mengucapkan terima kasih atas keketuaan Kamboja di ASEAN dan AIPA 2022 yang telah memperkuat komitmen kerja sama di kawasan,” kata Puan dalam keterangan persnya, Kamis (24/11/2022), dilansir dari parlementaria dpr.
Dalam forum tersebut, Puan berharap Kamboja mendukung sepenuhnya keketuaan Indonesia di ASEAN dan AIPA pada tahun 2023 mendatang.
Lanjut Puan, agenda kekuataan Indonesia pada tahun 2023 yakni ‘ASEAN Matters: Epicentrum of Growth’ di mana agenda tersebut akan bersifat inklusif, ambisius, dan berorientasi aksi.
“Saya berharap keketuaan Indonesia di ASEAN dan AIPA dapat meningkatkan soliditas dan relevansi ASEAN di tengah meningkatnya rivalitas kekuatan besar,” tuturnya.
Selain itu, Puan berharap agar Indonesia dan Kamboja terus memperkuat kerja sama di berbagai bidang, khususnya dalam menghadapi berbagai tantangan regional yang dihadapi ASEAN. Antara lain seperti pemulihan pasca pandemi Covid-19, serta tingginya harga energi dan pangan.
“Kerja sama antar parlemen Indonesia-Kamboja perlu terus ditingkatkan. Hubungan bilateral kedua negara ini akan semakin kuat, jika kerja sama antar parlemen juga erat. Selain itu, people-to-people contact penting untuk terus dikembangkan dalam mendukung hubungan lebih erat kedua negara,” ujarnya.
Puan juga menyinggung soal kerja sama ekonomi, dirinya menyoroti nilai perdagangan antara Indonesia dan Kamboja yang terus berkembang dan memiliki potensi sangat besar. Total neraca perdagangan bilateral periode Januari-September 2022 meningkat 38,1% dari tahun 2021.
“Saya mendorong kedua negara untuk memperluas hubungan perdagangan di berbagai sektor, termasuk perdagangan industri alat berat, sarang burung walet dan suplemen herbal serta komoditas hortikultura,” ucapnya.
Rangkaian bentuk kerja sama lainnya, Puan mengungkapkan, yaitu bidang pembangunan infrastruktur. Indonesia bermaksud untuk berinvestasi dalam proyek pengembangan moda transportasi kereta api guna mendukung konektivitas Kamboja.
“Indonesia telah berinvestasi di Kamboja, terutama di sektor atau bidang garmen, tembakau, perhotelan bisnis, telekomunikasi dan layanan lainnya. Mohon kiranya dukungan dari bapak Perdana Menteri bagi investasi Indonesia agar semakin berkembang di Kamboja,” katanya.
Beberapa poin lainnya yang diungkapkan Puan, seperti di antaranya; (1) Mendorong penyelesaian perjanjian kerja sama di bidang pertanian antara Indonesia dan Kamboja, (2) Implementasi ASEAN Five Point Consensus terkait Myanmar yang tidak berjalan dengan lancar, dan kekerasan serta pelanggaran hak asasi manusia terus terjadi di negara tersebut, (3) Membantu penyelesaian krisis di Myanmar demi stabilitas Kawasan.
“Tentu kita tidak ingin stabilitas kawasan terganggu karena berlanjutnya krisis di Myanmar. Stabilitas kawasan merupakan prasyarat utama bagi pemulihan dan pembangunan ekonomi. Saya berpandangan dukungan parlemen dalam penyelesaian krisis di Myanmar sangat dibutuhkan,” tambah Puan.
