Inflasi Italia Tinggi, Kelompok Konsumen Serukan Pemogokan Tagihan Energi
Nusantarapedia.net, Jakarta — Harga gas dan listrik yang meroket di tengah melonjaknya biaya hidup di Italia, mendorong sebuah kelompok konsumen Italia untuk menyerukan pemogokan tagihan energi, bahkan menawarkan dukungan hukum kepada orang-orang yang tidak mampu. Mereka tidak dapat membayar kebutuhan energi, kata kelompok tersebut pada hari Kamis (15/9/2022) waktu setempat.
Tak hanya di Italia, inisiatif (kelompok) tersebut diserukan oleh badan Codacons, juga menggemakan kampanye serupa di Inggris, di mana kelompok ‘Don’t Pay’ menuntut pemotongan tagihan ke tingkat yang mereka sebut terjangkau.
Melansir dari Reuters (16/9/2022), Codacons mengatakan, “Kami akan membayar ketika kami mampu.” Codacons Italia telah menyediakan di situs webnya formulir bagi pelanggan untuk memberi pemberitahuan kepada pemasok energi bahwa mereka hanya akan membayar sebesar 20% dari tagihan.
Kelompok konsumen mengatakan, rumah tangga menghadapi tagihan energi dua kali lipat dari awal bulan depan.
Dampak dari ketegangan geo-politik negara-negara dunia, seperti konflik Rusia vs Ukraina, telah mempengaruhi pasokan energi Italia. Italia menjadi salah satu negara yang paling terkena pemotongan pasokan gas Rusia, karena Moskow memasok 40% dari gas yang diimpor Roma pada tahun lalu.
Pemerintahan Perdana Menteri Mario Draghi telah menganggarkan 52 miliar euro ($ 51,9 miliar) sepanjang tahun ini untuk melindungi perusahaan dan orang-orang dari dampak biaya listrik, gas dan bensin yang sangat tinggi, dan berencana untuk menyetujui minggu ini paket bantuan lebih lanjut senilai sekitar 13 miliar euro.
Masalah krisis ekonomi dan energi di Italia, juga menjadi isu utama dalam kampanye pemilihan umum nasional pada 25 September mendatang.
Diketahui, inflasi di Uni Eropa per Juli 2022 sebesar 8,9 persen, Indonesia masih lebih baik, berada pada angka 4,94 persen (year on year). Sementara inflasi di Turkey sebesar 7,9 persen, dan Amerika 8,5 persen. Kendati pada periode Agustus inflasi di Italia turun ke angka 7,9 persen.
Terpisah, hal yang sama juga dihadapi Jerman. Jerman menghadapi resesi dan inflasi yang juga cukup serius. Seperti yang diungkapkan oleh Institut ifo dari Muenchen Jerman.
Ifo menganalisis pertumbuhan ekonomi di Jerman, bahwa Jerman bersama negara-negara Eropa lainnya diprediksikan dalam masa menghadapi resesi dan inflasi serius tahun 2023.
“Kami sedang menuju resesi musim dingin,” kata Timo Wollmershäuser, Kepala analisis di Institut ifo. Di tahun mendatang, lembaga tersebut saat ini berharap output ekonomi menyusut 0,3 persen, dan pertumbuhan hanya 1,6 persen untuk tahun ini. Inflasi diperkirakan rata-rata 8,1 persen tahun ini dan 9,3 persen untuk tahun depan.
“Pemotongan pasokan gas dari Rusia selama musim panas dan kenaikan harga drastis yang dipicunya mendatangkan malapetaka pada pemulihan ekonomi setelah wabah pandemi Covid-19. Kami tidak mengharapkan itu, kembali normal sampai 2024, dengan pertumbuhan 1,8 persen dan inflasi 2,4 persen,” katanya.
Dibandingkan dengan pertumbuhan di bulan Juni, ifo telah secara signifikan menurunkan perkiraan pertumbuhannya untuk tahun 2023 sebesar 4,0 poin persentase dan menaikkan perkiraan inflasi secara tajam sebesar 6,0 poin persentase. (dnA)
Jerman Hadapi Resesi dan Inflasi Serius
Pengalihan Daya Listrik
Keberpihakan Pada Nelayan, Dampak Kenaikan BBM
Hari Ini 16 September Harga Sembako di Jakarta
Gunakan APBD untuk Atasi Dampak Penyesuaian Harga BBM