Integrasi Pembangunan Kepariwisataan dengan Strategi Kebudayaan (1)

5 Januari 2022, 01:16 WIB

Nusantarapedia.net — Integrasi Pembangunan Kepariwisataan dengan Strategi Kebudayaan

Pembangunan kepariwisataan merupakan bagian integral dari rencana pembangunan jangka panjang nasional. Dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan yang terdiri atas rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional, provinsi dan kabupaten/kota, bahkan rencana induk pembangunan kepariwisataan desa.

Hal teknis terkait didalamnya diatur melalui Peraturan Pemerintah dan Daerah, seperti; Peraturan Gubernur, Bupati/Walikota dan Kepala Desa serta Surat Keputusan yang lain.

Regulasi mengenai kepariwisataan diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Indonesia mempunyai potensi sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang berpotensi juga demografi penduduknya. Kedua hal ini sebagai syarat dan modal awal akan pembangunan kepariwisataan.

Indonesia merupakan negara kepulauan, alam menyajikan keanekaragaman didalamnya berikut isi bumi dengan mineralnya. Garis pantai Indonesia terpanjang kedua di dunia. Terletak diantara dua samudra, perairannya berupa laut, teluk dan type lainnya.

Geografi Indonesia termasuk dalam jalur The Ring of Fire atau cincin gunung berapi. Terdapati banyak bukit, lembah, hutan, sungai, sawah dan ladang, juga padang sabana maupun stepa dengan karakteristiknya masing-masing disetiap pulau.

Keanekaragaman hayati flora dan fauna sangatlah lengkap. Tak heran, dunia berharap Indonesia sebagai paru-paru dunia, ikut menyangga keberlangsungan ekosistem global.

Aneka flora dan faunanya yang endemik seperti reptil Komodo contohnya, menjadi warisan dunia dari hewan purba yang tersisa. Tanaman hias yang indah bernama Aglonema, salah satu genetik warna merah hanya terdapat pada Aglonema Rotundum dari Sumatra yang selanjutnya oleh industri pertanian di Thailand dikembangkan dan muncul dipasaran sebagai aglonema Pride of Sumatra, Heng-heng, Lady Valentine, Butterfly dan masih banyak lagi.

Susunan material artefak kapal Nabi Nuh diduga berasal dari kayu Jati dari Jawa. Komponen gitar terkenal bermerk terbuat dari kayu Sono Keling dari Gunung Kidul dan Purworejo. Disamping itu, hubungan antara geologi dan kebudayaan banyak ditemukan di kawasan Karst Gunung Sewu, termasuk jaringan geopark dunia sebagai warisan geologi dunia, juga situs Sangiran tempat ditemukannya fosil manusia purba, buktinya.

Sejarah peradaban Indonesia menyisakan warisan artefak dan arkeologis yang menjadi bagian dari keajaiban dunia maupun warisan dunia. Situs Gunung Padang sebagai warisan megalitikum diduga telah dibangun sejak 6.700-14.000 SM, merupakan bagian dari peninggalan Atlantis dan Lemuria yang diyakini berada disekitar tatar Sunda.

Pithecantropus Erectus, Homo Soloensis, Wajakensis, Floreisensis adalah bukti kehidupan manusia purba ribuan tahun yang lalu sudah ada di nusantara. Pusat studi dunia untuk para Biksu atau rohaniawan Buddha telah berlangsung di area Candi Borobudur.

Kapal perang Jung Jawa yang digunakan Kertanegara untuk berperang melawan serangan kerajaan Mongol besarnya sudah seukuran kapal Titanic dan berteknologi tinggi, begitu juga yang digunakan oleh Pati Unus dari kerajaan Demak.

Indonesia mempunyai lebih dari 300 kelompok etnik, atau terbagi dalam sub-etnik sebanyak 1.340 suku bangsa (sensus Badan Pusat Statistik tahun 2010). Badan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencatat tahun 2019 Indonesia memiliki 718 bahasa daerah.

Bisa dibayangkan, betapa besarnya potensi seni dan budaya didalamnya. Aneka kesenian, literasi tulis, arsitektur, sistem pertanian, dan keunikan serta keunggulan didalamnya yang teridentifikasi berdasarkan tujuh unsur kebudayaan.

Untuk urusan mode, bagaimana Bathik Nusantara dan aneka manik-manik cinderamata mendunia, sudah digunakan untuk hadiah atau kenang-kenangan antar kerajaan dalam setiap kunjungan kerja maupun diplomasi politik sejak era kuno.

Menurut Kantor Perpustakaan dan Arsip Nasional, karya sastra nusantara berupa naskah dan manuskrip kuno yang sejak tahun 1.600 Masehi sudah dibawa bangsa eropa dan lainnya ke luar Indonesia tercatat berjumlah 26.000, yang sudah dikembalikan oleh negara yang bersangkutan, kolektor luar dan dalam negri serta pejabat penting berjumlah 10.300 karya sastra dalam berbagai bentuk. Hal yang penting untuk ditelusuri agar sejarah bangsa tidak mudah dibelokkan.

Melihat gambaran tersebut, potensi kepariwisataan Indonesia menjadi bagian penting dalam pembangunan secara umum dengan posisi yang strategis, terlebih pada sektor ekonomi.

Ruang Lingkup Kepariwisataan Indonesia

Jenis pariwisata diklasifikasikan menjadi tiga bagian dasar, yaitu; Alam, Budaya, dan Buatan. Dari dasar tersebut kita sepakat dalam arah pengelolaannya bahwa, Indonesia saat ini berkultur budaya hasil dari kelanjutan peradaban Nusantara, terbentuk dari aneksasi dan diskursus yang heterogen.

Dengan landasan ini perlunya kita menghargai akan keperbedaan, bahwa kebudayaan Indonesia dipandang utuh dari proses pembentukan budaya seperti asimilasi dan akulturasi.

Ritus Kepercayaan, Kapitayan, Agama Hindu, Buddha, Islam, Katolik, Konghucu berperan didalamnya. Bangsa Arab, Persia, Gujarat, Tiongkok, Asia dan Eropa melebur dalam satu kegiatan yang selanjutnya melahirkan kebudayaan baru, juga kompleksitas kesukuan didalamnya seperti; suku Jawa, Sunda, Batak, Melayu, Papua, Ambon dan sebagainya.

Dengan demikian, pemahaman ideologipun juga perlu dipahami dengan bijak, toh kita berkeyakinan Pancasila dan UUD 1945 dapat sebagai pemersatu keperbedaan.

Ini tetap dijadikan satu kesatuan cara pandang, tidak serta merta juga memakai landasan pembangunan kepariwisataan untuk mendatangkan keuntungan dengan memaksakan pada pembangunan pariwisata yang sekuler, misalnya. Jadi, pembangunan itupun tetap berlandaskan pada aspek spiritual dan ketradisiaan daerah setempat.

Pembangunan apapun bila diselenggarakan tidak dilakukan dengan analisa yang komperehensip, tentu berdampak pada bidang yang lain, berakibat semrawut dengan tidak tercapainya goals.

Sering dilupakan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan hanya berorientasi pada ekonomi yang berakibat pada lahirnya perilaku buruk dan terakumulasi, hingga akhirnya dipandang sebagai hal yang biasa dan membudaya.

Penyelenggaraan didalamnya harus berorientasi pada asas kemanfaatan, kekeluargaan dan keadilan bagi masyarakat. Keseimbangan lingkungan sebagai bagian dari analisis dampak lingkungan (Amdal) perlu diperhatikan. Pengelolaan atas penyelenggaraannya perlu dipandang dalam konteks kemandirian tata kelola.

Investasi dibenarkan ketika faktor kapital sudah tidak mampu lagi membiayai dan tetap berlaku adil. Seringkali dampak dari investasi yang bila dihitung pembagiannya tidak sebanding dengan potensinya. Bila menyangkut dengan alam tentu harus terjaga kelestariannya.

Pertanyaannya? bisakah pariwisata yang skalanya kecil, menengah dan besar atau lokal, nasional dan internasional tetap berasas pada partisipasi masyarakat sebagai bagian dari demokratisasi dan kedaulatan negri.

Untuk pariwisata tingkat nasional maupun internasional, bagaimana badan usaha milik negara mampu menasionalisasi aset dan pengelolaannya dengan dasar kemandirian pariwisata, begitu juga di tingkat daerah atau desa. Keberadaan badan-badan usaha milik pemerintah mampu mengelola dengan maksimal. Ini bertujuan agar provit yang diterima tetap besar dan tetap dalam pengelolaan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Penanaman Modal Asing tetap dibuka dengan memperhatikan model kepariwisataannya dan asas kemanfaatan secara menyeluruh. Bila pembangunannya tidak berasas seperti di atas, lebih baik tidak sama sekali. Perlu diingat bahwa pembangunan kepariwisataan adalah bagian dari pembangunan mentalitas dan karakter bangsa.

Tidak ada alasan pembenar bahwa orientasi profit harus dikejar, tetapi mengorbankan aspek lainnya dengan tidak berkeadilan. Perlu dipahami bahwa sektor pariwisata hanyalah bagian variable dalam anggaran pendapatan secara umum, meski dibagian khusus sektor pariwisata menjadi andalan.

Tujuan dari pembangunan kepariwisataan sebagai bagian penyokong pendapatan pemerintah, fungsi ekonomi bagi masyarakat jelas berorientasi pada peningkatan kesejahteraan, mengatasi pengangguran, menghapus kemiskinan, baik langsung dari dampak kegiatan kepariwisataan sebagai impact atau melalui kebijakan APBN maupun APBD.

Dari tinjauan sosiologis yang lain, selain dari sisi ekonomi, bagaimana wisata alam dapat dijadikan sebagai lahan konservasi, melestarikan alam atau lingkungan. Jenis dan macam kegiatan kepariwisataan apapun dalam kerangka berfikir mengandung nilai-nilai budaya. Bagaimana pariwisata dapat mengangkat citra bangsa, menumbuh kembangkan jati diri bangsa, cinta tanah air, dan menjadi bagian politik luar negri dalam hubungan internasional antar negara.

Untuk itu, pembangunan kepariwisataan sama halnya membangun mental bangsa dan tujuan bersama dalam geopolitik kebangsaan dan tujuan bernegara. Sesuatu yang perlu di strategikan di semua aspek didalamnya, tidak hanya terjebak dalam komersialisasi industri pariwisata.

Bersambung bagian 2 ….

Integrasi Pembangunan Kepariwisataan dengan Strategi Kebudayaan – bag 2
Minahasa Raya; Indahnya Bunaken, Musik Kolintang Hingga Kue Klappertaart
Keindahan Kabupaten Supiori Papua yang Wajib Dikunjungi

Terkait

Terkini